Sekeluarnya dari kamar tamu, Sarah merutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya terjebak hubungan dengan Rafka yang kadang tingkahnya masih seperti bocah.Meskipun Sarah menyetujui untuk menjalin hubungan dengan Rafka karena terpaksa. tetapi, tak bisa ia pungkiri kalau ia merasakan seperti ada bunga-bunga yang bertebaran dalam hatinya. Juga seperti ada kupu-kupu yang berterbangan dalam perutnya. Namun, tetap saja ada batasan norma yang masih terpatri dalam benaknya. Batasan itu bukan hanya karena sekedar statusnya dan Rafka sebagai dosen dan mahasiswa, tetapi juga tentang jurang umur yang sepertinya agak terlalu jauh bagi seorang wanita dewasa dan lelaki muda untuk memadu kasih.Oleh karena itu, Sarah sengaja meminta Rafka untuk merahasiakan hubungan mereka yang baru saja terjalin hari ini di hadapan khalayak umum. Sarah hanya tidak ingin diperolok-olok oleh masyarakat sekitar hanya karena menjalin hubungan dengan lelaki yang terpaut usia lebih muda daripada dirinya. Cukup sekali saja, i
“Thanks udah dianterin sampai depan rumah, Sayang,” ucap Rafka ketika Sarah benar-benar mengantarkannya sampai depan rumahnya. “Enggak mau mampir dulu ke dalam?”Sarah menggeleng sambil mengeluarkan kata-kata penolakan yang masih terdengar halus, “Lain kali saja.”Selepas manyampaikan penolakannya dan Rafka telah turun dari mobilnya, Sarah langsung melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Rafka.Ketika melihat mobil Sarah telah menghilang dari pandangan matanya, Rafka memasuki rumahnya sambil bersiul-siul penuh kesenangan. Entah mengapa hormon endorfin dalam dirinya seolah meningkat pesat, sehingga rasa bahagia yang menyertainya begitu tinggi sekali.Belum pernah Rafka merasakan sebahagia ini sebelumnya. Bahkan, sewaktu ia berhasil mendapatkan ratusan gadis dan wanita di luar sana, ia tak pernah sebahagia ini sebelumnya.Ada apakah dengan dirinya? Mungkinkah ia yang sudah menyandang status sebagai playboy selama bertahun-tahun ini, bisa sesuka ini pada makhluk bernama wanita?
“Sar!” panggil Rafka sambil menepuk lembut tangan Sarah ketika melihat Sarah yang sedang melamun memikirkan sesuatu.Segala pikiran yang berkecamuk di kepala Sarah, tentang mantan pacarnya sewaktu SMA, langsung buyar begitu mendapati tangan Rafka menepuk pelan tangannya.“Ada apa?” tanya Sarah begitu tersadar sepenuhnya dari lamunannya.“Aku sudah selesai makan. Boleh aku cuci sendiri piringnya?” “Tidak usah. Biar nanti saya saja yang mencucinya, kamu duduk saja disitu,” sahut Sarah segera menyelesaikan sarapannya dengan cepat.“uhuk … uhuk!” suara batuk menyeruak keluar dari mulut Sarah karena saking terburu-burunya menghabiskan makanan membuatnya jadi terteguk.“Pelan-pelan aja makannya, Sar. Ini bukan lomba lari, jadi santai aja, Sayang,” goda Rafka mengejapkan sebelah matanya sambil menyodorkan segelas air putih kepada Sarah.“Jangan membuat saya tambah ingin tersedak, Rafka!” tegur Sarah setelah meminum habis air putih yang diberikan Rafka kepadanya.Entah mengapa Sarah begitu t
Sarah tak bisa menahan beliakan matanya saat menyaksikan Rafka yang menunggunya di depan mobil. Sekalipun lelaki muda itu telah menggunakan kacamata dan hoodie yang menutupi hampir sebagian wajah Rafka, tetapi tetap saja tak menutupi kemungkinan kalau ada orang yang bisa mengenalinya. “Kenapa harus tunggu di luar? Kalau ada yang mengenalimu dan melihat saya masuk ke dalam mobilmu, bagaimana?” cecar Sarah sesampainya di hadapan Rafka. “Tenang aja, Sar. Kalau ada yang mendekat, udah aku siapin ini.” Rafka menunjukkan botol spray yang ketika di semprotkan mampu menimbulkan bau menyengat. Keampuhan spray ini telah Rafka buktikan ketika Siska—bekas objek taruhannya yang sampai saat ini masih mengejar-ngejarnya untuk meminta balikan—terlihat akan menghampiri dirinya sebelumnya Sarah datang. Rafka yang tak mau didekati oleh Siska karena gerah tiap kali melihat wanita gatal bagai ulat itu, langsung saja menyemprotkan cairan bau di tangannya berkali-kali ke arah Siska. Akhirnya Siska yang m
“Kamu tunggu di dalam aja, Sar. Biar aku yang tunggu Leo di luar sampai bisnya datang,” ujar Rafka ketika ia memaksa ingin ikut menjemput Leo yang hari ini pulang study tuor di sekolahnya.Meskipun, Sarah telah melarangnya untuk ikut karena tak ingin Leo sampai bisa mengendus adanya hubungan antara mereka, tetapi Rafka tetap memaksa. Lelaki muda itu bilang akan mencari alasan agar Leo tak mencurigai hubungan yang baru saja terjalin antara Sarah dan Rafka selama beberapa hari ini.Akhirnya lagi-lagi Sarah harus mengalah karena sikap Rafka yang begitu keras kepala begitu sulit untuk Sarah redam. “Kok, lo bisa ada di sini, Bang? Ada urusan apa di sekolah?” sapa Leo begitu ia melihat Rafka yang berjalan menghampirinya. Tentu saja, Leo belum tahu kalau Rafka datang kemari karena ingin menjemputnya.“Gue kesini buat jemput lo. Sini barang lo biar gue bantu bawain,” jelas Rafka sambil merebut koper di tangan Leo untuk dibawa olehnya.Kendati kebingungan menyeruak di benak Leo, tetapi tetap
Satu bulan berlalu dengan cepatnya dan kini waktu liburan Rafka pun sudah berakhir. Berbeda dengan beberapa liburan semester lalu yang kebanyakan dihabiskan dengan bermain bersama dengan Tyo dan Kevin, liburan kali ini Rafka memilih mengisi liburannya bersama dengan Sarah.Pesona apa yang sebenarnya Sarah miliki sehingga mampu menyihirnya seperti ini? Rasanya Rafka seperti tersihir karena selalu ingin berada di dekat wanita itu. Kalaupun sehari saja jauh dari Sarah, wajah wanita itu seperti selalu terbayang-bayang dalam angannya.Baru kali ini Rafka bisa merasakan seperti kepada seorang wanita? Padahal, ia telah banyak menjalin hubungan dengan para wanita, meskipun hanya karena taruhan semata. Tetapi kenapa baru dengan Sarah ia tak merasakan hilangnya minat dan keinginan menggebu untuk terus mendekati wanita itu?Ada apa sebetulnya dari diri Sarah sehingga bisa membuatnya terpikat pada wanita beranak satu itu? Gadis yang jauh lebih muda dari Sarah tak terhitung jumlahnya. Begitu pun d
Leo sengaja menyusuli Mamanya keluar karena merasa tak biasanya Mamanya keluar lama dari dalam rumah. Apalagi Mamanya tadi hanya pamit untuk pergi sebentar ke teras rumah.Dilandaskan pada perasaan khawatir takut terjadi hal-hal buruk pada Mamanya, Leo langsung saja mengambil inisiatif untuk menyusul Mamanya yang tak kunjung masuk ke dalam setelah beberapa menit ada di luar.Namun, saat Leo keluar, ia bukan dikejutkan oleh terjadinya hal buruk pada Mamanya, Tetapi, ia malah terlonjak kaget melihat Mamanya yang mengecup pipi tutornya.Sama terperjatnya dengan Leo karena terpergok memberikan kecupan di pipi Rafka, Sarah pun tampak tergugu sejenak. Sungguh, ia bingung harus menjelaskan kepada Leo seperti apa?Ingin berbohong, tetapi buktinya terlalu jelas untuk bisa mengelak pada putranya itu. Apalagi putranya itu merupakan orang terpelajar dan sudah cukup besar untuk tidak bisa lagi dibodohi oleh kata-kata dusta.Mengetahui Sarah yang sepertinya akan bingung menjelaskan pada Leo, Rafka
Kamu masih belum mau sarapan lagi sama Mama, Leo?” tanya Sarah saat hari ini kembali melihat putranya yang sudah tiga hari ini melewatkan sarapan bersama dengan dirinya. Leo menggeleng dan menjawab dengan singkat dan dingin, “Enggak perlu! Aku bisa beli sarapan di sekolah.” “Kalau begitu, Mama tambahkan uang jajan untukmu membeli sarapan.” Sarah mengambil 5 lembar uang seratus ribu dan menyerahkan kepada Leo. “Enggak usah! Uangku masih cukup untuk membeli sarapan sendiri, Ma. Lagian, uang dari hasil olimpiade juga masih ada, jadi aku enggak butuh uang Mama cuma buat beli sarapan doang!” ketus Leo yang langsung pergi dari hadapan Sarah setelah mengatakan itu. Setelah kejadian hari itu dimana Leo mengetahui hubungan antara Rafka dan Mamanya, Leo memutuskan untuk bersikap dingin dan tak banyak bicara atau mendiamkan Sarah. Ia juga tidak lagi mau menerima les apa pun dari Rafka. Sikap Leo pun kembali dingin dan tak bersahabat kepada Rafka seperti halnya pertama kali ia melihat Rafka d