Share

Bab 3 Pengecekan Kehamilan

“Brengsek!” Livina berusaha menahan nada suaranya agar tidak menarik perhatian orang di sekitar mereka. Namun, ia tidak dapat menyembunyikan kekesalannya setelah mendengar perkataan Arion.

Livina menyesal telah merobek cek 2M yang ditinggalkan oleh Arion saat itu. Padahal ia sangat ingin melemparkan cek itu di wajah Arion saat ini.

“Aku akan menuntutmu! Bisa-bisanya kamu memanfaatkan seorang gadis yang sedang mabuk.”

Arion tertawa mengejek, “Bukankah kamu sendiri yang datang ke kamarku secara sukarela?”

Livina menggenggam tangannya erat, menahan gejolak untuk menampar pria di depannya ini. Bagaimanapun juga, tentu ia tidak dapat melakukan hal itu, mengingat ia bisa mempertaruhkan hubungan bisnis orangtuanya dengan Tante Jessica.

“Hoek!”

Tiba – tiba saja Livina merasakan perutnya bergejolak dengan hebat. Melihat hal itu, Arion dengan sigap menyerahkan segelas air putih padanya. Livina menarik gelas tersebut dan meminumnya.

Belakangan ini Livina merasa asam lambungnya sedang tidak baik. Ia sering merasa mual dan tidak nafsu makan. Bertemu kembali dengan pria yang telah menganggu pikirannya selama ini sepertinya kembali membuat lambung Livina kambuh.

Tanpa sepatah kata, Livina pergi meninggalkan Arion yang masih duduk dan memperhatikannya. Livina tidak mau berhubungan dengan pria itu lagi.

Livina menghampiri Jessica yang terlihat masih menyapa para tamu undangan.

"Maaf Tante, saya pamit pulang terlebih dahulu. Mendadak saya tidak enak badan. Selamat atas ulang tahun perusahaannya tante." Pamit Livina sambil menjabat tangan wanita paruh baya itu.

"Livina perlu di antar sayang? Biar Arion mengantarmu." Jessica merasa khawatir melihat wajah Livina yang tampak sedikit pucat.

"Terimakasih Tante. Livina bisa pulang sendiri" Livina pulang dengan sedikit terburu-buru. Ia merasakan perutnya seperti di aduk-aduk.

Sambil menahan rasa mual, Livina akhirnya sampai di apartemennya dan segera memuntahkan semua isi perutnya di kamar mandi.

Ting!

Bunyi pesan masuk, membuat Livina kemudian mengambil ponselnya yang masih ada di dalam tas.

Livina menghela nafas kesal ketika membaca sebuah pesan yang ternyata dari Marvel, mantan kekasihnya.

[Sayang, tolong beri aku kesempatan untuk menjelaskannya.]

Sejak ketahuan berselingkuh, Marvel kini terus berusaha meminta maaf padanya dan meminta untuk balikan. Namun, dirinya tentu saja bukan wanita bodoh yang mau menerima lagi penghianat.

Apalagi Selena juga telah menyadarkannya. Bahwa Marvel selama ini hanya memanfaatkan dirinya saja. Karena Livina memang begitu cinta pada Marvel. Sehingga membuatnya menjadi bodoh dan rela melakukan apa saja untuk pria itu, termasuk mengeluarkan uang banyak untuk membantu usahanya. Kini Marvel pasti sedang mengalami kesulitan uang lagi, sehingga mulai mencari Livina.

"Aku tidak akan mengangkat telepon darimu. Aku sudah tidak bodoh seperti kemarin - kemarin" ujar Livina kemudian memblokir nomor Marvel.

Ting.

Sebuah pesan kembali masuk ke ponselnya. Namun, dari sebuah nomor yang tak ia kenal. Livina tetap melihat pesan tersebut.

+1 662234***

[Saranku sebaiknya kamu melakukan pengecekan kehamilan.]

Livina membelalakkan matanya setelah membaca pesan itu.

'Pengecekan kehamilan? Untuk apa? Dan siapa orang yang telah mengiriminya pesan ini.' batin Livina.

"Tunggu.." ujar Livina. Livina mengingat - ingat kejadian malam itu. Mereka tidak memakai pengaman dan itu adalah pertama kalinya bagi Livina.

"Apa jangan-jangan aku-" tiba - tiba Livina merasa dunianya runtuh ketika menyadari bahwa dirinya memang sudah telat dua minggu.

***

Tangan Livina gemetar ketika memegang benda pipih tersebut yang menunjukkan jika ada garis dua garis berwarna merah.

"Hahh? A-aku benar Ha-hamil?" Livina menutup mulutnya dan menggelengkan kepalanya. Rasanya sudah terjatuh masih tertimpa batu besar. Bagaimana semua ini bisa terjadi padanya.

"Tidak, tidak mungkin aku hamil. Mungkin saja tes ini yang salah. Atau mungkin tesnya rusak. Aku akan mencoba dengan tes yang lain."

Livina langsung mengambil 5 tespek yang berbeda dan mencobanya secara bersamaan. Dan dari kelima tes tersebut semuanya menunjukkan hasil yang sama.

Livina mengacak rambutnya frustasi. Jika kedua orangtuanya tahu bahwa dirinya telah hamil di luar nikah, sudah dapat dibayangkan betapa murkanya mereka. Dirinya juga kemungkinan akan segera diturunkan dari jabatan CEO karena telah dianggap mencoreng nama baik keluarga Oswold.

“Bagaimana ini?” gumam Livina lemah.

Apa sebaiknya dia mengugurkan saja anak ini? Livina menggeleng-geleng mencoba menyingkirkan pikiran jahat itu dari otaknya. Bagaimanapun anak itu tidak bersalah, yang bersalah adalah dirinya karena telah ceroboh.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status