Leo sengaja menyusuli Mamanya keluar karena merasa tak biasanya Mamanya keluar lama dari dalam rumah. Apalagi Mamanya tadi hanya pamit untuk pergi sebentar ke teras rumah.Dilandaskan pada perasaan khawatir takut terjadi hal-hal buruk pada Mamanya, Leo langsung saja mengambil inisiatif untuk menyusul Mamanya yang tak kunjung masuk ke dalam setelah beberapa menit ada di luar.Namun, saat Leo keluar, ia bukan dikejutkan oleh terjadinya hal buruk pada Mamanya, Tetapi, ia malah terlonjak kaget melihat Mamanya yang mengecup pipi tutornya.Sama terperjatnya dengan Leo karena terpergok memberikan kecupan di pipi Rafka, Sarah pun tampak tergugu sejenak. Sungguh, ia bingung harus menjelaskan kepada Leo seperti apa?Ingin berbohong, tetapi buktinya terlalu jelas untuk bisa mengelak pada putranya itu. Apalagi putranya itu merupakan orang terpelajar dan sudah cukup besar untuk tidak bisa lagi dibodohi oleh kata-kata dusta.Mengetahui Sarah yang sepertinya akan bingung menjelaskan pada Leo, Rafka
Kamu masih belum mau sarapan lagi sama Mama, Leo?” tanya Sarah saat hari ini kembali melihat putranya yang sudah tiga hari ini melewatkan sarapan bersama dengan dirinya. Leo menggeleng dan menjawab dengan singkat dan dingin, “Enggak perlu! Aku bisa beli sarapan di sekolah.” “Kalau begitu, Mama tambahkan uang jajan untukmu membeli sarapan.” Sarah mengambil 5 lembar uang seratus ribu dan menyerahkan kepada Leo. “Enggak usah! Uangku masih cukup untuk membeli sarapan sendiri, Ma. Lagian, uang dari hasil olimpiade juga masih ada, jadi aku enggak butuh uang Mama cuma buat beli sarapan doang!” ketus Leo yang langsung pergi dari hadapan Sarah setelah mengatakan itu. Setelah kejadian hari itu dimana Leo mengetahui hubungan antara Rafka dan Mamanya, Leo memutuskan untuk bersikap dingin dan tak banyak bicara atau mendiamkan Sarah. Ia juga tidak lagi mau menerima les apa pun dari Rafka. Sikap Leo pun kembali dingin dan tak bersahabat kepada Rafka seperti halnya pertama kali ia melihat Rafka d
“Halo, Bro Rafka. Hilang kemana aja lo sebulan ini?” sapa Kevin saat melihat Rafka yang memasuki ruang kelas mereka dengan tampilan yang tetap keren, hanya saja kali ini terlihat agak lepek.“Iya, kemana aja lo, Raf? Tiap kita ajak main selalu aja lo nolak selama liburan kali ini. memang kegiatan lo ngapain aja liburan ini, Raf? Jangan bilang lo magang di perusahaan bokap lo?” timpal Tyo yang tampak heran dengan perubahan Rafka.Biasanya temannya itu yang paling semangat mengajaknya dan Kevin untuk berlibur ke berbagai tempat kalau kuliah sedang diliburkan. Rafka juga ada orang yang paling suka mengajak mereka untuk kabur dari rumah setiap kali liburan tiba. Namun, mengapa di liburan kali ini Rafka terlihat sangat berbeda? Temannya itu tampak tidak lagi bersemangat untuk melakukan liburan dan traveling bersama ia dan Kevin.Jangankan liburan, untuk diajak ke pub saja tampaknya Rafka ogah-ogahan. Entah lah apa yang sebenarnya mengubah temannya menjadi seperti ini? Padahal selama ini,
“Sejak kapan lo ke bar bawa-bawa sandwich, Raf!” ledek Tyo saat melihat Rafka yang menaruh sebungkus sandwich di samping gelas seloki berisi minuman keras yang dipesan oleh temannya itu.“Kepo lo, Yo. Suka-suka gue lah mau bawa apaan ke dalam sini. Kalau ada yang ngelarang atau negor gue, tinggal kasih aja uang tutup mulut,” respons Rafka dengan entengnya melahap habis sandwich yang diberikan oleh Sarah, baru setelah itu ia menyesap minuman yang ia pesan.“Semenjak lo kalah sekitar sebulan yang lalu, udah lama kita enggak pernah taruhan lagi, Raf. Gimana buat hiburan malam ini, kita pasang taruhan,” lontar Tyo tiba-tiba di tengah kegiatan mereka yang sedang asyik menyesap miras di gelas seloki di tangan mereka masing-masing.“Bener juga. Kalau di pikir-pikir udah lama juga kita enggak seru-seruan sama lo, Bro Rafka. Come on, kita buat malam ini jadi seru, Bro,” ujar Kevin menanggapi seruan Tyo untuk melakukan pertaruhan yang sudah lama tidak mereka lakukan.“Gue ikut aja. Tapi, mendi
“Akhirnya kamu angkat teleponku juga, Sar. Aku ada di depan rumahmu, bisa kamu bukain gerbang buat aku,” ujar Rafka begitu ia sampai di rumah Sarah dan berhasil menghubungi wanita itu.Sepanjang perjalan tadi, Rafak terus berusaha menelpon Sarah, tetapi tak kunjung ada jawaban atas panggilan telepon darinya. Oleh karena itu, Rafka sampai menaikan laju mobilnya karena khawatir Sarah marah padanya.Namun, begitu sampai di depan gerbang rumah Sarah dan memencet bel, tak ada yang kunjung membukakan gerbang untuknya. Hal itu membuat Rafka semakin ketar-ketir dibuatnya. Segera saja, ia hubungi Sarah kembali dan untung saja kali ia wanita itu mengangkat sambungan telepon darinya.“Saya tidak ada di rumah karena baru saja mau mulai mengisi acara seminar, Rafka. Sebaiknya kamu pulang saja karena saya tidak akan ada di rumah sampai malam. Sudah dulu, maaf saya tutup teleponnya karena saya tidak bisa bicara lama-lama.”Setelah mengatakan itu, Sarah benar-benar mematikan teleponnya. Rafka merasa
Sayang sekali, Rafka tak bisa menghabiskan waktu lebih lama bersama dengan Sarah malam ini. Padahal, ia ingin mengiringi perjalanan pulang Sarah dengan mengikuti mobil wanita itu dari belakang ketika mereka telah selesai makanNamun, apalah daya Rafka tak punya pilihan lain karena ia sudah sangat ingin tahu alasan mengapa Tyo dan Kevin bisa ada di restoran yang sama dengannya? Rasanya, Rafka tak bisa percaya kalau mereka datang kesini hanya karena ingin hangout atau mencoba tempat baru.Pasalanya umurnya sama mudanya dengan dua bocah tengik itu. Terang saja, ia bisa sangat hafal jika anak muda sepertinya akan lebih memilih untuk nongkrong di tempat yang lebih santai seperti kafe, dibandingkan di tempat klasik layaknya restoran ini.Sementara itu, di bangku tempat Kevin jatuh tadi terdapat Tyo yang menolong Kevin sambil menggerutu, “Bego lo, Kev. Pakai acara jatoh segala. Lihat noh si Rafka udah ngelihat ke arah kita, kalau begini kita udah enggak bisa kabur karena udah ketangkep basah
Ketika Rafka yang merasa terpuruk itu terlihat bersimpuh dan menunduk sambil terus menjambaki rambutnya, tiba-tiba seseorang menarik kerah bajunya. Cengkraman orang itu pada baju Rafka mampu membuat tubuh Rafka berdiri seketika. Anehnya Rafka hanya diam saja dan tak marah ketika melihat siapa yang melakukan ini padanya.“Sialan! Enggak cukup lo bikin gue marah dengan memacari Mama gue?! Sekarang saat lo udah jadi pacarnya, lo malah bikin dia kecewa! Mau lo apa, sih, bangsat?! Kalau dari awal lo cuma main-main sama Mama gue, lebih baik enggak usah bertingkah sok tulus, bajingan keparat!” damprat Leo sambil melayangkan pukulan ke perut Rafka.Tak puas hanya memberikan pukulan pada perut Rafka, Leo pun mengarahkan serangan ke wajah Rafka bertubi-tubi dan berkali-kali. Untung saja, tadi ia mengikuti Rafka yang ia lihat ada di depan gerbang rumahnya. Dengan sengaja, Leo mengabaikan dan tak membukakan pintu gerbang untuk Rafka, meski lelaki yang berusia 5 tahun lebih tua darinya itu telah
“Tunggu, Sar. Ada yang mau aku bicarakan sama kamu tentang masalah kemarin.”Entah darimana datangnya, tiba-tiba Rafka sudah ada di samping mobil Sarah ketika perempuan itu turun dari mobilnya.“Apalagi yang mau kamu bicarakan?!Saya rasa tidak ada yang perlu dijelaskan lagi. Pendengaran saya sudah cukup jelas untuk menangkap semua kejujuran yang Anda sembunyikan dari saya semalam!” tegas Sarah dengan nada dingin yang seakan mempu membekukan hati Rafka.Usai menegaskan hal itu, Sarah membawa kakinya melewati Rafka karena ia malas belama-lama berhadapan dengan seseorang yang tega mempermainkan dirinya. Terlebih lagi lelaki muda itu telah membohonginya dan beraninya mengaku seolah benar jatuh cinta pada wanita seperti dirinya ini.Rafka menelan ludahnya dengan susah payah ketika mendengar Sarah tak hanya berbicara formal padanya, tetapi juga menyebut Rafka dengan sebutan Anda. Panggilan itu terasa seperti Sarah menganggapnya sebagai orang asing yang baru dikenali dan tak pernah dekat seb