Malam ini, Livina menggunakan gaun selutut dengan warna putih dan merias dirinya dengan sederhana. Bagaimanapun ini adalah pertemuan kedua keluarga, dirinya tidak mau membuat malu keluarganya. Suara mobil terdengar di halaman, Livina segera turun ke bawah. Matanya langsung bertatapan dengan manik mata Arion. Untuk sesaat Livina merasa terpaku dengan Arion. Pria itu terlihat menawan!Lamunan Livina terbuyarkan begitu Mamanya memanggil dirinya untuk menyambut Arion dan keluarganya. Pertemuan ini terasa hangat, Livina bersyukur karena kedua keluarga sudah saling mengenal sebelumnya sehingga tidak ada kecanggungan yang terasa. Mereka justru saling membicarakan segala hal, mulai dari perjalanan orangtuanya ke Bali, lalu lanjut mengenai bisnis dan hobi. Livina justru merasa bahwa yang canggung di sini adalah dirinya dan Orion. Keduanya bahkan sama sekali belum berbicara satu sama lain sejak bertemu tadi. Livina hanya menyapa Tante Jessica dan Om Dirga. Begitupun sebaliknya. "Ngomong-ngo
Keduanya memutuskan untuk pergi berdua ke studio foto om Galang. Di luar dari kata mewah, prewedding keduanya menggunakan konsep yang simpel dan elegan. Setelah pre-wedding selesai, Arion segera membayar 5 kali lipat supaya esok hari undangan sudah selesai dan bisa disebarkan ke kerabat dan sanak saudara. Setelah melaksanakan prewedding, Livina dan Arion melanjutkan perjalanan ke butik Axely untuk membeli baju pengantin Ya sudah disediakan di sana. "Bagaimana dengan ini?" Katanya Livina ketika memakai baju pengantin dengan bagian dada yang terbuka. "Ini gaun pengantin terbaru yang dipajang tadi siang, tuan." Karyawati yang membantu Livina pengganti baju memberi sedikit penjelasan kepada Arion. Walaupun baju ini baru saja dibuat, tetap saja tidak cocok pada Arion. ia tidak mau ada orang lain yang melihat bagaimana lekuk tubuh Livina sexy apalagi dengan dada yang terbuka. "Dadanya terlalu terbuka, cari yang elegan namun tertutup bagian dadanya." Perintah Arion. Livina segara b
Arion membawa Livina ke kamar apartemennya setelah merasa perutnya sudah baikan. Karena kondisi tubuh Livina lemas sekali, Arion yang tidak tega refleks menggendong Livina ala bridal style. "Istirahat lah! Aku mandi dulu." "Di apartemen ini apakah hanya ada 1 kamar?" Tanya Livina. "Kamar satunya belum di bersihkan. Tidurlah. Tidak ada yang akan mengganggumu." Arion segera membalik tubuhnya menuju ke kamar mandi. Membiarkan Livina istirahat dengan tenang di kamarnya. Livina yang sudah merasa lemas langsung memejamkan matanya. Aroma parfum di kamar ini bagaikan aromatherapy baginya, sehingga membuat Livina merasa nyaman. Sehingga tanpa menunggu lama ia langsung sampai di alam mimpinya. Begitu Arion keluar dari kamar mandi. Ia melihat Livina sudah tertidur pulas sambil memeluk perutnya. Tanpa Arion sadari langkahnya mendekat ke arah Livina. Segera ia duduk di sisi ranjang tidurnya. Membenarkan rambut Livina yang menutupi wajahnya. "Kau wanita pertama yang beruntung tidur disi
Di dalam lift kaca yang melaju cepat, menuju ruang dokter Alexa. Seorang pria berjas hitam dengan ekspresi datar berdiri tegak. Di sebelahnya, seorang wanita dengan wajah pucat dan gugup meremas ujung gaunnya. Arion, CEO muda yang terkenal dingin dan datar, membawa Livina ke dokter kandungan. Suasana tegang menyelimuti mereka, jauh dari kesan bahagia yang biasanya menyertai pasangan yang tengah menantikan kehadiran seorang buah hati. "Aku gugup, Arion." Ujar Livina berbisik kepada Arion. "Tidak perlu. Ini hanya pemeriksaan rutin." Jawab Arion dengan dinginnya, tetap menjaga wibawa di hadapan orang-orang. Di ruang tunggu dokter Alexa. Keduanya duduk bersebelahan. Tiba-tiba Livina melihat majalah seputar kehamilan tergeletak tak terbaca di sampung Livina. Segera Livina mengambil dan membaca salah satunya. Menunggu giliran dipanggil. Hingga nomor antrian semakin mendekat, jantung Livina semakin berdebar kencang. "Aku tidak tahu harus bagaimana. Ini pertama kalinya aku periksa keham
Livina bersyukur kehamilannya tidak terlalu rewel selama pesta pernikahan. Ia masih bisa mengatasinya. Itu juga berkat Arion yang selalu memerintahnya untuk duduk dan jangan sampai terlalu lelah. "Duduklah, jangan terlalu lelah!" "Minumlah, jangan sampai dehidrasi!" "Makanlah, kasian yang di dalam perutmu!" "Mau rebahan dulu?" Banyak sekali perhatian-perhatian kecil dari Arion membuat debaran jantung Livina semakin terasa. Bahkan acara belum selesai, Arion sudah membawa Livina ke kamar hotel yang sudah dipesan oleh keluarga mereka. Karena sudah sama-sama kelelahan. Sesampai di kasur yang ukuran king size. Keduanya memutuskan untuk berbaring bersebelahan. Cahaya rembulan malam masuk ke kamar mereka melalui celah kecil tirai tipis di kamarnya. Malam ini adalah malam pertamanya Arion tidur dengan seorang wanita yang baru saja dinikahinya, seorang gadis polos bernama Livina. Dengan posisi terlentang Arion berusaha memejamkan mata, namun pikirannya melayang pada kejad
Udara malam terasa menembus ke lapisan kulit terdalam. Livina sudah sampai pada alam mimpinya. Sedangkan Arion masih saja tidak bisa tidur, rasanya kegerahan sekali. Apalagi ketika melihat punggung Livina tercetak jelas di hadapannya. Membuat Arion tidak bisa menahan hasrat yang membuncah. Tangan Arion yang tadinya mengelus pinggangnya saja jadi semakin berani mengelus perut Livina hingga pada elusan di perut atasnya. Livina merasakan tangan Arion akan terus naik ke atas. Barulah Livina bergerak karena merasa terusik. "Tangannya ishh? Lo masih ingat kan dengan peraturan itu?" Tanya Livina langsung menepis tangan Arion yang bergerilya di perutnya. Arion menarik tangannya. Ia juga menopang kepalanya dengan tangan kirinya. Bukannya menjawab, Arion malah balik bertanya kepada Livina. "Bagaimana kau bisa tidur?" Tadi saja Livina berkata gugup tidur berdua dan ingin tidur sendiri namun ketika pinggangnya dipijat malah dirinya ditinggal tidur, tidurnya lelap banget lagi. "Ya tidur
"Apa kamu gadis bayaran itu?" Tanya seorang pria dengan nafas yang memburu dari hidungnya. Livina tidak mengerti dengan ucapan pria di hadapannya ini. Tapi, ketika Livina menatap matanya, seketika ia terpana dengan sorot matanya yang hitam tajam bahkan suara pria itu juga terdengar berat dan seksi. Satu kata untuk pria itu adalah memesona! Tatapan Livina semakin turun ke bawah dan melihat dada pria itu sangat bidang serta otot perut yang begitu menggoda. Tatapan dan sikap diam Livina rupanya dianggap sebagai sebuah jawaban 'ya' bagi pria itu. Livina akhirnya tersadar dari lamunan ketika tubuh pria itu semakin mendekat ke tubuhnya. Tangan Livina mencoba menahan dada bidang pria itu, supaya memberi jarak di antara mereka. Namun, Livina tidak menyadari bahwa sentuhan jemari tangannya pada dada pria itu justru malah semakin membuat sang pria langsung menggenggam tangannya erat. Dengan sekali tarikan, Livina terjatuh di atas ranjang. "Aahhh." Desahan Livina membuat pria itu s
Sejak kejadian sebulan yang lalu, Livina selalu berusaha menyibukan diri dengan pekerjaan untuk melupakan malam itu. Di usia yang terbilang masih muda, Livina sudah dipercaya untuk menggantikan jabatan Ayahnya sebagai CEO perusahaan keluarganya. Di saat sedang serius bekerja, tiba-tiba sekretaris yang juga adalah sahabatnya masuk keruangannya. "Livina, ada undangan pesta dari keluarga Gelvino" ujar Selena sambil menyerahkan satu undangan pesta kepadanya. Selena berasal dari keluarga sederhana namun memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Karenanya Livina mengangkat Selena menjadi Asistennya. "Oke, dimana dan jam berapa?" "Nanti jam 8 malam, bertempat di San Laurel," tutur Selena lagi. Livina hanya mengangguk kecil, "Oke, tolong bantu siapkan semua keperluanku." Selena melihat wajah Livina yang tampak tidak bersemangat sejak malam dimana ia mabuk. Livina sendiri juga telah menceritakan kejadian itu kepada Selena sambil menangis penuh penyesalan. Dan Selena jadi m