Share

Bab 196. Paparazi

Author: Nychinta
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Diva benar-benar pasrah kali ini, dia sukses menahan laju air matanya untuk tidak keluar, dia menarik napas dalam untuk menciptakan ruang besar agar dadanya tidak terasa sesak. Sekujur tubuhnya terasa membeku. Dia juga tidak bisa menyalahkan Elvan atas apa yang dia perbuat, kalaupun tidak sekarang, Elvan lambat laun juga pasti akan tahu tingkahnya ini.

Ternyata, sikapnya yang seperti inilah yang membuat pria tidak menginginkannya, terlalu terang-terangan bahkan sangat terkesan agresif. pria lebih menyukai wanita anggun yang pemalu dan lemah lembut, sedangkan dirinya? Ah! Mungkin kemarin Elvan belum menyadarinya.

“Dengarkan aku,” Elvan kembali mendekatkan wajahnya ke arah Diva lalu menyelipkan rambut Diva ke belakang telinganya, dan berbisik, “Aku menyesal karena tidak bertemu denganmu sejak lama. Jadi, sekarang jangan pernah berpikir untuk kabur dariku!”

Setelah mengatakan hal itu, Elvan membawa Diva dalam dekapnya. Diva yang awalnya sudah berpikiran buruk ini kembali tidak bisa
Nychinta

Lanjut lagi ga nih... masih memanassss... ayooo menyalaa semuanya... 🥰🥰🥰🤩🤩🤩

| 26
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (11)
goodnovel comment avatar
silvy betria
laanjuuuut...
goodnovel comment avatar
Ismayuni Sari
lanjut dong kak Chinta, ada yg panas tapi bukan api, menyala... kakak ku.... (Kak Chinta) hehehe....
goodnovel comment avatar
Devina Najoan Mentang
di tunggu kelanjutannya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 197. Tentang Puisi

    Di dalam kendaraan ini, Elvan terus melihat kearah Diva, tatapannya tidak bergeser sedikit pun, membuat Diva merasa sedikit risih. “Kamu kenapa sih?” Diva berkata dengan mengerucutkan bibirnya. Elvan hanya menggeleng dan tersenyum, kalau saja tidak ada Andi saat ini sudah dipastikan Elvan akan langsung membawa wanita itu dalam pelukannya, entah kenapa sepertinya memeluk Diva sudah menjadi candu baginya, terasa sangat nyaman dan menenangkan. “Van, jangan bilang kamu mulai sedikit menggila karena senyum-senyum aneh seperti orang mesum begitu!” Diva berkata dengan menunjuk ke arahnya. Elvan langsung mengangguk cepat, “Ya benar, aku makin menggila karena kamu! Tapi, kamu harus catat, aku tidak pernah berpikiran mesum. Apa kamu ... sedang membicarakan diri sendiri, hehm?” goda Elvan. Hal ini spontan membuat Diva terkejut. “Kamu bisa bersikap normal gak sih? Jangan ngomong yang aneh-aneh ya, kamu sedang menggukan teknik serang balik, ya?” Diva menyipitkan sebelah matanya melihat ke arah

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 198. Aku Cemburu

    Mendengar permintaan tidak masuk akal dari Zaydan itu membuat Nina jelas tertawa sinis dan meremehkan Diva.“Tapi, kalau kamu tidak sanggup melakukannya, jangan pernah sekalipun terlihat di depanku! Karena aku tidak suka!” Zaydan berkata dengan ketus dan sangat pedas.Namun, reaksi Diva justru berbeda, dia menganggap ucapan Zaydan ini seolah dirinya mendapatkan secercah harapan, Diva tersenyum pada anak laki-laki itu dengan sangat manis sekali, membuat Zaydan untuk sesaat menatapnya heran.“Baiklah! Terima kasih kesempatannya, Kak! Sekarang, apa aku boleh tidak melanjutkan lagi wawancara ini dan melanjutkan misi yang Kak Zaydan berikan padaku saja?” tanya Diva padanya dengan mata yang berbinar lebar.Zaydan melihatnya lagi dengan mengerutkan keningnya lalu berpikir sejenak kemudian mengangguk mengizinkan Diva untuk keluar dari tempat itu. "Silakan saja, tapi ingat jika besok pagi kamu tidak memberikannya maka-""Iya-iya aku tahu konsekuensinya, jangan diulang-ulang terus," ucap Diva. S

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 199. Miko Mengenang Masa Lalu

    Miko kembali ke ke rumah sakit tempat neneknya dirawat. Dia melihat ke arah wanita tua yang sangat lemah itu terbaring di sana dengan alat bantu medis. “Nek, nenek ingat dengan anak perempuan yang dulu itu? Sekarang dia benar-benar bersinar seperti bintang! Bahkan sudah memiliki planet sendiri yang selalu memutarinya.” Miko berkata dengan suara lemah dan terdengar getir di sana. “Entah aku harus senang atau sedih, tapi yang jelas, aku harus mendukungnya! Mereka memang pasangan yang cocok.” Kembali Miko berkata dengan suara rendah, kali ini terdengar seperti ingin menumpahkan luapan emosinya. Miko terbayang kegigihan Diva saat mendekatinya. Diva menyerahkan sebuah buku tulis bewarna biru dengan gambar boneka beruang di depannya. Dia dengan sangat percaya diri mengatakan kalau semuanya sudah selesai dikerjakannya dalam waktu satu malam. Zaydan terkejut melihat tulisan-tulisan Diva ini, lalu saat istirahat tiba dia menyuruh seorang adik kelas yang melintas di depannya untuk memanggil

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 200. Pesan Diva di Grup Obrolan Kantor

    Miko menghubungi Diva, tetapi panggilannya tidak dijawab. “Ya ampun! Bisa gila aku kalo begini! Elvan, ya aku harus hubungi Elvan saja.” Sayangnya panggilannya juga tidak dijawab oleh Elvan, membuat Miko mengumpat kesal, “Apaan sih dua orang ini! Padahal aku mau bilang hal yang penting, malah mereka gak ada yang terima teleponku. Nanti kalo masalahnya sudah besar malah memaksa untuk melakukan ini itu!” Kembali Miko menghubungi Elvan, berkali-kali juga panggilan itu belum diangkatnya. Mau tidak mau dia harus mengirim pesan! [Cek Grup kantor sekarang! Apa kalian harus memberi kejelasan dengan berita gila ini?] Setelah mengirimnya Miko menekan tombol silent. “Aku akan konsentrasi dengan kegiatanku malam ini!” ucapnya santai lalu memasukkan benda pipih itu kembali ke saku kemejanya. “Nenek, Miko pulang dulu, nanti Miko akan datang ke sini kalau sudah selesai urusan pekerjaan.” Miko lalu mencium wanita tua itu dan segera pergi dari tempat itu. Sementara itu, masih di dalam mobil mil

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 201. Kak Diva Mulai Nakal, Ya?!

    Beberapa saat sebelumnya. “Ya ampun, akhirnya Diva pulang juga. Gimana kerjaan di kantornya, Nak?” tanya Indah pada anaknya yang baru saja masuk ke rumah. “Kerjaannya … sudah beres, Bu,” jawab Diva tersenyum lebar. “Ayah, maaf ya, kemarin Diva gak bisa temuin ayah di kantor,” ucap Diva sambil mendekati ayahnya yang sekarang sedang mengajak main keponakannya itu. “Gak apa-apa, Sayang, kemarin juga ayah ketemu sama adik kamu kok di sana,” pria paruh baya itu tersenyum melihat anaknya. “Kamu pasti capek banget, ya! Mendingan kamu bersih-bersih dulu, terus makan, tadi ibu sudah masak enak.” Diva mengangguk lalu melangkahkan kakinya ke kamar, tapi langkahnya terhenti saat melewati kamar Prisya yang pintunya terbuka sedikit, dia mengintip ke dalam kamar itu. Sang pemilik sedang sibuk di depan laptopnya, headphonenya terpasang sempurna beserta beberapa camilan di atas meja. Wajahnya sangat serius sekali sekarang ini. Tergelitik ingin tahu, Diva lalu masuk dan mendekati adiknya itu, teta

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 202. Ibu Mau Bicara

    Diva dengan cepat meraih benda itu dan melihatnya sekali lagi dia memastikan indra penglihatannya sedang berfungsi dengan baik! Dia lalu melakukan zoom pada gambar itu dan ….‘Sial!’ makinya dalam hati.“Ini … kamu dapat dari mana?” tanya Diva pada Prisya dengan pandangan tajam.“Jelas dapat dari grup kantor lah! Sekarang semua orang membahas tentangmu, Kak! Sebelumnya memang ada berita hal seperti ini, yang mengatakan kalau kakak adalah wanita simpanannya Pak Elvan Sabil, tapi sekarang berita ini makin melebar dan sekarang semua orang sedang membicarakanmu, Kak!” Prisya menjelaskan dengan santai.Diva berusaha menenangkan dirinya, tangannya gemetar melihat hal ini, dia benar-benar merutuki kebodohannya, andai saja dia saat itu tidak terprovokasi oleh wanita itu, mana mungkin dia bertindak segila itu tadi!“Kenapa Kak? Sekarang kakak sedang menyesal, karena bertindak agresif, ya?” tanyanya dengan tersenyum lebar.Diva tidak menjawab pertanyaan Prisya, dia merogoh kantong blazernya dan

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 203. Mari Pergi Bersama

    Melihat Indah yang bertanya seperti itu membuat Diva sedikit gugup. “Kenapa, Bu?” tanya Diva. Jantungnya mulai berdegup kencang, wajah ibunya terlihat sangat serius sekarang ini, bahkan dia merasakan suhu ruangan ini turun beberapa derajat menjadi lebih dingin. Indah menarik napas sejenak lalu memandang lekat ke arah Diva. “Nak, ibu mau bertanya sama kamu, tapi tolong jawablah yang jujur.” Ucapan Indah ini membenarkan semua ketakutan yang hinggap di diri Diva barusan. “Tentang apa, Bu?” tanya Diva perlahan, jantungnya kian berpacu cepat, terakhir kali ibunya memasang wajah serius seperti sekarang ini adalah ketika dia tahu tentang kondisi Ratri yang tengah hamil anaknya Anggala. “Tentang kamu,” ucap Indah dengan suaranya yang terdengar tegas. “Aku … kenapa?” Diva tidak menyadari kalau saat ini tangannya mulai sedikit gemetar, tetapi dia berusaha menyembunyikannya dari ibunya. “Ibu mau tanya, kemana kamu sebenarnya dua malam ini?” Benar saja! Satu pertanyaan ini membuat Diva bena

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Bab 204. Jangan Berbagi dengan Pria!

    Diva mengernyitkan kening saat melihat pesan Elvan ini, tetapi detik berikutnya rasa bahagia menyelimuti hatinya.[Baiklah, sekarang lebih baik kamu tidur dulu, istirahat yang cukup dan jangan lupa minum obat!]Tidak lama berselang dari pesan yang dia kirimkan itu, Elvan menghubunginya, Diva sebenarnya sudah menebak hal ini, pria itu pasti akan menghubunginya kalau dia membalas pesannya itu.“Wah, calon suamiku menelpon. Apa kamu merindukanku?” tanya Diva dengan suara manjanya. Bibirnya melengkungkan senyum yang cukup lebar.“Tentu saja! Siapa yang tidak merindukan calon istrinya sendiri.” Elvan berkata dengan suara yang terdengar cukup senang.“Apa kamu sebahagia itu, Van?” tanya Diva.“Tentu saja, sejak awal aku ingin memamerkanmu! Tapi kamu maunya dalam mode invisible!” Elvan berkata dengan santai. Diva lalu terkekeh mendengar ucapan Elvan ini. Pria ini sangat berbeda sejak awal mereka bertemu, pertama kali dia sangat menyeramkan untuk Diva, terkesan arogan dan dingin, tiap kata yan

Latest chapter

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Ready For "Jodoh Salah Tarik #2"?

    “Uhh ...” lenguh Kayla selagi memegang kepalanya yang terasa pening. “Kepalaku sakit sekali ….” Sembari menggerutu dengan mata terpejam, wanita bersurai cokelat panjang bergelombang itu berusaha untuk mengingat apa yang terjadi di malam yang lalu. “Minum Kay!” “Habiskan!” “Ah! Kamu kalah lagi!” “Sudah, jangan dipaksa, kamu tidak cukup kuat untuk meneguknya!” “Kamu sudah mabuk, Kay!” Kalimat-kalimat itu masih terngiang di kepala Kayla Semalam, Kayla diajak reuni oleh teman-temannya di salah satu hotel bintang lima. Awalnya, wanita itu berpikir kalau tujuan pertemuan tersebut hanyalah sebatas temu kangen berupa makan malam di restoran atau ruang khusus hotel. Sayangnya, Kayla terlalu bodoh untuk berpikir panjang, sampai-sampai dia lupa bahwa kelompok temannya yang satu ini adalah tipe yang lebih suka menghabiskan waktu dengan minum di bar. Alhasil, di sinilah Kayla sekarang, merutuki kebodohannya yang mau saja lanjut ikut di acara itu, apalagi saat teman-temanny

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (10)

    Pagi itu terasa istimewa. Rumah Elvan dan Diva dipenuhi dengan dekorasi lembut berwarna pastel—biru muda dan merah muda menyelimuti ruang tamu, balon-balon cantik tergantung di setiap sudut. Sebuah spanduk besar terbentang di tengah ruangan dengan tulisan “Selamat Datang, Claudia Cantika Wongso”.Ini adalah hari dimana pesta penyambutan bayi perempuan mereka yang baru lahir, Claudia Cantika Wongso. Sebuah momen yang sudah lama mereka nantikan dan kini mereka sudah bersiap untuk merayakan kedatangan anggota baru dalam keluarga mereka bersama orang-orang terdekat.Diva berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya dengan senyum lembut menghiasi wajahnya. Dia mengenakan gaun sederhana namun elegan, warna pastel lembut yang menonjolkan kesan anggun. Di sebelahnya, Elvan sedang menggendong Claudia yang terlelap dalam balutan selimut bayi berwarna merah muda. Auranya makin terpancar saat pria itu menggendong anaknya dengan penuh kasih sayang, menatap putri mereka dengan tatapan lembut.“Van,

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (9)

    Malam ini sungguh terasa berbeda. Diva terbangun di tengah malam dengan perasaan aneh yang tak bisa ia abaikan. Sudah sembilan bulan sejak mereka pertama kali mendengar kabar bahwa ia hamil, dan kini momen yang telah mereka tunggu-tunggu hampir tiba. Diva merasakan kontraksi yang semakin intens, dan kali ini berbeda dari yang sebelumnya—lebih kuat dan cukup teratur. Diva berpikir mungkin ini sudah saatnya. Saat dimana dia akan melahirkan hampir tiba.Elvan terbangun ketika Diva menggeliat di sampingnya, wajahnya langsung dipenuhi kekhawatiran. “Diva, kamu baik-baik saja, hehm?” tanyanya dengan suara serak, matanya masih setengah tertutup karena kantuk.Diva menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri meskipun rasa sakit semakin jelas terasa. “Elvan… aku pikir ini saatnya. Kontraksinya … semakin kuat.” Diva berkata dengan suara bergetar, wajahnya terlihat berkeringat.Elvan langsung terjaga sepenuhnya dan segera bangkit dari tidurnya. “Kamu yakin?” Matanya terbuka lebar, panik dan

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (8)

    Kehamilan Diva sudah memasuki trimester kedua, meskipun mereka dipenuhi kebahagiaan karena kabar tersebut, tidak semuanya berjalan mulus. Beberapa minggu terakhir, Diva masih tetap merasakan berbagai tantangan fisik yang sebelumnya. Seperti mual setiap pagi dan rasa ingin muntah saat mengunyah makanan, tetapi kelelahan yang tidak bisa dijelaskan tetap ada, serta perubahan suasana hati yang terkadang membuatnya merasa tidak terkendali, tetap menjadi rutinitasnya.Di sisi lain, Elvan terus belajar dan berusaha sekuat tenaga untuk tetap tenang dan mendukung, meskipun tantangan itu juga mulai memengaruhi dinamika hubungan mereka.Pagi itu, Diva duduk di meja makan, berusaha menghabiskan sedikit sarapannya. Namun, seperti hari-hari sebelumnya, mual datang begitu saja tanpa peringatan. Dia buru-buru berlari ke kamar mandi, meninggalkan Elvan yang masih menikmati sarapannya.“Diva!” Elvan langsung berlari mengikuti istrinya, wajahnya penuh kecemasan.Diva duduk di lantai kamar mandi, menarik

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (7)

    Beberapa minggu setelah kabar bahagia itu, kehidupan Diva dan Elvan berubah secara drastis. Mereka mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut bayi mereka, meskipun kehamilan Diva masih dalam tahap awal. Setiap malam, mereka berdua duduk bersama di ruang tamu, berbicara tentang masa depan dengan penuh semangat. Namun, di balik kebahagiaan itu, tetap akan datang pula tantangan baru yang harus mereka hadapi.Pagi ini, Diva duduk di meja makan dengan secangkir air putih hangat di depannya. Sejak tahu dirinya hamil, ia mulai lebih berhati-hati, bahkan mengganti minuman coklat kesukaannya dengan air putih hangat. Meski bahagia, perasaan cemas tidak sepenuhnya hilang dari hatinya.Elvan datang dari ruang kerja dengan laptop di tangan, meletakkannya di atas meja sambil memandangi istrinya dengan senyum. “Kamu terlihat sedikit lebih tenang hari ini. Bagaimana perasaanmu? Apa masih merasakan mual dan tidak nafsu untuk makan?”Diva tersenyum lembut, meskipun ada sedikit kekhawatiran di m

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (6)

    Setelah pulang dari liburan mereka melakukan aktivitas seperti biasa, masalah kehadiran buah hati tidak lagi menjadi sebuah penghalang besar untuk keduanya. Mereka juga sudah menjalankan program kehamilan dari dokter, walau sudah tiga bulan masih belum menunjukkan hasilnya, keduanya tetap saling memberikan dukungan satu sama lain.Hingga suatu pagi. Diva bangun dengan perasaan sedikit mual yang sudah ia rasakan selama beberapa hari terakhir. Dia berusaha mengabaikannya, berpikir itu mungkin hanya karena perubahan pola makan sejak kembali dari liburan. Namun, di dalam hatinya, ada perasaan yang mengusik—sesuatu yang berbeda dari biasanya. Sesuatu yang membuatnya bertanya-tanya.Elvan sudah berangkat lebih awal ke kantor. Diva berencana untuk menghabiskan hari dengan bekerja dari rumah. Tetapi, mual yang semakin kuat membuatnya sulit berkonsentrasi. Setelah sarapan, ia kembali merasa perutnya bergejolak, dan kali ini lebih parah daripada sebelumnya. Diva menunduk di depan wastafel, napa

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (5)

    Pagi hari di resort terasa lebih segar dan tenang. Diva memandang ombak yang bergulung pelan dari teras vila mereka. Ia mendekap secangkir teh hangat, mencoba menenangkan pikirannya yang mulai dipenuhi berbagai pertanyaan. Liburan ini memang seharusnya menjadi waktu bagi mereka untuk beristirahat, tapi di dalam hati Diva, rasa cemas belum juga hilang.Elvan keluar dari kamar, rambutnya masih sedikit acak-acakan, tapi wajahnya jauh lebih segar daripada beberapa hari sebelumnya. “Kamu sudah bangun sejak kapan?” tanyanya sambil berjalan mendekat.Diva menoleh dan tersenyum tipis. “Baru saja.”Elvan duduk di kursi di sampingnya, menarik napas panjang sambil menatap laut. “Liburan ini benar-benar membuatku sadar betapa kita jarang meluangkan waktu seperti ini. Rasanya... aneh, tapi juga menyenangkan.”Diva memandang suaminya dan berkata, "Ya, aku juga merasa seperti itu. Ini... mungkin apa yang kita butuhkan.”Elvan tersenyum lembut, matanya menatap Diva dalam-dalam lalu berbisik lembut di

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (4)

    Pagi harinya Diva sudah melihat Prisya sibuk di dapur dengan pelayan yang ada di rumah mereka, dia terlihat mengatur makanan untuk sarapan mereka.“Wah, Kak Diva sudah bangun?” Prisya berkata dengan penuh semangat.“Kamu sibuk banget,” ucap Diva.“Iya dong, eh, Kakak ipar sudah bangun?” tanya Prisya lagi.“Pastinya dia sebentar lagi turun kok harusnya.” Diva menjawab santai.Tidak lama berselang Elvan ada di antara mereka.“Sudah sibuk sekali pagi ini.” Elvan berkata santai, dia terlihat dengan pakaian formalnya dan siap untuk ke kantor.“Kakak Ipar mau ke kantor?” tanya Prisya.“Ya, tentu saja, masih ada yang harus aku urus dengan Miko, tetapi tidak lama, tenang saja.” Elvan berkata pada mereka.“Ya, harusnya serahkan saja pada Miko, tenang saja, aku akan membantumu untuk memantaunya.” Prisya tertawa setelah mengatakan hal itu.Pagi ini setelah Elvan pergi ke kantor Prisya membantu kakaknya menyiapkan barang-barang yang harus mereka bawa untuk pergi berlibur. Keduanya sangat antusias

  • Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik   Extra Part: Kehidupan Setelah Menikah (3)

    “Hasil untuk Nyonya Elvan tidak ada yang diragukan, semuanya baik dan juga untuk Tuan Elvan, tidak ada masalah.” Dokter itu berkata dengan tersenyum pada keduanya. Ucapan ini bagaikan sebuah oase di tengah gurun pasir.Artinya tidak ada yang salah dari keduanya, lantas kenapa sampai saat ini masih belum ada juga? Hal ini membuat Elvan langsung bertanya, “Lalu, kenapa masih belum juga sampai sekarang, Dok?” tanya Elvan, dia juga tahu, saat ini Diva juga ingin bertanya hal demikian.“Ini banyak faktor, Tuan Elvan. Salah satunya karena kelelahan dan pikiran.” Dokter berkata dengan suara lembut.Elvan lalu melihat ke arah Diva.“Saya akan memberikan obat pada Nyonya untuk meminumnya, nanti akan ada obat penyubur, jika masih datang bulan untuk bulan depan, hari pertama haid Nyonya dan Tuan datang kembali untuk kita melakukan serangkaian pemeriksaan lagi.” Dokter berkata pada keduanya.“Baik, Dok, kami mengerti.” Setelah melewati sesi konsultasi mereka kembali ke rumah. Walaupun mereka cuk

DMCA.com Protection Status