“Brengsek!” Livina berusaha menahan nada suaranya agar tidak menarik perhatian orang di sekitar mereka. Namun, ia tidak dapat menyembunyikan kekesalannya setelah mendengar perkataan Arion.
Livina menyesal telah merobek cek 2M yang ditinggalkan oleh Arion saat itu. Padahal ia sangat ingin melemparkan cek itu di wajah Arion saat ini. “Aku akan menuntutmu! Bisa-bisanya kamu memanfaatkan seorang gadis yang sedang mabuk.” Arion tertawa mengejek, “Bukankah kamu sendiri yang datang ke kamarku secara sukarela?” Livina menggenggam tangannya erat, menahan gejolak untuk menampar pria di depannya ini. Bagaimanapun juga, tentu ia tidak dapat melakukan hal itu, mengingat ia bisa mempertaruhkan hubungan bisnis orangtuanya dengan Tante Jessica. “Hoek!” Tiba – tiba saja Livina merasakan perutnya bergejolak dengan hebat. Melihat hal itu, Arion dengan sigap menyerahkan segelas air putih padanya. Livina menarik gelas tersebut dan meminumnya. Belakangan ini Livina merasa asam lambungnya sedang tidak baik. Ia sering merasa mual dan tidak nafsu makan. Bertemu kembali dengan pria yang telah menganggu pikirannya selama ini sepertinya kembali membuat lambung Livina kambuh. Tanpa sepatah kata, Livina pergi meninggalkan Arion yang masih duduk dan memperhatikannya. Livina tidak mau berhubungan dengan pria itu lagi. Livina menghampiri Jessica yang terlihat masih menyapa para tamu undangan. "Maaf Tante, saya pamit pulang terlebih dahulu. Mendadak saya tidak enak badan. Selamat atas ulang tahun perusahaannya tante." Pamit Livina sambil menjabat tangan wanita paruh baya itu. "Livina perlu di antar sayang? Biar Arion mengantarmu." Jessica merasa khawatir melihat wajah Livina yang tampak sedikit pucat. "Terimakasih Tante. Livina bisa pulang sendiri" Livina pulang dengan sedikit terburu-buru. Ia merasakan perutnya seperti di aduk-aduk. Sambil menahan rasa mual, Livina akhirnya sampai di apartemennya dan segera memuntahkan semua isi perutnya di kamar mandi. Ting! Bunyi pesan masuk, membuat Livina kemudian mengambil ponselnya yang masih ada di dalam tas. Livina menghela nafas kesal ketika membaca sebuah pesan yang ternyata dari Marvel, mantan kekasihnya. [Sayang, tolong beri aku kesempatan untuk menjelaskannya.] Sejak ketahuan berselingkuh, Marvel kini terus berusaha meminta maaf padanya dan meminta untuk balikan. Namun, dirinya tentu saja bukan wanita bodoh yang mau menerima lagi penghianat. Apalagi Selena juga telah menyadarkannya. Bahwa Marvel selama ini hanya memanfaatkan dirinya saja. Karena Livina memang begitu cinta pada Marvel. Sehingga membuatnya menjadi bodoh dan rela melakukan apa saja untuk pria itu, termasuk mengeluarkan uang banyak untuk membantu usahanya. Kini Marvel pasti sedang mengalami kesulitan uang lagi, sehingga mulai mencari Livina. "Aku tidak akan mengangkat telepon darimu. Aku sudah tidak bodoh seperti kemarin - kemarin" ujar Livina kemudian memblokir nomor Marvel. Ting. Sebuah pesan kembali masuk ke ponselnya. Namun, dari sebuah nomor yang tak ia kenal. Livina tetap melihat pesan tersebut. +1 662234*** [Saranku sebaiknya kamu melakukan pengecekan kehamilan.] Livina membelalakkan matanya setelah membaca pesan itu. 'Pengecekan kehamilan? Untuk apa? Dan siapa orang yang telah mengiriminya pesan ini.' batin Livina. "Tunggu.." ujar Livina. Livina mengingat - ingat kejadian malam itu. Mereka tidak memakai pengaman dan itu adalah pertama kalinya bagi Livina. "Apa jangan-jangan aku-" tiba - tiba Livina merasa dunianya runtuh ketika menyadari bahwa dirinya memang sudah telat dua minggu. *** Tangan Livina gemetar ketika memegang benda pipih tersebut yang menunjukkan jika ada garis dua garis berwarna merah. "Hahh? A-aku benar Ha-hamil?" Livina menutup mulutnya dan menggelengkan kepalanya. Rasanya sudah terjatuh masih tertimpa batu besar. Bagaimana semua ini bisa terjadi padanya. "Tidak, tidak mungkin aku hamil. Mungkin saja tes ini yang salah. Atau mungkin tesnya rusak. Aku akan mencoba dengan tes yang lain." Livina langsung mengambil 5 tespek yang berbeda dan mencobanya secara bersamaan. Dan dari kelima tes tersebut semuanya menunjukkan hasil yang sama. Livina mengacak rambutnya frustasi. Jika kedua orangtuanya tahu bahwa dirinya telah hamil di luar nikah, sudah dapat dibayangkan betapa murkanya mereka. Dirinya juga kemungkinan akan segera diturunkan dari jabatan CEO karena telah dianggap mencoreng nama baik keluarga Oswold. “Bagaimana ini?” gumam Livina lemah. Apa sebaiknya dia mengugurkan saja anak ini? Livina menggeleng-geleng mencoba menyingkirkan pikiran jahat itu dari otaknya. Bagaimanapun anak itu tidak bersalah, yang bersalah adalah dirinya karena telah ceroboh.Pagi ini Livina tampak begitu berantakan dan tidak seperti biasanya. Mualnya bertambah parah dan pikirannya membuatnya tidak bisa tidur. Livina pikir pagi harinya sudah cukup buruk. Namun, ketika matanya melihat sosok Marvel di lobby apartemennya, Livina menghela nafas berat. Rupanya paginya bertambah semakin buruk. Sepertinya Marvel kali ini benar-benar membutuhkan investasi dari perusahaan Livina. Semenjak ketahuan selingkuh dan karena kondisi perusahaan Livina yang juga sedang kurang baik, Livina telah menarik semua investasi ke perusahaan Marvel. Sehingga membuat usaha Marvel mengalami penurunan besar. Hampir setiap hari, Marvel berusaha untuk mendekati Livina kembali. Kali ini Ia datang ke apartemen Livina pagi sekali, Marvel selalu menunggu Livina di lobby karena tidak lagi memiliki akses untuk naik ke atas. Mata Marvel nampak berbinar begitu melihat kehadiran Livina, "Livi, Sayang. Tolong dengarkan aku dulu." Livina yang sudah lelah setiap hari dikejar-kejar oleh M
Livina menghela nafas berat. Dirinya merasa kenapa kehidupannya belakangan ini begitu sial dan cobaan datang bertubi-tubi. Ingatannya kembali teringat pada perbincangannya dengan Arion pagi tadi. Pria itu memberikan sebuah penawaran untuknya. Namun, Livina merasa bahwa pria itu telah gila. “Menikah kontrak?” gumam Livina lemah sambil menyandarkan tubuhnya di sofa. Arion berkata bahwa dirinya membutuhkan seorang pewaris dan sudah begitu lelah di desak menikah oleh Jessica. Sedangkan Livina sendiri saat ini sangat membutuhkan investor baru untuk perusahaannya. Sehingga Arion menawarkan kesepakatan untuk menikah kontrak selama 2 tahun. Livina memejamkan matanya. Dengan menikah Livina tidak perlu khawatir akan investasi perusahaannya, karena Arion berjanji akan menjadi investor di perusahaannya, selain itu Livina juga tidak perlu takut mencoreng nama baik keluarga karena ketahuan hamil di luar nikah. Toh, setelah dua tahun mereka bisa bercerai dan akan kembali ke kehidupan m
Pagi ini Livina datang ke perusahaan Arion karena pria itu menghubunginya untuk menandatangani surat kontrak pernikahan mereka. Kemarin setelah mendengar ucapan Arion, bahwa pernikahan ini tidak dapat ditunda lama karena mengingat kehamilan Livina yang pasti akan terus membesar, maka Livina juga memutuskan untuk mempercepat segala urusan ini. Livina menatap sebuah map berwarna merah yang diserahkan oleh Mercy kepadanya atas perintah Arion. Livina membuka map tersebut dan melihat kolom tanda tangan Arion sudah di tandatangani oleh pria itu. Berarti ini hanya tinggal menunggu persetujuan darinya saja, kan?"Kau bisa membaca ulang sebelum di tandatangani." Arion menopangkan dagunya di kedua tangannya sambil menatap Livina. Livina membaca peraturan-peraturan yang harus mereka berdua taati selama menjalani pernikahan kontrak dengan cermat. Terutama agar tidak ada poin yang merugikan dirinya. Mata Livina melihat pada dua poin tambahan yang ia minta untuk ditambahkan oleh Arion di surat
Malam ini, Livina menggunakan gaun selutut dengan warna putih dan merias dirinya dengan sederhana. Bagaimanapun ini adalah pertemuan kedua keluarga, dirinya tidak mau membuat malu keluarganya. Suara mobil terdengar di halaman, Livina segera turun ke bawah. Matanya langsung bertatapan dengan manik mata Arion. Untuk sesaat Livina merasa terpaku dengan Arion. Pria itu terlihat menawan!Lamunan Livina terbuyarkan begitu Mamanya memanggil dirinya untuk menyambut Arion dan keluarganya. Pertemuan ini terasa hangat, Livina bersyukur karena kedua keluarga sudah saling mengenal sebelumnya sehingga tidak ada kecanggungan yang terasa. Mereka justru saling membicarakan segala hal, mulai dari perjalanan orangtuanya ke Bali, lalu lanjut mengenai bisnis dan hobi. Livina justru merasa bahwa yang canggung di sini adalah dirinya dan Orion. Keduanya bahkan sama sekali belum berbicara satu sama lain sejak bertemu tadi. Livina hanya menyapa Tante Jessica dan Om Dirga. Begitupun sebaliknya. "Ngomong-ngo
Keduanya memutuskan untuk pergi berdua ke studio foto om Galang. Di luar dari kata mewah, prewedding keduanya menggunakan konsep yang simpel dan elegan. Setelah pre-wedding selesai, Arion segera membayar 5 kali lipat supaya esok hari undangan sudah selesai dan bisa disebarkan ke kerabat dan sanak saudara. Setelah melaksanakan prewedding, Livina dan Arion melanjutkan perjalanan ke butik Axely untuk membeli baju pengantin Ya sudah disediakan di sana. "Bagaimana dengan ini?" Katanya Livina ketika memakai baju pengantin dengan bagian dada yang terbuka. "Ini gaun pengantin terbaru yang dipajang tadi siang, tuan." Karyawati yang membantu Livina pengganti baju memberi sedikit penjelasan kepada Arion. Walaupun baju ini baru saja dibuat, tetap saja tidak cocok pada Arion. ia tidak mau ada orang lain yang melihat bagaimana lekuk tubuh Livina sexy apalagi dengan dada yang terbuka. "Dadanya terlalu terbuka, cari yang elegan namun tertutup bagian dadanya." Perintah Arion. Livina segara b
Arion membawa Livina ke kamar apartemennya setelah merasa perutnya sudah baikan. Karena kondisi tubuh Livina lemas sekali, Arion yang tidak tega refleks menggendong Livina ala bridal style. "Istirahat lah! Aku mandi dulu." "Di apartemen ini apakah hanya ada 1 kamar?" Tanya Livina. "Kamar satunya belum di bersihkan. Tidurlah. Tidak ada yang akan mengganggumu." Arion segera membalik tubuhnya menuju ke kamar mandi. Membiarkan Livina istirahat dengan tenang di kamarnya. Livina yang sudah merasa lemas langsung memejamkan matanya. Aroma parfum di kamar ini bagaikan aromatherapy baginya, sehingga membuat Livina merasa nyaman. Sehingga tanpa menunggu lama ia langsung sampai di alam mimpinya. Begitu Arion keluar dari kamar mandi. Ia melihat Livina sudah tertidur pulas sambil memeluk perutnya. Tanpa Arion sadari langkahnya mendekat ke arah Livina. Segera ia duduk di sisi ranjang tidurnya. Membenarkan rambut Livina yang menutupi wajahnya. "Kau wanita pertama yang beruntung tidur disi
Di dalam lift kaca yang melaju cepat, menuju ruang dokter Alexa. Seorang pria berjas hitam dengan ekspresi datar berdiri tegak. Di sebelahnya, seorang wanita dengan wajah pucat dan gugup meremas ujung gaunnya. Arion, CEO muda yang terkenal dingin dan datar, membawa Livina ke dokter kandungan. Suasana tegang menyelimuti mereka, jauh dari kesan bahagia yang biasanya menyertai pasangan yang tengah menantikan kehadiran seorang buah hati. "Aku gugup, Arion." Ujar Livina berbisik kepada Arion. "Tidak perlu. Ini hanya pemeriksaan rutin." Jawab Arion dengan dinginnya, tetap menjaga wibawa di hadapan orang-orang. Di ruang tunggu dokter Alexa. Keduanya duduk bersebelahan. Tiba-tiba Livina melihat majalah seputar kehamilan tergeletak tak terbaca di sampung Livina. Segera Livina mengambil dan membaca salah satunya. Menunggu giliran dipanggil. Hingga nomor antrian semakin mendekat, jantung Livina semakin berdebar kencang. "Aku tidak tahu harus bagaimana. Ini pertama kalinya aku periksa keham
Livina bersyukur kehamilannya tidak terlalu rewel selama pesta pernikahan. Ia masih bisa mengatasinya. Itu juga berkat Arion yang selalu memerintahnya untuk duduk dan jangan sampai terlalu lelah. "Duduklah, jangan terlalu lelah!" "Minumlah, jangan sampai dehidrasi!" "Makanlah, kasian yang di dalam perutmu!" "Mau rebahan dulu?" Banyak sekali perhatian-perhatian kecil dari Arion membuat debaran jantung Livina semakin terasa. Bahkan acara belum selesai, Arion sudah membawa Livina ke kamar hotel yang sudah dipesan oleh keluarga mereka. Karena sudah sama-sama kelelahan. Sesampai di kasur yang ukuran king size. Keduanya memutuskan untuk berbaring bersebelahan. Cahaya rembulan malam masuk ke kamar mereka melalui celah kecil tirai tipis di kamarnya. Malam ini adalah malam pertamanya Arion tidur dengan seorang wanita yang baru saja dinikahinya, seorang gadis polos bernama Livina. Dengan posisi terlentang Arion berusaha memejamkan mata, namun pikirannya melayang pada kejad