Keluarga Kurniawan penuh dengan penyesalan setelah melihat Chandra memasuki area militer dengan mobil, karena mereka tadi masih mengejeknya. Terlebih lagi, Letnan Jenderal di gerbang area militer sangat menghormatinya.Mungkinkah Chandra adalah orang yang hebat?Di wilayah militer.Chandra yang sedang mengemudikan mobil menoleh untuk melihat Nova, tersenyum dan sambil berkata, "Nova, aku tidak berbohong padamu, kan?"Nova melihat Chandra dan bertanya, “Chan, bilang yang benar, kamu siapa?”Saat ini, dia kembali meragukan Chandra, karena sejak mengenal Chandra, banyak hal telah terjadi dan hal-hal ini sangat sulit dipercaya! Pertama, Chandra yang menyembuhkan lukanya. Kedua, orang penting seperti Ihsan yang menjamunya secara langsung. Ketiga, Harion sebagai pemilik Sentosa, secara langsung menyerahkan kartu member Platinum. Hari ini adalah yang keempat kalinya. Ini terlalu luar biasa!Chandra menjelaskan, "Aku hanya seorang tentara veteran yang telah mengabdi selama sepuluh tahun, tidak
Di depan gerbang area militer sangat sunyi, tidak ada yang berani mengatakan apa pun. Tiba-tiba terdengar suara klakson yang menarik perhatian banyak orang dan membuat mereka semua tercengang.Kenapa kembali lagi?Letnan Jenderal dan tentara di pintu, langsung berdiri tegak dan memberi hormat."Hormat, Pak!"Suara yang rapi dan nyaring bergema!Yani menurunkan jendela mobil untuk memperlihatkan wajahnya yang penuh kegembiraan dan kebanggaan yang tidak bisa disembunyikan.Pada saat mobil ingin lewat, semua konglomerat yang mengantre langsung memberi jalan untuk mereka. Yani bahkan menjulurkan kepalanya, melambai kepada para prajurit di kedua sisi untuk menyapa. Ekspresi dan postur itu, benar-benar terlihat seperti seorang perwira.Setelah mobil melaju keluar dari kawasan militer dan berhenti di depan keluarga Kurniawan, Yani pun membuka pintu dan turun.Dia mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, wajahnya penuh dengan senyum dan rasa bangga.Dengan senyum cerah di wajahnya, dia berteriak, "
Chandra tidak menyangka bahwa suatu hari dia akan jatuh sampai menjadi supir untuk orang lain. Namun, dia merasa bahwa perilaku Yani juga cukup melegakan.Setelah melihat dia mengemudi memasuki area militer lalu keluar lagi beberapa kali, wajah keluarga Kurniawan menjadi pucat dan terlihat marah.Konglomerat lainnya malah seperti sedang menonton pertunjukan.Abdul juga tidak berdaya.Mengapa Naga Hitam bertingkah seperti orang kampung, jika tindakannya dilaporkan kembali ke ibu kota, betapa memalukannya itu?Namun, menurut Chandra ini sangat bagus! Hari-hari ini benar-benar santai.Chandra keluar lagi, ketika dia hendak berbalik dan masuk lagi, Nova berkata, "Chan, cukup, lihat kamu sudah menunda pemeriksaan surat undangan mereka."Chandra berbalik dan menatap Yani bertanya sambil tersenyum, "Ma, apa Mama merasa baikan?"“Haha, sudah! Mama sudah merasa baikan.” Yani tidak bisa menutup mulutnya sambil tersenyum. Mama lega sekali, hari ini akan jadi hari yang paling dibanggakan Mama dala
Sekarang seperti semua itu karena dipaksa oleh kehidupan.Chandra mengangguk dan berkata, "Tidak masalah membuka klinik, tapi setelah lewat beberapa waktu ya, Ma, karena aku mendengar bahwa CBD di kota akan mulai menarik investor, saat itu kita baru membuka klinik di gedung yang baru dibangun itu.""Plak."Yani mengangkat tangannya dan memukul dahi Chandra sambil memarahinya, "Apa kamu tahu di mana itu? Itu tempat kelas atas yang akan menjadi pusat keuangan paling ramai di negara ini. Kamu masih ingin membuka klinik di sana, jangan bicara aneh-aneh, bahkan hanya biaya untuk masuk saja sudah sangat mahal."Chandra menyentuh kepalanya dengan muka polos.Biaya masuk?Dia berencana akan membeli seluruh CBD lalu akan membuka klinik, siapa yang berani meminta biaya masuk padanya.Namun, dia mengerti dan tidak berbicara lagi. Karena jika dia memberi tahu mereka bahwa dia akan membeli CBD, dia pasti akan diperlakukan seperti orang bodoh.Ketika Hendro mendengar bahwa Yani akan memberikan uang
”Ma, Mama kenapa?! Sikap Mama kenapa begitu?! Kakek datang secara langsung, tapi kenapa Mama seperti ini?”“Iya, merasa hebat?”“Cepat berlutut dan minta maaf sama Kakek!”Keluarga Kurniawan yang mengikuti di belakang tampak menyudutkan Yani secara bersamaan. Sedangkan Yani mendadak mengubah sikapnya dan memasang senyum lebar dan berkata,“Pa, rumah aku kecil dan bukan vila. Selain itu, nggak ada banyak kursi di dalamnya. Nggak ada tempat buat duduk, jadi aku nggak mempersilakan Papa masuk ke dalam. Kalau ada urusan, kita bicarakan di sini saja. Wah! Bawa hadiah juga ternyata! Hendro, kenapa masih diam? Cepat terima hadiahnya.”“Oh!”Hendro langsung menerima hadiah yang telah dibawa oleh keluarga Kurniawan. Namun karena jumlahnya cukup banyak, tidak akan cukup jika hanya dia sendiri yang menerimanya. Dengan suara melengking dia berseru, “Indah, bantu ambil barangnya!”Lelaki itu memberikan hadiah-hadiah tersebut sebagian pada Indah, setelah itu dia menerima lagi hadiah lainnya dari kel
“Ada rokok dan minuman alkohol. Boni, besok bawa ini ke toko di depan komplek dan tanya mereka bisa dapat harga berapa.”Boni yang sedari tadi bungkam hanya merespons istrinya dengan berdeham.“Ma, nggak perlu segitunya. Kita semua satu keluarga, kenapa harus merusak hubungan kita?” tanya Nova dengan suara pelan.“Memangnya kamu ngerti apa?!” sentak Yani.“Mama sudah cukup dengan sikap mereka! Sekarang kita nggak perlu melihat wajah mereka lagi! Hendro, kamu harus lebih semangat! Nggak perlu ke Yorda lagi dan ganti pekerjaanmu! Mama nggak percaya kalau kita akan kelaparan setelah keluar dari keluarga Kurniawan!”“Iya,” jawab Hendro dengan suara kecil sambil menundukkan kepalanya.Chandra menguap menahan kantuk. Kemarin malam dia pergi melakukan urusan penting hingga sedikit kurang tidur.“Nova, aku ke kamar dan tidur sebentar.”“Iya, tidurlah,” jawab Nova. Setelah itu dia mengeluarkan ponselnya dan menonton acara pelantikan dari Arya.Chandra masuk ke dalam kamar milik Nova yang sudah
Hari ini merupakan hari besar yang menggemparkan bagi Kota Rivera. Hari pelantikan Arya sebagai penerus dari lima wilayah militer. Tiga keluarga kaya di kota ini tampak sedang terikat di atas kursi dalam keadaan kepala yang terpenggal.Sedangkan anggota keluarga Sinaga sudah kabur dari Kota Rivera. Namun Chandra sudah mempersiapkan semuanya sebelumnya. Dia sudah memerintahkan orang untuk mengunci seluruh akses baik via laut, udara dan darat. Lelaki itu melarang keempat keluarga besar untuk pergi dari kota ini.Setelah pelantikan Arya, para petugas juga ikut unjuk diri dan menjelaskan perihal kematian dari ketiga keluarga tersebut. Seorang napi yang telah dijatuhkan hukuman mati ditarik keluar dan dipasangkan topeng yang digunakan oleh Chandra, setelah itu langsung ditembak mati di tempat dan dijadikan sebagai bentuk pertanggungjawaban pada masyarakat.Karena itu, panasnya masalah ini telah berhasil ditekan untuk sementara waktu. Mengenai empat keluarga besar di Kota Rivera, untuk kelua
”Asal kamu mau, aku nggak masalah. Aku jadi tentara selama sepuluh tahunan dan cukup banyak uang yang tersimpan.”“Aku nggak ada kebiasaan menghabiskan uang lelaki.”“Baiklah.”Chandra tidak berkata apa pun lagi. Kalau Nova ingin kerja, maka dia akan mengikuti kemauan perempuan itu. Dia sendiri juga masih sedang mempersiapkan semuanya dan masih belum tahu kapan waktu pastinya bisa selesai.“Cuci muka dulu, aku mau tukar baju.”“Oh.”Chandra menganggukkan kepalanya dan melangkah keluar. Di ruang tamu tidak ada orang, kemungkinan mereka semua sedang pergi. Dia yang baru saja bangun dari tidur panjangnya melangkah ke arah kamar mandi dengan langkah sempoyongan.Setelah selesai membasuh wajah dan menyikat gigi, Chandra memutuskan untuk duduk menunggu di ruang tamu. Tidak butuh waktu lama untuk Nova keluar dari kamar dengan pakaian rapi. Penampilan perempuan itu membuat mata Chandra berbinar seketika.Nova mengenakan kemeja putih dengan bawahan rok ketat yang dipadu dengan sepatu hak. Dia t
Bagi seorang penjaga yang pernah mengalami Zaman Kegelapan, keadaan saat ini terasa seperti masa yang damai. Penjaga itu tidak menjelaskan dengan rinci seperti apa kondisi dunia luar sekarang. Namun, hal ini cukup membuat Chandra merasa lega. Jika penjaga tidak merasa perlu mengkhawatirkan keadaan di luar, berarti dunia luar masih relatif tenang. “Penjaga, bagaimana caranya agar aku bisa hidup kembali?” Chandra memandang penjaga itu dengan penuh harapan. Ia sangat ingin hidup kembali, ingin keluar dari tempat ini dengan tubuh yang baru. Penjaga itu melirik Chandra sejenak, lalu menggerakkan tangannya dengan santai. Seketika, Chandra merasakan tubuh jiwanya terangkat, seakan tidak terkendali, perlahan melayang ke arah tubuh di tanah. Di saat yang sama, tangan penjaga memunculkan simbol-simbol misterius. Ia mulai melafalkan mantra yang tidak dipahami Chandra. Satu per satu simbol itu masuk ke dalam tubuh Chandra yang terbaring. Sekitar lima menit berlalu. Chandra, yang terbar
Chandra terdiam sejenak, lalu berkata, “Apa ini tentang suku di dalam tempat penyegelan?” Penjaga menggeleng pelan. “Lupakan. Kalau aku jelaskan sekarang, kamu tidak akan mengerti. Nanti aku akan memberitahumu. Untuk sekarang, aku membawamu ke sini karena aku berniat menggunakan Teratai Iblis ini untuk membentuk kembali tubuhmu.” “Apa?” Chandra tertegun. Ia memandang bunga teratai yang mengeluarkan kabut hitam di depannya, lalu bertanya, “Menggunakan bunga ini untuk membentuk kembali tubuhku?” “Benar.” Penjaga itu mengangguk. “Bunga ini didapatkan dengan susah payah oleh leluhur Bumi. Bunga ini terkait dengan rencana besar yang luar biasa. Namun, aku belum bisa memberitahumu banyak sekarang. Terlalu banyak yang kukatakan hanya akan membebani pikiranmu. Yang bisa kukatakan adalah kamu mendapatkan peluang besar dan keberuntungan yang luar biasa.” Dia berbalik menatap Teratai Iblis. “Bunga ini dulu milik seorang ahli super yang kekuatannya melampaui bayanganmu. Jika aku menggunak
Tugas seorang prajurit adalah melindungi rakyat. Itulah tanggung jawab dan kewajiban yang telah terasah selama lebih dari sepuluh tahun Chandra menjalani kehidupan sebagai seorang pejuang. Jika semua orang hanya memilih mundur dan tidak ada yang berani maju, dunia ini akan hancur. “Ya,” Sang Penjaga mengangguk pelan. Dia setuju dengan apa yang dikatakan Chandra. Sejak zaman purba, berkat keberadaan orang-orang seperti itu lah, Bumi bisa tetap terjaga hingga sekarang. “Penjaga, apakah aku masih punya harapan untuk hidup?” Chandra, yang kini hanya berupa tubuh astral, memandang sang Penjaga dengan penuh harap. Dia tidak ingin mati. Masih banyak hal yang harus dia lakukan, masih banyak hal yang belum selesai. “Masih ada harapan,” ujar Penjaga dengan suara pelan. “Namun, dengan hidupmu yang baru nanti, tanggung jawabmu akan menjadi lebih besar, dan tekanan yang kau rasakan akan jauh lebih berat.” Chandra, tanpa ragu, berkata, “Aku siap menanggung semuanya.” Sang Penjaga melamb
Orang itu adalah Penjaga Pustaka Agung. Dia menyaksikan kondisi Istana Bunga yang kini telah menjadi puing-puing. Pada wajahnya yang samar dan tak nyata, tersirat sebuah ekspresi penuh keikhlasan bercampur pilu. “Demi bangsa dan rakyat, dengan semangat leluhur bumi, dunia ini membutuhkan orang-orang seperti dirimu. Jika semua orang hanya memikirkan keselamatan dirinya, bumi ini tak akan disegel di masa lalu, tetapi benar-benar lenyap,” gumam sang Penjaga dengan suara pelan yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. “Tiga jiwa, tujuh roh, berkumpullah.” Tangannya yang samar mulai bergerak, menciptakan formasi tanda yang misterius. Seketika, sebuah kekuatan tak kasat mata terpancar dari tangannya, menyebar ke seluruh penjuru bumi hingga mencapai area Istana Bunga. Di tengah puing-puing itu, titik-titik cahaya putih perlahan berkumpul di udara, membentuk sebuah bayangan yang tak nyata. Bayangan itu melesat cepat, meninggalkan area tersebut, bergerak menuju arah Gunung Langi
Gunung tempat Istana Bunga berdiri hancur dalam sekejap, lenyap menjadi abu. Puluhan kilometer di sekitarnya berubah menjadi puing-puing tanpa ada tanda-tanda kehidupan yang tersisa. “Apakah Chandra sudah mati?”“Apakah dia menggunakan teknik pamungkas untuk membasmi musuh?” Bisikan penuh kebingungan terdengar di antara orang-orang yang selamat. Setelah keadaan mulai tenang, para pesilat yang sebelumnya melarikan diri kembali ke lokasi, berharap menemukan Chandra di tengah reruntuhan. Di antara puing-puing, terdengar suara batu yang bergerak. Sosok seorang pria yang bersimbah darah perlahan bangkit. Dia duduk di atas batu besar, terengah-engah sambil memegangi luka-lukanya. “Sialan! Hampir saja aku mati karenanya,” gumam Jayhan dengan nada berat. Wajahnya muram. Jayhan tidak pernah menyangka Chandra akan menyerangnya tiba-tiba. Jarak yang terlalu dekat dan kurangnya kewaspadaan membuatnya terkena serangan langsung. Meski kekuatan Jayhan luar biasa, serangan itu hampir mere
"Bagaimana mungkin? Kenapa ada aura yang begitu kuat?" Semua orang merasakan kehadiran aura menakutkan dari puncak gunung. Mereka semua diliputi rasa ngeri yang membuat bulu kuduk merinding. Krak... Krak... Krak. Di bawah tekanan aura tersebut, pegunungan tempat Istana Bunga berdiri mulai menunjukkan tanda-tanda keretakan. Orang- orang di kaki gunung berubah wajah seketika. "Celaka! Cepat lari!" Dengan panik dan wajah pucat pasi, mereka bergegas melarikan diri. Di puncak gunung. Chandra sedang menggabungkan dua aliran energi murni di dalam tubuhnya. Kedua energi tersebut menyatu menjadi kekuatan baru yang sangat luar biasa. Dia berusaha keras mengendalikan kekuatan itu, tetapi kekuatan tersebut terlalu besar, terlalu mengerikan. Begitu besar hingga hampir tidak mampu Chandra kendalikan. "Hahaha!" Jayhan tertawa terbahak-bahak, penuh kegilaan. Kekuatan ini luar biasa. Seseorang yang bahkan belum mencapai tingkat Alam Mahasakti mampu menunjukkan teknik sehebat ini. Ini bu
Jayhan sangat cemas. Dia sangat ingin tahu tentang ilmu yang dipelajari Chandra. Dia tahu, nenek moyang Bumi pernah melahirkan banyak pesilat hebat, dan para pesilat itu meninggalkan ilmu-ilmu luar biasa. Jayhan curiga Chandra telah mendapatkan salah satu ilmu tertinggi itu. Sementara itu, Chandra tampak berpikir serius. Dia belum mengambil keputusan. Melihat Chandra ragu-ragu, Jayhan segera berkata, “Tenang saja, aku selalu menepati janji. Setelah kau memberikan ilmu itu kepadaku, aku akan melindungimu. Bahkan setelah segel Bumi terbuka, aku pastikan kau akan hidup dengan baik.” Namun, kekhawatiran Chandra bukan tentang memberikan ilmu itu, melainkan apakah ia bisa menggunakan ilmu pamungkasnya untuk membunuh Jayhan. Jayhan sangat kuat, bahkan terlalu kuat. Jika Jayhan sedikit saja waspada, rencananya pasti gagal. Untuk membunuh Jayhan, Chandra butuh membuatnya benar-benar lengah. Dia sadar, menggunakan Sangkar Kosmik begitu saja tidak akan berhasil. Jayhan pasti akan bers
"Silakan, katakan."Jayhan benar-benar menginginkan ilmu yang dikuasai oleh Chandra. Bukan hanya satu atau dua pertanyaan—puluhan pun akan ia jawab tanpa ragu.Chandra menatap Jayhan dengan serius, lalu bertanya, “Apakah di Alam Niskala ada celah dalam segel yang memungkinkan makhluk-makhluk dari sana masuk ke Bumi?”Jayhan mengangguk sambil berkata, “Benar. Di Alam Niskala memang ada celah pada segelnya. Siapa pun yang berhasil melewati celah itu, bisa langsung muncul di Bumi.”“Jadi, tidak lama lagi akan ada lebih banyak makhluk dari Alam Niskala yang muncul di Bumi?” Chandra melanjutkan.Jayhan kembali mengangguk. “Ya, benar. Tapi melewati celah itu bukan perkara mudah. Dari seratus orang yang mencoba, mungkin hanya satu yang berhasil. Sisanya akan mati dalam prosesnya.”Mendengar jawaban itu, Chandra menarik napas lega. Namun, ia segera mengajukan pertanyaan lain, “Saat ini, level kekuatanmu ada di tahap apa?”“Mahasakti Sempurna, hanya satu langkah lagi menuju Transenden,” jawab J
Jayhan berdiri di depan Chandra dengan senyum penuh ancaman, matanya menatap tajam ke arah pria yang sedang berjuang untuk tetap hidup.“Chandra, aku sudah membiarkan semua orang pergi. Sekarang, serahkan teknik kultivasi yang kau gunakan,” katanya tegas. “Jangan coba mempermainkanku. Jika aku mau, aku bisa menangkap mereka kembali, dan kali ini, mereka pasti mati.”Chandra perlahan membuka matanya. Wajahnya datar, nyaris tanpa emosi. Dengan suara lemah, dia berkata, “Aku terluka parah dan bisa mati kapan saja. Setidaknya beri aku waktu untuk pulih. Setelah aku sembuh, aku akan memberikannya padamu.”Setelah itu, Chandra kembali terdiam. Ia menutup mulutnya rapat-rapat, tak ingin berbicara lebih banyak. Jayhan hanya mendengus, tidak terlihat tergesa-gesa. Dalam pikirannya, Chandra hanyalah seekor semut—mudah dihancurkan kapan saja.Di Kaki Gunung Istana BungaSejumlah pesilat berkumpul di kaki gunung, wajah mereka penuh kecemasan. Suasana tegang menyelimuti mereka.“Apa yang harus kita