Elvan masih dengan wajah marahnya, dia membuka tablet yang ada di mobil Miko dan sibuk melakukan sesuatu di sana. “Apa yang sebenarnya kamu cari El?” tanya Miko. “Tunggulah sebentar sedikit lagi aku akan tahu siapa pengkhianat kecil itu.” Elvan berkata dengan suara dingin. Miko diam, tidak membantah lagi. “Pak Elvan, jadi kita sekarang benar-benar pulang ke rumah?” tanya Andi. “Ya, ke rumah saja dulu biar lebih aman.” Elvan memberikan perintahnya dengan mata tak lepas dari benda itu. Lalu tidak begitu lama Elvan tersenyum melihat apa yang ada di hadapannya itu. “Benar-benar luar biasa!” Elvan bergumam sendiri lalu tersenyum lebar. “Ada apa, El?” tanya Miko penasaran karena wajah pria itu sudah berubah menjadi lebih cerah dari sebelumnya. “Istriku memang luar biasa,” ucapnya lalu tertawa ringan. Miko mengerutkan keningnya, tapi dia tidak mau bertanya, karena saat ini Elvan sudah sibuk sendiri lagi. Pria itu terlihat mengambil ponsel khususnya untuk menghubungi Diva.
Diva berhasil membuat Dania mau menemuinya, dan dia sengaja membuat Dania menunggu dirinya. Dari kejauhan Diva melihat wanita itu sedang duduk dengan gelisah sesekali melihat ke kanan dan ke kiri.“Kakak yakin mau menemuinya sendiri?” tanya Alisha dari dalam mobil.“Tentu saja, kamu cukup awasi dari sini dan lihat saja. Ini tempat ramai kalau dia mau macam-macam dia sendiri yang rugi.” Diva berkata dengan tenang.“Beritahu aku kalau butuh bantuan apapun, aku akan menunggu kakak di sini.” Alisha berkata pada Diva.Diva lalu segera turun dari mobil dan menghampiri Dania.“Hai, Dan, maaf membuatmu menunggu.” Diva berkata dengan tersenyum sekilas lalu mengambil kursi dan duduk berhadapan dengan Dania.Kini wajah wanita itu terlihat sedikit pucat, tetapi dia tidak berani untuk bicara sedikit pun.“Aku tidak mau basa-basi, langsung saja. Apa kamu mau bekerja sama dengan kami? Pindahlah kapal, karena kapalmu saat ini sudah tidak aman, jika dia tenggelam, maka kamu tidak akan mendapatkan keunt
Dania mengatakan nomer rekeningnya tanpa keraguan, tidak lama berselang notifikasi perbankan miliknya masuk. “Cuma lima ratus juta?” Dania berkata dengan suara rendah. Hal itu jelas membuat Diva tersenyum tipis, dia akhirnya tahu kalau orang yang ada di hadapannya ini manusia yang seperti apa. “Itu hanya uang muka tanda jadi, kami sangat berbaik hati, karena kami tidak bisa mendapatkan jaminan apapun darimu untuk tidak berkhianat lagi ‘kan?” Diva kali ini menanggapi Dania dengan sedikit lebih keras dari sebelumnya. Dania terdiam. “Sekarang hubungi pacarmu dan datanglah kemari. Mari kita susun rencana untuk ke depan.” Diva tersenyum penuh makna padanya. *** Sementara itu di tempat lain. “El, apa kamu yakin semuanya akan berjalan lancar?” tanya Miko. “Ya, kali ini pasti kita bisa melakukannya, dan seperti yang kamu tahu Isaac Wennink akan membantu kita,” ucap Elvan dengan sedikit berat. “Ah, sudah kamu jangan merasa tidak berdaya seperti itu, El, ada kalanya kamu tidak bisa men
Diva melihat ruang tengah rumah Elvan yang cukup berantakan dengan beberapa berkas yang juga berserakan di lantai, sangat kontras saat pertama kali dia datang ke mari. “Hai Diva! Selamat atas pernikahan kalian, ya!” Miko langsung berseru saat melihat Diva bersama Elvan. Diva tersenyum menanggapi hal itu, sedangkan Elvan berdehem kecil menatap Miko dengan tajam, Diva melirik ke arah suaminya dan tersenyum seklias. “Aku siapkan makan malamnya dulu, nanti kalau selesai aku panggil.” Diva lalu menuju ke arah belakang menyusul Alisha. Tidak begitu lama mereka semua sudah duduk mengelilingi meja makan. “Jadi, kamu benar-benar sudah membuat rencana untuk besok?” tanya Elvan pada Diva dengan suara rendah. Diva mengangguk cepat. “Ya, berkat bantuan Alisha juga tentu saja. Saat namanya disebut oleh Diva Alisha melihat ke arah Elvan dengan tatapan membanggakan dirinya sendiri. “Lalu, tentang Farel dan Dania, apa kamu yakin mereka mau bekerjasama dengan kita? Mengingat apa yang kam
Elvan spontan tertawa saat Diva mengatakan hal itu, apalagi saat melihat wajahnya yang merona karena malu. Sebenarnya, dia juga termasuk pria normal yang tidak mungkin menahan hasrat untuk tidak melakukan hal lebih jauh, terutama Diva sudah menjadi istrinya sendiri! Namun … kali ini sangat berbeda. Sepertinya momen malam pertama seperti yang dibicarakan oleh orang-orang harus ditunda terlebih dahulu, apalagi masalah yang akan dihadapi nanti sangat besar. “Sepertinya kamu sangat gugup, Sayang?” Elvan mengelus wajah Diva dengan lembut. Hal ini membuat Diva mendongakkan wajahnya dan membalas tatapan Elvan. “Apa … terlalu ketara?” tanya Diva dengan suara manjanya. Elvan mengangguk pelan. “Tunggulah di sini, aku ambilkan minum untukmu.” Elvan berkata pada Diva, lalu dia beranjak ke arah dapur. Diva melamun, entah kenapa ada rasa ngeri dalam hatinya untuk menghadapi hari esok yang penuh rencana itu. Ada selipan rasa khawatir akan kegagalan rencananya, mengingat dia selalu membuat
“Dasar bedebah tidak tahu diri!” umpat Elvan dengan suara santai. “Apa kamu bilang?! Kamu bisa mengatakan apapun sekarang Elvan, tapi nanti, kamu tidak bisa melakukan apapun lagi, dan aku sangat menantikan kejatuhanmu itu!” Baskara benar-benar berkata dengan sangat percaya diri. “Ah, aku menawarkan pernikahan karena putriku sangat mencintaimu, tapi kamu benar-benar membuatnya kecewa! Aku tidak bisa untuk tidak menghancurkanmu dan juga tidak bisa untuk tinggal diam mendapatinya sakit hati melihatmu bersama wanita lain.” Baskara berkata dengan santai lalu berjalan ke sofa dan duduk di sana dengan wajah yang angkuh. “Tentang si Diva ini … ah, aku hanya akan bisa melunak padanya kalau kamu memohon padaku seperti seorang pecundang.” Baskara kembali mengeluarkan kalimat yang membuatnya sangat percaya diri. “Tutup mulutmu!” Darma berkata dengan keras. Ini kali pertama Elvan melihat ayahnya bersuara keras dan tinggi. Selama ini, pria itu hanya menonton dengan tenang. “Ah, kakak ipa
Diva menggeleng-gelengkan kepalanya sesaat setelah menerima panggilan itu, sejak kapan Elvan bisa menyuruh-nyuruhnya seperti itu? Menyuruhnya menghampirinya? Yang benar saja, yang ada selama ini Elvan yang akan menghampirinya. Lalu, mematikan sambungan telepon lebih dulu? Ini yang menguatkan kalau penelpon ini bukan Elvan, melainkan orang yang menyabotase ponselnya dan mengacak-acak isi ponselnya itu. Diva lalu melihat log kontak masuk, benar saja, entah sejak kapan nomor ponsel Elvan berubah dengan sendirinya. Seperti yang dikatakan oleh Farel, kalau dia tidak sendiri, masih ada orang lain lagi yang bekerja di bawah pengawasan Baskara untuk mengacak-acak sistem keamanan dan menerobos masuk untuk mencuri data. “Apa orang-orang ini sudah kekurangan dana untuk menyuruh mereka berhenti mengikutiku? dan sekarang malah menyuruhku untuk datang ke tempat mereka?!” Diva berkata sendiri. “Lagipula ngapain pake filter suara yang mirip dengan suara Elvan? Aku sangat mengenal suaranya mana
Tidak terima diperlakukan seperti itu oleh wanita itu, Baskara terlihat mengetatkan rahang dan mengepalkan tangannya, Hardan menyadari kalau kondisinya sudah makin sulit.“Katakan padaku, kenapa wanita itu masih bisa berkeliaran sekarang,” ucap Baskara dengan suara rendah, namun penuh dengan penekanan.“Aku akan menghubungi mereka lagi Tuan,” ucap Hardan dengan suara yang bergetar.Lalu, detik berikutnya Hardan membukakan pintu mobil untuk bosnya segera masuk.Saat di dalam mobil, Hardan terlihat sangat sibuk dengan ponselnya, sedangkan Baskara memijat keningnya, kepalanya sudah berdenyut hebat. Kalau saja rencana yang sudah disusunnya sejak lama ini gagal, maka tidak ada cara lain untuk menggunakan cara kasar dan cara kasar kali ini harus benar-benar berhasil! Tidak seperti kejadian lima tahun lalu!Dia sudah memikirkan cara terburuk yang akan dibuatnya, kali ini dia percaya bahwa cara terakhir ini akan berhasil, karena Hartono sudah tidak berdaya di rumah sakit. Artinya dia tidak ter