“Akhirnya kamu angkat teleponku juga, Sar. Aku ada di depan rumahmu, bisa kamu bukain gerbang buat aku,” ujar Rafka begitu ia sampai di rumah Sarah dan berhasil menghubungi wanita itu.Sepanjang perjalan tadi, Rafak terus berusaha menelpon Sarah, tetapi tak kunjung ada jawaban atas panggilan telepon darinya. Oleh karena itu, Rafka sampai menaikan laju mobilnya karena khawatir Sarah marah padanya.Namun, begitu sampai di depan gerbang rumah Sarah dan memencet bel, tak ada yang kunjung membukakan gerbang untuknya. Hal itu membuat Rafka semakin ketar-ketir dibuatnya. Segera saja, ia hubungi Sarah kembali dan untung saja kali ia wanita itu mengangkat sambungan telepon darinya.“Saya tidak ada di rumah karena baru saja mau mulai mengisi acara seminar, Rafka. Sebaiknya kamu pulang saja karena saya tidak akan ada di rumah sampai malam. Sudah dulu, maaf saya tutup teleponnya karena saya tidak bisa bicara lama-lama.”Setelah mengatakan itu, Sarah benar-benar mematikan teleponnya. Rafka merasa
Sayang sekali, Rafka tak bisa menghabiskan waktu lebih lama bersama dengan Sarah malam ini. Padahal, ia ingin mengiringi perjalanan pulang Sarah dengan mengikuti mobil wanita itu dari belakang ketika mereka telah selesai makanNamun, apalah daya Rafka tak punya pilihan lain karena ia sudah sangat ingin tahu alasan mengapa Tyo dan Kevin bisa ada di restoran yang sama dengannya? Rasanya, Rafka tak bisa percaya kalau mereka datang kesini hanya karena ingin hangout atau mencoba tempat baru.Pasalanya umurnya sama mudanya dengan dua bocah tengik itu. Terang saja, ia bisa sangat hafal jika anak muda sepertinya akan lebih memilih untuk nongkrong di tempat yang lebih santai seperti kafe, dibandingkan di tempat klasik layaknya restoran ini.Sementara itu, di bangku tempat Kevin jatuh tadi terdapat Tyo yang menolong Kevin sambil menggerutu, “Bego lo, Kev. Pakai acara jatoh segala. Lihat noh si Rafka udah ngelihat ke arah kita, kalau begini kita udah enggak bisa kabur karena udah ketangkep basah
Ketika Rafka yang merasa terpuruk itu terlihat bersimpuh dan menunduk sambil terus menjambaki rambutnya, tiba-tiba seseorang menarik kerah bajunya. Cengkraman orang itu pada baju Rafka mampu membuat tubuh Rafka berdiri seketika. Anehnya Rafka hanya diam saja dan tak marah ketika melihat siapa yang melakukan ini padanya.“Sialan! Enggak cukup lo bikin gue marah dengan memacari Mama gue?! Sekarang saat lo udah jadi pacarnya, lo malah bikin dia kecewa! Mau lo apa, sih, bangsat?! Kalau dari awal lo cuma main-main sama Mama gue, lebih baik enggak usah bertingkah sok tulus, bajingan keparat!” damprat Leo sambil melayangkan pukulan ke perut Rafka.Tak puas hanya memberikan pukulan pada perut Rafka, Leo pun mengarahkan serangan ke wajah Rafka bertubi-tubi dan berkali-kali. Untung saja, tadi ia mengikuti Rafka yang ia lihat ada di depan gerbang rumahnya. Dengan sengaja, Leo mengabaikan dan tak membukakan pintu gerbang untuk Rafka, meski lelaki yang berusia 5 tahun lebih tua darinya itu telah
“Tunggu, Sar. Ada yang mau aku bicarakan sama kamu tentang masalah kemarin.”Entah darimana datangnya, tiba-tiba Rafka sudah ada di samping mobil Sarah ketika perempuan itu turun dari mobilnya.“Apalagi yang mau kamu bicarakan?!Saya rasa tidak ada yang perlu dijelaskan lagi. Pendengaran saya sudah cukup jelas untuk menangkap semua kejujuran yang Anda sembunyikan dari saya semalam!” tegas Sarah dengan nada dingin yang seakan mempu membekukan hati Rafka.Usai menegaskan hal itu, Sarah membawa kakinya melewati Rafka karena ia malas belama-lama berhadapan dengan seseorang yang tega mempermainkan dirinya. Terlebih lagi lelaki muda itu telah membohonginya dan beraninya mengaku seolah benar jatuh cinta pada wanita seperti dirinya ini.Rafka menelan ludahnya dengan susah payah ketika mendengar Sarah tak hanya berbicara formal padanya, tetapi juga menyebut Rafka dengan sebutan Anda. Panggilan itu terasa seperti Sarah menganggapnya sebagai orang asing yang baru dikenali dan tak pernah dekat seb
Tiga minggu berlalu dengan cepatnya, saat ini Sarah tengah duduk di ruang kerjanya sambil menggigit bibirnya dan tanpa sadar meremas jari-jemarinya. Pikirannya menerawang jauh karena sudah dua minggu lebih Rafka tidak masuk kuliah. Ia kira hanya di mata kuliahnya saja pemuda itu tidak mengikuti kelas. Namun, setelah memperoleh informasi dari mahasiswanya, akhirnya ia tahu kalau Rafka memang tidak menghadiri semua mata kuliah selama kurang lebih selama dua minggu ini.Sarah tidak akan sampai kepikiran seperti ini kalau saja Rafka tidak masuk kuliah bukan disebabkan oleh dirinya.Bagaimana mungkin Sarah tidak berprasangka Rafka tak datang ke kampus dan menghadiri perkuliahan karena dirinya, jika Rafka bersikap seperti itu usai tiga minggu lalu muncul di rumahnya.“Sarah, tolong dengerin aku dulu kali ini. Aku akui memang awalnya mendekati kamu karena taruhan. Tapi, lama-lama aku jadi beneran suka dan cinta sama kamu!” jelas Rafka.Kala itu Rafka berharap Sarah mau mendengarkan penjela
Setelah menimbang-nimbang dan tak bisa membiarkan dirinya terus dipenuhi kewas-wasan seperti ini, Sarah pun memilih untuk membuka blokir terhadap nomor Rafka di ponselnya. Rasanya sungguh tak nyaman membiarkan ketidak tenangan terus mengusik dan menguasai hatinya.Lebih baik Sarah temui saja biang yang menyebabkan timbulnya perasaan yang mengganggunya ini. Siapa tahu kalau menemui Rafka dan mencoba bicara baik-baik dengan anak muda itu untuk menyelesaikan hubungan mereka, Rafka akan mendengarkannya dan mau masuk kuliah lagi.“Ada yang ingin saya bicarakan padamu terkait masalah kita terakhir kali. Kalau berkenan, temui saya di restoran tempat kita bertemu terakhir kali.” Begitulah pesan yang Sarah kirimkan pesan kepada Rafka untuk mengajak pemuda itu bertemu.Sementara itu, Rafka selama tiga minggu ini hanya menghabiskan waktunya dengan rebahan dan main game saja di vila yang telah ia sewa. Pada Mama dan Papanya ia mengaku akan mencari tempat untuk KKN, tetapi yang sesungguhnya terja
“Tumben banget kamu mengajak aku ketemuan duluan, Sar? Jangan bilang kamu kangen sama aku?” tanya Rafka tak lupa menyertainya dengan kelakar yang penuh kepercayaan diri khas pemuda itu. Begitu sampai di restoran yang menjadi tempat pertemuannya dengan Sarah setelah 3 minggu tak bertemu, seuntai senyum pun tak bisa lepas dari bibir Rafka. Entah perasaannya saja atau bagaimana, tetapi mengapa ketika memandangi wajah Sarah mengapa iras wanita itu terlihat sangat cantik di matanya. Apa mungkin karena kerinduan yang membuncah dalam dadanya membuat Sarah terlihat jauh lebih menarik daripada sebelum-sebelumnya? Sementara itu, Sarah menggigit bibir bawahnya untuk menghalau gemuruh dari debaran jantungnya yang sudah berdendang tak karuan ketika netranya menangkap sosok Rafka yang baru saja menarik kursi untuk duduk di hadapannya. “Saya tidak akan berbasa-basi dan akan langsung berbicara ke intinya saja, Rafka. Apa sebenarnya alasanmu tidak menghadiri satu pun perkuliahan selama 3 minggu
Mendapati tangan Sarah yang memegangi jaketnya yang terbuka dengan begitu erat, Rafka membuka satu matanya. Saat tanpa sadar matanya menangkap netra Sarah yang terpejam dan tampak tak menolak ciumannya, Rafka tak dapat menahan bibirnya untuk tersenyum.Puas menyaksikan sendiri reaksi tubuh Sarah, Rafka pun menarik bibirnya yang sempat melumat bibir Sarah sebelum melepaskannya. Meski bibirnya tidak lagi bertengger di atas bibir Sarah, tetapi tangannya masih memegangi wajah Sarah.“Tanpa perlu jawaban dan pengakuan dari kamu, aku udah bisa menyimpulkan sendiri bagaimana perasaan kamu. Lewat reaksi tubuhmu waktu mendapatkan ciuman dari aku tadi, aku bisa tahu kalau kamu punya perasaan yang sama kayak aku, right?” lontar Rafka dengan bangga sambil mengelus pipi Sarah dengan ibu jarinya.Menyadari hilangnya sensasi basah dan lembab di bibirnya, Sarah pun langsung membuka matanya. Dengan wajah yang kian memerah, Sarah menarik tangannya yang sedari tadi tanpa sadar memegang erat jaket Rafka.