What?!” Reni berkata dengan membolakan matanya. “Mereka menerima suap yang tidak sedikit untuk bekerja sama memberikan proyek Pak Elvan pada Sugara Group, yaitu Dion.” Informasi Winda ini sontak membuat Diva dan juga Reni ternganga. “Sehari sebelum launching produk mereka, aku datang ke apartemen Dion untuk membawakannya makan siang. Aku tidak sengaja mendengar obrolan Dion waktu itu di telepon, setelah itu, aku juga tidak sengaja melihat file di laptop Dion yang terbuka.” Winda berkata dengan nada rendah. “Awalnya aku kurang mengerti, tapi aku memastikan sekali lagi untuk pergi ke kantor dan melihat bagianku untuk menyamakan bagian yang lain, ternyata benar, itu adalah pekerjaan kita yang diambil sama persis, intinya aku tahu itu pekerjaan kita, tapi aku masih kurang paham untuk apa file itu ada bersamanya.” Winda menarik napas menjeda kalimatnya sejenak. “Kemudian tiba-tiba mereka meluncurkan produk itu saat kita mengadakan pertemuan di ruang serba guna itu. Untuk memastikan la
Diva mengernyitkan kening, kali ini suara riuh dari depan panggung benar-benar berpindah sepenuhnya ke arah mereka, membuat perhatian yang cukup besar di sana. Diva yang awalnya sudah mewanti-wanti bahwa acara ini agar bisa berjalan kondusif, tetapi ternyata Marissa malah membuat kekacauan, apa artinya rencananya ada yang terlewat? “Marissa!” Diva berkata dengan suara tinggi. “Kenapa? Apa aku benar?! Kalian lihat! Kalian bisa lihat sendiri, aku punya video wanita ini menggoda Elvan! Pria mana yang tidak tergoda saat ada seorang wanita yang bersedia tidur dengannya?” Marissa kembaoi berteriak lantang. “Aku sudah mengirimkan video itu pada kalian semua yang hadir di acara ini, kalian bisa menilai sendiri wanita seperti apa Diva ini!” Marissa berkata dengan melihat sinis ke arah Diva. Bersamaan dengan hal itu orang-orang yang mengerumuni mereka mendadak mendapat notifikasi di pemberitahuan ponsel mereka. Diva sudah jelas bisa menebak, itu adalah video yang dikirim oleh seseorang
Marissa dan Nara serta Farha tidak bisa melakukan apapun lagi. Mereka terpaksa menurut pada orang-orang Elvan ini dan mengikuti mereka. Setelah keterangan yang diberikan Elvan pada semuanya, Elvan menghampiri Diva dengan langkah mantap, lalu memeluknya sesaat kemudian mendaratkan kecupan singkat di keningnya. “Perkenalkan, Dia adalah Diva Gantari, istri sah saya.” Elvan berkata pada semuanya, membuat suasana menjadi benar-benar hening dalam sekejap. “Saya mewakili keluarga Wongso mohon maaf atas ketidaknyamanan acara hari ini dan saya juga minta maaf karena membuat tamu kami merasa menjadi tidak nyaman karena perlakuan kami yang secara sepihak menutup akses ke luar dan juga menahan sinyal ponsel kita semua.” Elvan berkata dengan suara penuh wibawa. Lalu berikutnya, Dia membungkukkan tubuhnya beberapa kali pada orang-orang yang ada di sini, menyatakan penyesalan terdalamnya karena tidak bisa melayani para undangan dengan baik. Sikap Elvan yang seperti ini mendapat sambutan yang
Sudah lebih dari tiga minggu kejadian ini berlangsung, beberapa masalah lain juga sudah mulai berangsur-angsur teratasi. Diva juga sedang sibuk mempersiapkan acara pesta pernikahannya dengan Elvan yang pasti akan menjadi sangat meriah dan juga akan menjadi pusat perhatian dan mendapatkan sorotan khusus dari banyak kalangan.Diva juga beberapa kali sudah diundang untuk wawancara di beberapa acara televisi dan juga podcast beberapa influencer.“Kak Diva, ini jusnya,” ucap Prisya memberikan minuman itu padanya.“Setelah ini kita kemana lagi?” tanya Prisya.“Pulang ke rumah.” Diva menjawab dengan singkat.“Rumah mana kali ini?” Prisya bertanya untuk memastikan.“Rumah–”Belum sempat Diva menjawab, Elvan menghubunginya.“Iya Sayang?” jawab Diva dengan cepat saat suaminya menghubunginya.“Sayang kamu ada di mana?” tanya Elvan.“Aku lagi di jalan sama Prisya, dianter oleh Bimo, tadi abis dateng ke acara ….” Diva nampak berpikir sejenak.“Apa urusanmu sudah selesai?” tanya Elvan tidak menghir
Entah sudah berapa lama Diva berdiam di kamar mandi ini, hingga akhirnya dia tidak menyadari kalau Elvan sudah berdiri memperhatikannya.“AH! Kamu ngapain masuk!?” Diva lalu reflek menutup tubuhnya, berbalik membelakangi Elvan, kemudian berjongkok. Kali ini dia benar-benar malu sekarang ini.Elvan berjalan mendekati istrinya itu, mematikan air shower yang masih menyala membasahi tubuhnya, kemudian menyelimuti handuk ke badan Diva.“Kalau mandi terlalu lama bisa masuk angin,” bisik Elvan sambil membantu Diva berdiri.Wajah Diva benar-benar memerah karena malu, dia rasanya tidak sanggup untuk menatap suaminya sendiri sekarang ini.Elvan membawa Diva keluar seraya berkata, “Pakailah bajumu, aku mandi dulu.” Diva langsung melihat ke arah Elvan.“Kalau kamu tidak mau pakai juga tidak masalah!” Elvan lalu mengedipkan sebelah matanya kemudian menutup pintu kamar mandi.Diva memegang dadanya sendiri sambil menenangkan diri, “Ya Tuhan, apa-apaan dia?!” gerutunya.Kemudian Diva berjalan di area
Elvan dan Diva keluar dari kamar mereka nyaris jam makan siang, namun saat mereka bertemu dengan Anita, wanita itu senyum-senyum melihat keduanya, hal ini jelas membuat Diva merasa malu. “Siang, Ma,” sapa Elvan dengan santai. “Selamat siang juga kesayangan mama! Kalian mau pergi kemana?” tanya Anita dengan mengerutkan keningnya. “Aku tidak pergi kemana-mana hari ini, khusus hari ini aku akan menemani mama dan Diva yang kata Diva mau bertemu dengan orang WO.” Elvan berkata datar. “Wah, jadi kamu yang mau menemani kita? Okay kalau begitu, kita pergi sekarang!” Anita berkata dengan penuh semangat. “Tunggu sebentar mama mau ganti baju dulu!” *** Di sinilah mereka berada sekarang, berbicara banyak hal tentang persiapan pernikahan mereka yang 98% sudah siap. Pernikahan ini dilakukan akhir pekan nanti, artinya dalam waktu tiga hari lagi. Hal ini sudah mereka sepakati bersama saat kedua keluarga bertemu di hari pernikahan mereka waktu itu. Memang tidak melibatkan para tetua seperti Har
Hari yang dinantikan sudah tiba, tempat dimana pesta pernikahan Diva dan Elvan dibuat sangat cantik dan indah. Awalnya Diva memang menginginkan pernikahan outdoor di hutan pinus, tetapi dia sadar itu hanya lelucon yang dia ucapkan. Setelah mereka menyelesaikan urusan terkait acara ulang tahun perusahaan itu, Elvan mengatakan kalau dia ada sebuah tempat yang sangat cantik yang bisa dijadikan tempat referensi acara untuk pesta pernikahan mereka, kalau saja Diva bersedia, dia akan mengusahakannya di sana.Awalnya Diva keberatan, karena takut akan trauma yang dimiliki oleh Elvan, namun, Elvan bisa meyakinkan Diva, kalau dia tidak apa-apa asalkan Diva bersamanya. Elvan tahu, saat melihat tempat itu pertama kali, dari tatapan matanya Diva menyukainya, karena sebenarnya itu sesuai dengan keinginannya, sebuah pesta di pulau pribadi dengan pasir putih dan air laut yang berwarna biru.“Apa boleh acara ini diadakan sejak matahari terbit hingga terbenam.” ucap Diva kala melihat gambar itu, dan E
Elvan tersenyum melihat istrinya yang penasaran dengan apa yang akan dia lakukan."Apa?" tanya Diva pada Elvan."Sebelumnya kita sapa tamu kita dulu," ucap Elvan pada Diva."Tidak bisakah sekarang saja?" Diva makin penasaran karena Elvan memperlihatkan wajah yang mengisyarakan kalau itu adalah hal yang sangat spesial untuk momen mereka berdua."As you wish! Tunggu sebentar," ucap Elvan lalu dia berjalan ke atas menemui pemandu acara. Setelah acara hiburan selesai, pemandu acara itu memanggil Elvan ke atas. Diva sebenarnya masih sangat penasaran saat ini dengan apa yang akan dilakukan oleh Elvan. Akan tetapi dia masih tetap diam di tempat, menunggu dengan sabar, karena yang dia tahu hal ini pasti akan sangat berkesan.Elvan lalu mengambil pengeras suara.“Baiklah, saudara, rekan dan seluruh tamu undangan yang terhormat, malam hari ini saya akan menyampaikan sesuatu pada istri saya tercinta.”Setelah mengatakan hal itu Elvan menjadi pusat perhatian semuanya. suara tepuk tangani menggema