Sejak kejadian sebulan yang lalu, Livina selalu berusaha menyibukan diri dengan pekerjaan untuk melupakan malam itu.
Di usia yang terbilang masih muda, Livina sudah dipercaya untuk menggantikan jabatan Ayahnya sebagai CEO perusahaan keluarganya. Di saat sedang serius bekerja, tiba-tiba sekretaris yang juga adalah sahabatnya masuk keruangannya. "Livina, ada undangan pesta dari keluarga Gelvino" ujar Selena sambil menyerahkan satu undangan pesta kepadanya. Selena berasal dari keluarga sederhana namun memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Karenanya Livina mengangkat Selena menjadi Asistennya. "Oke, dimana dan jam berapa?" "Nanti jam 8 malam, bertempat di San Laurel," tutur Selena lagi. Livina hanya mengangguk kecil, "Oke, tolong bantu siapkan semua keperluanku." Selena melihat wajah Livina yang tampak tidak bersemangat sejak malam dimana ia mabuk. Livina sendiri juga telah menceritakan kejadian itu kepada Selena sambil menangis penuh penyesalan. Dan Selena jadi merasa bersalah. Tau begitu, dirinya akan mengantarkan Livina menuju kamar yang benar. Belum lagi, mantan kekasih Livina mulai kembali mengganggu, karena merasa menyesal telah melepas Livina setelah ketahuan berselingkuh. “Sudah jangan memikirkan kejadian buruk itu lagi. Aku akan membantumu untuk menyiapkan baju terbaik. Siapa tahu di sana, kamu akan bertemu dengan investor untuk proyek barumu" ujar Selena berusaha untuk menghibur Livina. Akhir-akhir ini performa perusahaan semakin turun karena Livina tidak begitu fokus. Namun, ketika mendengar kata investor membuat Livina kembali bersemangat. “Betul, dibandingkan memikirkan nasib buruk yang telah menimpaku, lebih baik memikirkan masa depan perusahaan,” gumam Livina. ---- Malam harinya. Livina tampak sangat cantik, rambutnya dibiarkan terurai melewati pinggangnya. Ia menggunakan dress selutut berwarna hitam. Pilihan dari Selena memang tidak pernah gagal. Livina berangkat tanpa didampingi Selena. Ia memutuskan untuk berangkat sendiri. Sesampai di San Laurel, dirinya disambut ramah oleh para petugas yang di luar. Ia sebetulnya sudah cukup sering bertemu dengan keluarga Gelvino, karena mereka adalah rekan bisnis orangtuanya. "Selamat datang Livina” Sapaan dari wanita paruh baya, yang juga adalah tuan rumah dari undangan ini, membuat Livina mendekati wanita itu dan mengulurkan tangannya. "Hallo Tante Jessica, terima kasih telah mengundang kami. Maaf, orang tua saya kebetulan masih ada di Paris saat ini, sehingga mereka tidak bisa ikut hadir” ujar Livina dengan penuh penyesalan. "Tidak masalah sayang” Jessica tersenyum lembut ketika mendengar ucapan Livina. Jessica menyukai Livina sejak pertemuan pertama mereka beberapa tahun yang lalu. Mulai dari tutur kata hingga etikanya. Sehingga membuat Jessica ingin sekali menjadikannya seorang menantu. Kebetulan sekali, putranya yang sejak tadi ditunggu akhirnya hadir. Jessica dengan bersemangat kemudian mengajak Livina untuk segera berkenalan dengan putranya. "Ayo ikut Sayang. Aku kenalkan dengan putraku." Jessica menggandeng Livina menuju ke arah putranya yang sangat dingin, kaku dan cuek. Putranya begitu sibuk dan jarang memiliki waktu. Namun, karena ini acara penting baginya dan perusahaan, Jessica akhirnya berhasil membujuk putranya untuk hadir di acara pesta hari ini. "Arion, sini Nak." Jessica melambaikan tangan kepada putranya yang berdiri tidak jauh dari mereka. Arion melangkah mendekat ke arah mamanya tanpa memperhatikan wanita di sampingnya. Jessica menarik tangan putranya untuk berdiri di samping Livina dan meminta keduanya saling bersalaman. “Kenalkan ini Livina, putri dari Om Edgar Oswald” ucapan Jessica tidak dihiraukan oleh Arion dan Livina yang kini sudah saling menatap kaget satu sama lain. Arion menahan nafasnya ketika menatap Livina. 'Wanita ini,' batin Arion. Pertama kali memandang Livina, Arion yang biasanya tenang langsung dibuat terkejut seketika. Pasalnya, sejak kejadian itu Arion meminta asistennya untuk mencari keberadaan dan identitas wanita yang pernah tidur dengannya. Namun semua orang di club malam mengatakan tidak mengenalnya dan baru pertama kali melihatnya. Arion dan Livina kembali tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Mengingat pernah saling menikmati tubuh masing-masing, meski belum saling mengenal. Kejadian itu bahkan telah menganggu pikiran mereka sebulan ini. "Hei, kalian kenapa melamun? Ayo salaman" ucapan Jessica kembali menyadarkan keduanya dari lamunan. Arion mengulurkan tangannya. Tatapannya masih tidak beralih dari wajah Livina. 'Jadi pria brengsek ini ternyata adalah anak dari Tante Jessica? Berani sekali dia memperlakukanku seperti seorang wanita murahan' batin Livina. Namun, karena masih menjaga kesopanan, ia tetap membalas uluran tangan Arion dan bersalaman dengannya. Setelah keduanya sama-sama melepaskan jabatan tangan. Jessica memiliki rencana untuk meninggalkan keduanya agar memiliki waktu untuk mengobrol lebih dekat. Jessica kemudian berasalan untuk pergi dan meninggalkan keduanya. Bagi Arion ini adalah kesempatan bagus. Akhirnya ia bisa bertemu lagi dengan wanita yang ia coba cari belakangan ini. Keduanya kemudian melangkah bersama menuju sofa yang berada di samping kaca lebar. Dada Livina kembang kempis menatap pria di hadapannya. Emosinya seketika membuncah karena kejadian malam itu masih terukir jelas di kepalanya. “Aku tidak menyangka bahwa putra Tante Jessica adalah seorang pria bajingan yang suka membayar para wanita untuk memuaskannya” Kata-kata pedas dari Livina membuat Arion menaikan satu alisnya. 'Wanita yang menarik,' Arion tersenyum tipis. “Bukankah seharusnya aku yang berkata bahwa aku tidak menyangka putri Om Edgar Oswald adalah seorang wanita yang menjual tubuhnya?”“Brengsek!” Livina berusaha menahan nada suaranya agar tidak menarik perhatian orang di sekitar mereka. Namun, ia tidak dapat menyembunyikan kekesalannya setelah mendengar perkataan Arion. Livina menyesal telah merobek cek 2M yang ditinggalkan oleh Arion saat itu. Padahal ia sangat ingin melemparkan cek itu di wajah Arion saat ini. “Aku akan menuntutmu! Bisa-bisanya kamu memanfaatkan seorang gadis yang sedang mabuk.” Arion tertawa mengejek, “Bukankah kamu sendiri yang datang ke kamarku secara sukarela?” Livina menggenggam tangannya erat, menahan gejolak untuk menampar pria di depannya ini. Bagaimanapun juga, tentu ia tidak dapat melakukan hal itu, mengingat ia bisa mempertaruhkan hubungan bisnis orangtuanya dengan Tante Jessica. “Hoek!” Tiba – tiba saja Livina merasakan perutnya bergejolak dengan hebat. Melihat hal itu, Arion dengan sigap menyerahkan segelas air putih padanya. Livina menarik gelas tersebut dan meminumnya. Belakangan ini Livina merasa asam lambungnya
Pagi ini Livina tampak begitu berantakan dan tidak seperti biasanya. Mualnya bertambah parah dan pikirannya membuatnya tidak bisa tidur. Livina pikir pagi harinya sudah cukup buruk. Namun, ketika matanya melihat sosok Marvel di lobby apartemennya, Livina menghela nafas berat. Rupanya paginya bertambah semakin buruk. Sepertinya Marvel kali ini benar-benar membutuhkan investasi dari perusahaan Livina. Semenjak ketahuan selingkuh dan karena kondisi perusahaan Livina yang juga sedang kurang baik, Livina telah menarik semua investasi ke perusahaan Marvel. Sehingga membuat usaha Marvel mengalami penurunan besar. Hampir setiap hari, Marvel berusaha untuk mendekati Livina kembali. Kali ini Ia datang ke apartemen Livina pagi sekali, Marvel selalu menunggu Livina di lobby karena tidak lagi memiliki akses untuk naik ke atas. Mata Marvel nampak berbinar begitu melihat kehadiran Livina, "Livi, Sayang. Tolong dengarkan aku dulu." Livina yang sudah lelah setiap hari dikejar-kejar oleh M
Livina menghela nafas berat. Dirinya merasa kenapa kehidupannya belakangan ini begitu sial dan cobaan datang bertubi-tubi. Ingatannya kembali teringat pada perbincangannya dengan Arion pagi tadi. Pria itu memberikan sebuah penawaran untuknya. Namun, Livina merasa bahwa pria itu telah gila. “Menikah kontrak?” gumam Livina lemah sambil menyandarkan tubuhnya di sofa. Arion berkata bahwa dirinya membutuhkan seorang pewaris dan sudah begitu lelah di desak menikah oleh Jessica. Sedangkan Livina sendiri saat ini sangat membutuhkan investor baru untuk perusahaannya. Sehingga Arion menawarkan kesepakatan untuk menikah kontrak selama 2 tahun. Livina memejamkan matanya. Dengan menikah Livina tidak perlu khawatir akan investasi perusahaannya, karena Arion berjanji akan menjadi investor di perusahaannya, selain itu Livina juga tidak perlu takut mencoreng nama baik keluarga karena ketahuan hamil di luar nikah. Toh, setelah dua tahun mereka bisa bercerai dan akan kembali ke kehidupan m
Pagi ini Livina datang ke perusahaan Arion karena pria itu menghubunginya untuk menandatangani surat kontrak pernikahan mereka. Kemarin setelah mendengar ucapan Arion, bahwa pernikahan ini tidak dapat ditunda lama karena mengingat kehamilan Livina yang pasti akan terus membesar, maka Livina juga memutuskan untuk mempercepat segala urusan ini. Livina menatap sebuah map berwarna merah yang diserahkan oleh Mercy kepadanya atas perintah Arion. Livina membuka map tersebut dan melihat kolom tanda tangan Arion sudah di tandatangani oleh pria itu. Berarti ini hanya tinggal menunggu persetujuan darinya saja, kan?"Kau bisa membaca ulang sebelum di tandatangani." Arion menopangkan dagunya di kedua tangannya sambil menatap Livina. Livina membaca peraturan-peraturan yang harus mereka berdua taati selama menjalani pernikahan kontrak dengan cermat. Terutama agar tidak ada poin yang merugikan dirinya. Mata Livina melihat pada dua poin tambahan yang ia minta untuk ditambahkan oleh Arion di surat
Malam ini, Livina menggunakan gaun selutut dengan warna putih dan merias dirinya dengan sederhana. Bagaimanapun ini adalah pertemuan kedua keluarga, dirinya tidak mau membuat malu keluarganya. Suara mobil terdengar di halaman, Livina segera turun ke bawah. Matanya langsung bertatapan dengan manik mata Arion. Untuk sesaat Livina merasa terpaku dengan Arion. Pria itu terlihat menawan!Lamunan Livina terbuyarkan begitu Mamanya memanggil dirinya untuk menyambut Arion dan keluarganya. Pertemuan ini terasa hangat, Livina bersyukur karena kedua keluarga sudah saling mengenal sebelumnya sehingga tidak ada kecanggungan yang terasa. Mereka justru saling membicarakan segala hal, mulai dari perjalanan orangtuanya ke Bali, lalu lanjut mengenai bisnis dan hobi. Livina justru merasa bahwa yang canggung di sini adalah dirinya dan Orion. Keduanya bahkan sama sekali belum berbicara satu sama lain sejak bertemu tadi. Livina hanya menyapa Tante Jessica dan Om Dirga. Begitupun sebaliknya. "Ngomong-ngo
Keduanya memutuskan untuk pergi berdua ke studio foto om Galang. Di luar dari kata mewah, prewedding keduanya menggunakan konsep yang simpel dan elegan. Setelah pre-wedding selesai, Arion segera membayar 5 kali lipat supaya esok hari undangan sudah selesai dan bisa disebarkan ke kerabat dan sanak saudara. Setelah melaksanakan prewedding, Livina dan Arion melanjutkan perjalanan ke butik Axely untuk membeli baju pengantin Ya sudah disediakan di sana. "Bagaimana dengan ini?" Katanya Livina ketika memakai baju pengantin dengan bagian dada yang terbuka. "Ini gaun pengantin terbaru yang dipajang tadi siang, tuan." Karyawati yang membantu Livina pengganti baju memberi sedikit penjelasan kepada Arion. Walaupun baju ini baru saja dibuat, tetap saja tidak cocok pada Arion. ia tidak mau ada orang lain yang melihat bagaimana lekuk tubuh Livina sexy apalagi dengan dada yang terbuka. "Dadanya terlalu terbuka, cari yang elegan namun tertutup bagian dadanya." Perintah Arion. Livina segara b
Arion membawa Livina ke kamar apartemennya setelah merasa perutnya sudah baikan. Karena kondisi tubuh Livina lemas sekali, Arion yang tidak tega refleks menggendong Livina ala bridal style. "Istirahat lah! Aku mandi dulu." "Di apartemen ini apakah hanya ada 1 kamar?" Tanya Livina. "Kamar satunya belum di bersihkan. Tidurlah. Tidak ada yang akan mengganggumu." Arion segera membalik tubuhnya menuju ke kamar mandi. Membiarkan Livina istirahat dengan tenang di kamarnya. Livina yang sudah merasa lemas langsung memejamkan matanya. Aroma parfum di kamar ini bagaikan aromatherapy baginya, sehingga membuat Livina merasa nyaman. Sehingga tanpa menunggu lama ia langsung sampai di alam mimpinya. Begitu Arion keluar dari kamar mandi. Ia melihat Livina sudah tertidur pulas sambil memeluk perutnya. Tanpa Arion sadari langkahnya mendekat ke arah Livina. Segera ia duduk di sisi ranjang tidurnya. Membenarkan rambut Livina yang menutupi wajahnya. "Kau wanita pertama yang beruntung tidur disi
Di dalam lift kaca yang melaju cepat, menuju ruang dokter Alexa. Seorang pria berjas hitam dengan ekspresi datar berdiri tegak. Di sebelahnya, seorang wanita dengan wajah pucat dan gugup meremas ujung gaunnya. Arion, CEO muda yang terkenal dingin dan datar, membawa Livina ke dokter kandungan. Suasana tegang menyelimuti mereka, jauh dari kesan bahagia yang biasanya menyertai pasangan yang tengah menantikan kehadiran seorang buah hati. "Aku gugup, Arion." Ujar Livina berbisik kepada Arion. "Tidak perlu. Ini hanya pemeriksaan rutin." Jawab Arion dengan dinginnya, tetap menjaga wibawa di hadapan orang-orang. Di ruang tunggu dokter Alexa. Keduanya duduk bersebelahan. Tiba-tiba Livina melihat majalah seputar kehamilan tergeletak tak terbaca di sampung Livina. Segera Livina mengambil dan membaca salah satunya. Menunggu giliran dipanggil. Hingga nomor antrian semakin mendekat, jantung Livina semakin berdebar kencang. "Aku tidak tahu harus bagaimana. Ini pertama kalinya aku periksa keham