Pagi ini Livina tampak begitu berantakan dan tidak seperti biasanya.
Mualnya bertambah parah dan pikirannya membuatnya tidak bisa tidur. Livina pikir pagi harinya sudah cukup buruk. Namun, ketika matanya melihat sosok Marvel di lobby apartemennya, Livina menghela nafas berat. Rupanya paginya bertambah semakin buruk. Sepertinya Marvel kali ini benar-benar membutuhkan investasi dari perusahaan Livina. Semenjak ketahuan selingkuh dan karena kondisi perusahaan Livina yang juga sedang kurang baik, Livina telah menarik semua investasi ke perusahaan Marvel. Sehingga membuat usaha Marvel mengalami penurunan besar. Hampir setiap hari, Marvel berusaha untuk mendekati Livina kembali. Kali ini Ia datang ke apartemen Livina pagi sekali, Marvel selalu menunggu Livina di lobby karena tidak lagi memiliki akses untuk naik ke atas. Mata Marvel nampak berbinar begitu melihat kehadiran Livina, "Livi, Sayang. Tolong dengarkan aku dulu." Livina yang sudah lelah setiap hari dikejar-kejar oleh Marvel langsung menghentikan langkahnya dan menatap tajam kepada laki-laki tersebut. "Mau apalagi kamu? Tidak lelah mengejar aku setiap hari?" "Tidak. Karena aku sadar, aku salah Sayang. Permintaanku masih sama, Tolong berikan aku kesempatan kedua. Aku benar-benar tidak bisa hidup tanpa kamu." Kalimat buaian yang setiap hari diucapkan oleh Marvel. Sehingga membuat Livina hafal dan merasa muak kali ini. "Hah? Apa? Kamu tidak bisa hidup tanpa dana dari aku?" Livina dengan sengaja meninggikan nada suaranya. Sehingga orang-orang yang ada di lobby menoleh dan menertawakan Marvel. "Sayang mana ada seperti itu. Aku benar-benar tulus mencintai kamu." Marvel tidak peduli dengan rasa malunya. "Hah, omong kosong! Aku sudah memiliki kekasih. Dan sebentar lagi kita akan menikah. Jadi tolong jangan pernah menggangguku" Livina sengaja berbohong, karena sudah lelah dengan Marvel yang setiap hari mengajar-ngejarnya. "Aku tidak percaya itu. Aku tidak pernah menemuimu bersama dengan seorang laki-laki lain. Pasti kamu sedang membohongiku kan? Katakan saja, jika kamu tidak bisa melupakan aku selama ini." "Sehebat apa kamu sampai aku tidak bisa melupakanmu? Tunggu saja calon suamiku tidak sibuk, Aku akan membawanya di hadapanmu."“Jangan pun calon suami. Sekalipun kamu memiliki seorang suami, aku akan tetap merebutmu dari siapapun."
"Dasar orang gila!" tidak ingin berlama-lama berhadapan dengan Marvel. Livina bergegas melangkahkan kakinya dan masuk ke mobil, meninggalkan Marvel yang masih berusaha mengejarnya. *** Pagi ini Livina dikabari oleh Selena, bahwa ada meeting dengan investor baru. Tentu saja hal itu membuat Livina harus mempersiapkan dirinya dengan baik. Meskipun kondisinya tadi begitu berantakan ditambah moodnya yang makin rusak setelah bertemu Marvel. Kini Livina sudah kembali nampak lebih baik. Bagi Livina ini adalah kesempatan bagus. Dan dirinya tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Selain karena perusahaan bisa mendapat investasi baru, mungkin saja orangtuanya juga akan lebih bisa dibujuk mengenai kabar kehamilannya ini, karena dirinya lah yang telah mendapatkan investor baru. Selena mengabarkan bahwa para investor telah hadir dan Livina segera berjalan ke arah pintu untuk menyambut mereka. “Halo, terima kasih telah datang ke perusahaan kami. Mari, masuk ke dalam ruang rapat,” Livina tersenyum manis dan menjabat pria yang ada di depannya. “Halo, perkenalkan saya Mercy Jarshey. Tuan..” ucapan Mercy terhenti ketika sebuah dehaman berat pria menginterupsi perbincangan mereka. “Ah ini dia, Tuan Arion yang akan menjadi calon investor perusahaan kalian,” lanjut Mercy. Wajah Livina yang tadinya nampak tersenyum, kini berubah menjadi begitu dingin setelah bertatapan dengan Arion. Wajah pria itu juga tak kalah dingin. “Mau sampai kapan kalian berjabat tangan?” dengan kikuk, Mercy melepaskan tangannya dari Livina setelah mendengar nada Arion yang begitu tajam. Mereka kemudian masuk ke dalam ruang rapat. Livina dengan lugas melakukan presentasi produk perusahaannya dengan baik. Setelah menjelaskan dengan rinci, Livina mulai merasakan perutnya kembali tidak enak. Tangannya mengambil segelas air putih dan meminumnya. Sambil mengelus perutnya perlahan, berharap bayi di dalam perutnya dapat menjadi tenang. Tanpa Livina sadari, mata Arion sejak tadi memperhatikan setiap gerak-geriknya. Setelah meeting selesai. Arion meminta yang lain untuk keluar dari ruangan lebih dahulu, meninggalkan dirinya dan Livina berdua. Livina memicingkan matanya, “Masih ada perlu apa? Jika masih membutuhkan perihal proposal dan lainnya, nanti akan kami segera kirimkan kembali ke perusahaanmu.” “Apa kamu sudah periksa?” Livina merasa bingung dengan pertanyaan Arion. “Periksa apa?” “Apa kamu hamil?” Rasanya jantung Livina berdegup begitu kencang setelah mendengar pertanyaan Arion lagi. Tunggu, apa pria itu tahu? Tapi, bagaimana bisa? Melihat wajah Livina yang berubah menjadi tegang. Arion merasa sudah mendapatkan jawabannya. Arion sudah curiga ketika melihat Livina mual di pertemuan mereka di ulang tahun perusahaan saat itu. Pasalnya, dirinya tidak memakai pengaman malam itu dan tidak tahu bahwa Livina masih suci. Namun, ketika dirinya mengirimkan pesan, Livina juga tidak kunjung membalas. Oleh sebab itu, Arion akhirnya memutuskan untuk menemui Livina kembali dengan alasan pekerjaan. Karena dia tahu, bahwa Livina kemungkinan besar tidak akan mau menemuinya tanpa alasan yang jelas. “Ja..jangan sembarangan menuduh!” nada Livina terdengar begitu gugup. “Aku tidak menuduh. Tapi, aku yakin bahwa di perutmu saat ini ada anak kita yang sedang bertumbuh.”Livina menghela nafas berat. Dirinya merasa kenapa kehidupannya belakangan ini begitu sial dan cobaan datang bertubi-tubi. Ingatannya kembali teringat pada perbincangannya dengan Arion pagi tadi. Pria itu memberikan sebuah penawaran untuknya. Namun, Livina merasa bahwa pria itu telah gila. “Menikah kontrak?” gumam Livina lemah sambil menyandarkan tubuhnya di sofa. Arion berkata bahwa dirinya membutuhkan seorang pewaris dan sudah begitu lelah di desak menikah oleh Jessica. Sedangkan Livina sendiri saat ini sangat membutuhkan investor baru untuk perusahaannya. Sehingga Arion menawarkan kesepakatan untuk menikah kontrak selama 2 tahun. Livina memejamkan matanya. Dengan menikah Livina tidak perlu khawatir akan investasi perusahaannya, karena Arion berjanji akan menjadi investor di perusahaannya, selain itu Livina juga tidak perlu takut mencoreng nama baik keluarga karena ketahuan hamil di luar nikah. Toh, setelah dua tahun mereka bisa bercerai dan akan kembali ke kehidupan m
Pagi ini Livina datang ke perusahaan Arion karena pria itu menghubunginya untuk menandatangani surat kontrak pernikahan mereka. Kemarin setelah mendengar ucapan Arion, bahwa pernikahan ini tidak dapat ditunda lama karena mengingat kehamilan Livina yang pasti akan terus membesar, maka Livina juga memutuskan untuk mempercepat segala urusan ini. Livina menatap sebuah map berwarna merah yang diserahkan oleh Mercy kepadanya atas perintah Arion. Livina membuka map tersebut dan melihat kolom tanda tangan Arion sudah di tandatangani oleh pria itu. Berarti ini hanya tinggal menunggu persetujuan darinya saja, kan?"Kau bisa membaca ulang sebelum di tandatangani." Arion menopangkan dagunya di kedua tangannya sambil menatap Livina. Livina membaca peraturan-peraturan yang harus mereka berdua taati selama menjalani pernikahan kontrak dengan cermat. Terutama agar tidak ada poin yang merugikan dirinya. Mata Livina melihat pada dua poin tambahan yang ia minta untuk ditambahkan oleh Arion di surat
Malam ini, Livina menggunakan gaun selutut dengan warna putih dan merias dirinya dengan sederhana. Bagaimanapun ini adalah pertemuan kedua keluarga, dirinya tidak mau membuat malu keluarganya. Suara mobil terdengar di halaman, Livina segera turun ke bawah. Matanya langsung bertatapan dengan manik mata Arion. Untuk sesaat Livina merasa terpaku dengan Arion. Pria itu terlihat menawan!Lamunan Livina terbuyarkan begitu Mamanya memanggil dirinya untuk menyambut Arion dan keluarganya. Pertemuan ini terasa hangat, Livina bersyukur karena kedua keluarga sudah saling mengenal sebelumnya sehingga tidak ada kecanggungan yang terasa. Mereka justru saling membicarakan segala hal, mulai dari perjalanan orangtuanya ke Bali, lalu lanjut mengenai bisnis dan hobi. Livina justru merasa bahwa yang canggung di sini adalah dirinya dan Orion. Keduanya bahkan sama sekali belum berbicara satu sama lain sejak bertemu tadi. Livina hanya menyapa Tante Jessica dan Om Dirga. Begitupun sebaliknya. "Ngomong-ngo
Keduanya memutuskan untuk pergi berdua ke studio foto om Galang. Di luar dari kata mewah, prewedding keduanya menggunakan konsep yang simpel dan elegan. Setelah pre-wedding selesai, Arion segera membayar 5 kali lipat supaya esok hari undangan sudah selesai dan bisa disebarkan ke kerabat dan sanak saudara. Setelah melaksanakan prewedding, Livina dan Arion melanjutkan perjalanan ke butik Axely untuk membeli baju pengantin Ya sudah disediakan di sana. "Bagaimana dengan ini?" Katanya Livina ketika memakai baju pengantin dengan bagian dada yang terbuka. "Ini gaun pengantin terbaru yang dipajang tadi siang, tuan." Karyawati yang membantu Livina pengganti baju memberi sedikit penjelasan kepada Arion. Walaupun baju ini baru saja dibuat, tetap saja tidak cocok pada Arion. ia tidak mau ada orang lain yang melihat bagaimana lekuk tubuh Livina sexy apalagi dengan dada yang terbuka. "Dadanya terlalu terbuka, cari yang elegan namun tertutup bagian dadanya." Perintah Arion. Livina segara b
Arion membawa Livina ke kamar apartemennya setelah merasa perutnya sudah baikan. Karena kondisi tubuh Livina lemas sekali, Arion yang tidak tega refleks menggendong Livina ala bridal style. "Istirahat lah! Aku mandi dulu." "Di apartemen ini apakah hanya ada 1 kamar?" Tanya Livina. "Kamar satunya belum di bersihkan. Tidurlah. Tidak ada yang akan mengganggumu." Arion segera membalik tubuhnya menuju ke kamar mandi. Membiarkan Livina istirahat dengan tenang di kamarnya. Livina yang sudah merasa lemas langsung memejamkan matanya. Aroma parfum di kamar ini bagaikan aromatherapy baginya, sehingga membuat Livina merasa nyaman. Sehingga tanpa menunggu lama ia langsung sampai di alam mimpinya. Begitu Arion keluar dari kamar mandi. Ia melihat Livina sudah tertidur pulas sambil memeluk perutnya. Tanpa Arion sadari langkahnya mendekat ke arah Livina. Segera ia duduk di sisi ranjang tidurnya. Membenarkan rambut Livina yang menutupi wajahnya. "Kau wanita pertama yang beruntung tidur disi
Di dalam lift kaca yang melaju cepat, menuju ruang dokter Alexa. Seorang pria berjas hitam dengan ekspresi datar berdiri tegak. Di sebelahnya, seorang wanita dengan wajah pucat dan gugup meremas ujung gaunnya. Arion, CEO muda yang terkenal dingin dan datar, membawa Livina ke dokter kandungan. Suasana tegang menyelimuti mereka, jauh dari kesan bahagia yang biasanya menyertai pasangan yang tengah menantikan kehadiran seorang buah hati. "Aku gugup, Arion." Ujar Livina berbisik kepada Arion. "Tidak perlu. Ini hanya pemeriksaan rutin." Jawab Arion dengan dinginnya, tetap menjaga wibawa di hadapan orang-orang. Di ruang tunggu dokter Alexa. Keduanya duduk bersebelahan. Tiba-tiba Livina melihat majalah seputar kehamilan tergeletak tak terbaca di sampung Livina. Segera Livina mengambil dan membaca salah satunya. Menunggu giliran dipanggil. Hingga nomor antrian semakin mendekat, jantung Livina semakin berdebar kencang. "Aku tidak tahu harus bagaimana. Ini pertama kalinya aku periksa keham
Livina bersyukur kehamilannya tidak terlalu rewel selama pesta pernikahan. Ia masih bisa mengatasinya. Itu juga berkat Arion yang selalu memerintahnya untuk duduk dan jangan sampai terlalu lelah. "Duduklah, jangan terlalu lelah!" "Minumlah, jangan sampai dehidrasi!" "Makanlah, kasian yang di dalam perutmu!" "Mau rebahan dulu?" Banyak sekali perhatian-perhatian kecil dari Arion membuat debaran jantung Livina semakin terasa. Bahkan acara belum selesai, Arion sudah membawa Livina ke kamar hotel yang sudah dipesan oleh keluarga mereka. Karena sudah sama-sama kelelahan. Sesampai di kasur yang ukuran king size. Keduanya memutuskan untuk berbaring bersebelahan. Cahaya rembulan malam masuk ke kamar mereka melalui celah kecil tirai tipis di kamarnya. Malam ini adalah malam pertamanya Arion tidur dengan seorang wanita yang baru saja dinikahinya, seorang gadis polos bernama Livina. Dengan posisi terlentang Arion berusaha memejamkan mata, namun pikirannya melayang pada kejad
Udara malam terasa menembus ke lapisan kulit terdalam. Livina sudah sampai pada alam mimpinya. Sedangkan Arion masih saja tidak bisa tidur, rasanya kegerahan sekali. Apalagi ketika melihat punggung Livina tercetak jelas di hadapannya. Membuat Arion tidak bisa menahan hasrat yang membuncah. Tangan Arion yang tadinya mengelus pinggangnya saja jadi semakin berani mengelus perut Livina hingga pada elusan di perut atasnya. Livina merasakan tangan Arion akan terus naik ke atas. Barulah Livina bergerak karena merasa terusik. "Tangannya ishh? Lo masih ingat kan dengan peraturan itu?" Tanya Livina langsung menepis tangan Arion yang bergerilya di perutnya. Arion menarik tangannya. Ia juga menopang kepalanya dengan tangan kirinya. Bukannya menjawab, Arion malah balik bertanya kepada Livina. "Bagaimana kau bisa tidur?" Tadi saja Livina berkata gugup tidur berdua dan ingin tidur sendiri namun ketika pinggangnya dipijat malah dirinya ditinggal tidur, tidurnya lelap banget lagi. "Ya tidur