Share

Bab 66

Penulis: Angin
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-06 19:00:01
”Ma, Mama kenapa?! Sikap Mama kenapa begitu?! Kakek datang secara langsung, tapi kenapa Mama seperti ini?”

“Iya, merasa hebat?”

“Cepat berlutut dan minta maaf sama Kakek!”

Keluarga Kurniawan yang mengikuti di belakang tampak menyudutkan Yani secara bersamaan. Sedangkan Yani mendadak mengubah sikapnya dan memasang senyum lebar dan berkata,

“Pa, rumah aku kecil dan bukan vila. Selain itu, nggak ada banyak kursi di dalamnya. Nggak ada tempat buat duduk, jadi aku nggak mempersilakan Papa masuk ke dalam. Kalau ada urusan, kita bicarakan di sini saja. Wah! Bawa hadiah juga ternyata! Hendro, kenapa masih diam? Cepat terima hadiahnya.”

“Oh!”

Hendro langsung menerima hadiah yang telah dibawa oleh keluarga Kurniawan. Namun karena jumlahnya cukup banyak, tidak akan cukup jika hanya dia sendiri yang menerimanya. Dengan suara melengking dia berseru, “Indah, bantu ambil barangnya!”

Lelaki itu memberikan hadiah-hadiah tersebut sebagian pada Indah, setelah itu dia menerima lagi hadiah lainnya dari kel
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jenderal Naga   Bab 67

    “Ada rokok dan minuman alkohol. Boni, besok bawa ini ke toko di depan komplek dan tanya mereka bisa dapat harga berapa.”Boni yang sedari tadi bungkam hanya merespons istrinya dengan berdeham.“Ma, nggak perlu segitunya. Kita semua satu keluarga, kenapa harus merusak hubungan kita?” tanya Nova dengan suara pelan.“Memangnya kamu ngerti apa?!” sentak Yani.“Mama sudah cukup dengan sikap mereka! Sekarang kita nggak perlu melihat wajah mereka lagi! Hendro, kamu harus lebih semangat! Nggak perlu ke Yorda lagi dan ganti pekerjaanmu! Mama nggak percaya kalau kita akan kelaparan setelah keluar dari keluarga Kurniawan!”“Iya,” jawab Hendro dengan suara kecil sambil menundukkan kepalanya.Chandra menguap menahan kantuk. Kemarin malam dia pergi melakukan urusan penting hingga sedikit kurang tidur.“Nova, aku ke kamar dan tidur sebentar.”“Iya, tidurlah,” jawab Nova. Setelah itu dia mengeluarkan ponselnya dan menonton acara pelantikan dari Arya.Chandra masuk ke dalam kamar milik Nova yang sudah

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-07
  • Jenderal Naga   Bab 68

    Hari ini merupakan hari besar yang menggemparkan bagi Kota Rivera. Hari pelantikan Arya sebagai penerus dari lima wilayah militer. Tiga keluarga kaya di kota ini tampak sedang terikat di atas kursi dalam keadaan kepala yang terpenggal.Sedangkan anggota keluarga Sinaga sudah kabur dari Kota Rivera. Namun Chandra sudah mempersiapkan semuanya sebelumnya. Dia sudah memerintahkan orang untuk mengunci seluruh akses baik via laut, udara dan darat. Lelaki itu melarang keempat keluarga besar untuk pergi dari kota ini.Setelah pelantikan Arya, para petugas juga ikut unjuk diri dan menjelaskan perihal kematian dari ketiga keluarga tersebut. Seorang napi yang telah dijatuhkan hukuman mati ditarik keluar dan dipasangkan topeng yang digunakan oleh Chandra, setelah itu langsung ditembak mati di tempat dan dijadikan sebagai bentuk pertanggungjawaban pada masyarakat.Karena itu, panasnya masalah ini telah berhasil ditekan untuk sementara waktu. Mengenai empat keluarga besar di Kota Rivera, untuk kelua

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-07
  • Jenderal Naga   Bab 69

    ”Asal kamu mau, aku nggak masalah. Aku jadi tentara selama sepuluh tahunan dan cukup banyak uang yang tersimpan.”“Aku nggak ada kebiasaan menghabiskan uang lelaki.”“Baiklah.”Chandra tidak berkata apa pun lagi. Kalau Nova ingin kerja, maka dia akan mengikuti kemauan perempuan itu. Dia sendiri juga masih sedang mempersiapkan semuanya dan masih belum tahu kapan waktu pastinya bisa selesai.“Cuci muka dulu, aku mau tukar baju.”“Oh.”Chandra menganggukkan kepalanya dan melangkah keluar. Di ruang tamu tidak ada orang, kemungkinan mereka semua sedang pergi. Dia yang baru saja bangun dari tidur panjangnya melangkah ke arah kamar mandi dengan langkah sempoyongan.Setelah selesai membasuh wajah dan menyikat gigi, Chandra memutuskan untuk duduk menunggu di ruang tamu. Tidak butuh waktu lama untuk Nova keluar dari kamar dengan pakaian rapi. Penampilan perempuan itu membuat mata Chandra berbinar seketika.Nova mengenakan kemeja putih dengan bawahan rok ketat yang dipadu dengan sepatu hak. Dia t

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-08
  • Jenderal Naga   Bab 70

    Chandra mengendarai motornya dan membawa Nova ke sebuah pusat rekrutmen yang ada di sekitar sana. Saat tiba di depan pintu, Nova berkata, “Chandra, kamu tunggu aku di luar. Aku sendiri saja yang keliling di dalam.”“Kenapa? Kamu keberatan karena malu kalau aku jalan sama kamu?” tanya Chandra dengan nada jenaka.Dengan cepat Nova menjelaskan, “Bukan gitu! Aku harus keliling cukup lama dan takut merepotkanmu. Di dekat sini ada warnet, kamu bisa main-main dulu di sana sambil tunggu aku. Nanti setelah selesai, aku akan menghubungimu.”Dia mendorong kedua bahu Chandra. Nova sering membaca buku yang di dalamnya mengatakan bahwa seorang lelaki sangat tidak menyukai berkeliling dengan perempuan. Dia benar-benar khawatir Chandra akan merasa dirinya merepotkan lelaki itu.“Aku nggak bisa main permainan yang seperti itu. Sebaiknya aku ikut kamu saja. Kamu terlalu cantik, aku nggak bisa tenang,” ujar Chandra sambil terkekeh. Hati Nova terasa manis dengan hati yang berbunga-bunga. Dalam hatinya yan

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-08
  • Jenderal Naga   Bab 71

    Nova segera meletakkan surat lamaran yang dia bawa tadi ke atas meja. Detik yang sama lelaki itu mengangkat wajahnya dan membelalakkan matanya ketika melihat wajah Nova.“Tunggu sebentar.”“Iya?”Nova yang baru saja hendak melangkah pergi setelah meletakkan surat lamarannya langsung menghentikan langkah kakinya. Dia memandang kepala HRD Ariel Group tadi dan bertanya, “Ada yang bisa dibantu?”Tatapan Raden tertuju lurus pada Nova dari ujung kepala hingga ujung kaki. Sorot matanya mengandung binar serakah karena tidak pernah melihat perempuan secantik yang ada di depannya ini.Dia menunjuk kursi dan berkata, “Duduk dan kita berbincang sesaat.”“Baik.” Nova menarik kursi dan duduk di hadapan lelaki itu.“Posisi apa yang kamu lamar?”“Desainer.”“Ada pengalaman pekerjaan yang sejenis, nggak?”“Nggak ada, Pak.”Kening Raden berkerut dan berkata, “Nggak bisa seperti ini, kamu tahu kalau perusahaan kami adalah perusahaan apa, bukan? Kamu tahu kalau perancang atau desainer di perusahaan kami i

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-09
  • Jenderal Naga   Bab 72

    Sekarang sudah tiba waktunya jam pulang kantor. Raden meminta para kandidat yang lainnya untuk datang lagi di esok hari. Setelah itu dia membereskan barangnya sambil berbicara pada Nova yang ada di sampingnya,“Nova, kalau nggak kamu ikut aku pulang ke rumah saja. Di rumahku nggak ada orang, aku akan menjelaskan semuanya dengan jelas padamu mengenai perekrutan karyawan.”“Hah? Ke rumah Bapak?” tanya Nova sedikit tercenung.Melihat ekspresi perempuan itu yang tampak terkejut membuat Raden bergegas menjelaskan, “Jarak rumahku lebih dekat dan jauh lebih nyaman. Kalau kamu nggak bersedia, kita ke kantor saja.”Lelaki itu adalah manajer HRD Ariel Group yang bertanggung jawab merekrut karyawan. Dia juga memiliki ruang kerja sendiri di kantornya. Di dalam ruangan tersebut terdapat sofa yang bisa dijadikan kasur.Dia sudah memikirkannya dengan matang. Hari ini dia harus berhasil meniduri perempuan secantik Nova! Perempuan di hadapannya ini adalah sosok yang dikatakan sebagai perempuan paling c

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-09
  • Jenderal Naga   Bab 73

    Perempuan itu terlihat berusia sekitar 25 hingga 26 tahun dengan mengenakan pakaian serba hitam yang berbahan kulit dari atasan sampai celananya. Rambut panjang hitamnya tergerai, dan wajahnya terlihat luar biasa cantik dengan tubuh yang sangat proporsional.Perempuan tersebut berhenti di tempat parkir bawah tanah dan berdiri di salah satu sudut. Matanya menyapu sekitar seakan tengah mencari sesuatu. Diam-diam tangannya mengarah ke belakang tubuhnya dan mengeluarkan sebuah pistol dari balik punggungnya.Detik itu juga, tubuhnya berbalik ke belakang dan mengarahkan pistol tersebut tepat ke arah Chandra. Raut wajah perempuan itu berubah menjadi panik ketika melihat sosok Chandra. Dengan cepat dia menyimpan pistolnya kembali dan dengan gugup bertanya, “Ke-kenapa ada kamu?”Chandra berjalan mendekat dan bersandar pada tiang beton sambil menatap perempuan dengan baju ketat di depannya. Perempuan itu terlihat luar biasa cantik dan polos. Dengan datar dia berkata, “Kenapa kamu nggak berada di

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-10
  • Jenderal Naga   Bab 74

    Makam Raja Januar, harta karun, kunci dan Lukisan Gunung Merabu dan Mawar Hitam?Chandra menatap sosok dengan pakaian serba hitam dan tubuh proporsional milik Mawar Hitam tersebut sambil tenggelam dalam pemikirannya. Apakah ini sebuah kebetulan atau ada orang yang melakukannya dengan sengaja?“Jenderal, mohon terima aku,” ujar Mawar Hitam sekali lagi dengan sorot mata dan ekspresi memelas serta penuh permohonan.Chandra meliriknya sekilas dan berkata, “Kamu bilang ada orang yang membunuh semua anggota kamu? Kamu nggak mau kabur malah justru ikut datang ke Rivera dan meminta pertolonganku? Sepertinya nggak masuk akal, bukan?”“Pembunuh yang mengambil harta karun itu bukan merupakan dalang dari kejadian ini. Pembunuh itu ingin mengambil harta karunnya seorang diri dan nggak memberikan kotaknya ke atasan dia. Tapi dia membawa kotak harta karun tersebut dan masuk ke Rivera. Karena itu aku mengikutinya.”“Di tanganku ada kunci harta karun tersebut, kalau sampai atasannya tahu kunci tersebut

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-10

Bab terbaru

  • Jenderal Naga   Bab 1963

    Bagi seorang penjaga yang pernah mengalami Zaman Kegelapan, keadaan saat ini terasa seperti masa yang damai. Penjaga itu tidak menjelaskan dengan rinci seperti apa kondisi dunia luar sekarang. Namun, hal ini cukup membuat Chandra merasa lega. Jika penjaga tidak merasa perlu mengkhawatirkan keadaan di luar, berarti dunia luar masih relatif tenang. “Penjaga, bagaimana caranya agar aku bisa hidup kembali?” Chandra memandang penjaga itu dengan penuh harapan. Ia sangat ingin hidup kembali, ingin keluar dari tempat ini dengan tubuh yang baru. Penjaga itu melirik Chandra sejenak, lalu menggerakkan tangannya dengan santai. Seketika, Chandra merasakan tubuh jiwanya terangkat, seakan tidak terkendali, perlahan melayang ke arah tubuh di tanah. Di saat yang sama, tangan penjaga memunculkan simbol-simbol misterius. Ia mulai melafalkan mantra yang tidak dipahami Chandra. Satu per satu simbol itu masuk ke dalam tubuh Chandra yang terbaring. Sekitar lima menit berlalu. Chandra, yang terbar

  • Jenderal Naga   Bab 1962

    Chandra terdiam sejenak, lalu berkata, “Apa ini tentang suku di dalam tempat penyegelan?” Penjaga menggeleng pelan. “Lupakan. Kalau aku jelaskan sekarang, kamu tidak akan mengerti. Nanti aku akan memberitahumu. Untuk sekarang, aku membawamu ke sini karena aku berniat menggunakan Teratai Iblis ini untuk membentuk kembali tubuhmu.” “Apa?” Chandra tertegun. Ia memandang bunga teratai yang mengeluarkan kabut hitam di depannya, lalu bertanya, “Menggunakan bunga ini untuk membentuk kembali tubuhku?” “Benar.” Penjaga itu mengangguk. “Bunga ini didapatkan dengan susah payah oleh leluhur Bumi. Bunga ini terkait dengan rencana besar yang luar biasa. Namun, aku belum bisa memberitahumu banyak sekarang. Terlalu banyak yang kukatakan hanya akan membebani pikiranmu. Yang bisa kukatakan adalah kamu mendapatkan peluang besar dan keberuntungan yang luar biasa.” Dia berbalik menatap Teratai Iblis. “Bunga ini dulu milik seorang ahli super yang kekuatannya melampaui bayanganmu. Jika aku menggunak

  • Jenderal Naga   Bab 1961

    Tugas seorang prajurit adalah melindungi rakyat. Itulah tanggung jawab dan kewajiban yang telah terasah selama lebih dari sepuluh tahun Chandra menjalani kehidupan sebagai seorang pejuang. Jika semua orang hanya memilih mundur dan tidak ada yang berani maju, dunia ini akan hancur. “Ya,” Sang Penjaga mengangguk pelan. Dia setuju dengan apa yang dikatakan Chandra. Sejak zaman purba, berkat keberadaan orang-orang seperti itu lah, Bumi bisa tetap terjaga hingga sekarang. “Penjaga, apakah aku masih punya harapan untuk hidup?” Chandra, yang kini hanya berupa tubuh astral, memandang sang Penjaga dengan penuh harap. Dia tidak ingin mati. Masih banyak hal yang harus dia lakukan, masih banyak hal yang belum selesai. “Masih ada harapan,” ujar Penjaga dengan suara pelan. “Namun, dengan hidupmu yang baru nanti, tanggung jawabmu akan menjadi lebih besar, dan tekanan yang kau rasakan akan jauh lebih berat.” Chandra, tanpa ragu, berkata, “Aku siap menanggung semuanya.” Sang Penjaga melamb

  • Jenderal Naga   Bab 1960

    Orang itu adalah Penjaga Pustaka Agung. Dia menyaksikan kondisi Istana Bunga yang kini telah menjadi puing-puing. Pada wajahnya yang samar dan tak nyata, tersirat sebuah ekspresi penuh keikhlasan bercampur pilu. “Demi bangsa dan rakyat, dengan semangat leluhur bumi, dunia ini membutuhkan orang-orang seperti dirimu. Jika semua orang hanya memikirkan keselamatan dirinya, bumi ini tak akan disegel di masa lalu, tetapi benar-benar lenyap,” gumam sang Penjaga dengan suara pelan yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. “Tiga jiwa, tujuh roh, berkumpullah.” Tangannya yang samar mulai bergerak, menciptakan formasi tanda yang misterius. Seketika, sebuah kekuatan tak kasat mata terpancar dari tangannya, menyebar ke seluruh penjuru bumi hingga mencapai area Istana Bunga. Di tengah puing-puing itu, titik-titik cahaya putih perlahan berkumpul di udara, membentuk sebuah bayangan yang tak nyata. Bayangan itu melesat cepat, meninggalkan area tersebut, bergerak menuju arah Gunung Langi

  • Jenderal Naga   Bab 1959

    Gunung tempat Istana Bunga berdiri hancur dalam sekejap, lenyap menjadi abu. Puluhan kilometer di sekitarnya berubah menjadi puing-puing tanpa ada tanda-tanda kehidupan yang tersisa. “Apakah Chandra sudah mati?”“Apakah dia menggunakan teknik pamungkas untuk membasmi musuh?” Bisikan penuh kebingungan terdengar di antara orang-orang yang selamat. Setelah keadaan mulai tenang, para pesilat yang sebelumnya melarikan diri kembali ke lokasi, berharap menemukan Chandra di tengah reruntuhan. Di antara puing-puing, terdengar suara batu yang bergerak. Sosok seorang pria yang bersimbah darah perlahan bangkit. Dia duduk di atas batu besar, terengah-engah sambil memegangi luka-lukanya. “Sialan! Hampir saja aku mati karenanya,” gumam Jayhan dengan nada berat. Wajahnya muram. Jayhan tidak pernah menyangka Chandra akan menyerangnya tiba-tiba. Jarak yang terlalu dekat dan kurangnya kewaspadaan membuatnya terkena serangan langsung. Meski kekuatan Jayhan luar biasa, serangan itu hampir mere

  • Jenderal Naga   Bab 1958

    "Bagaimana mungkin? Kenapa ada aura yang begitu kuat?" Semua orang merasakan kehadiran aura menakutkan dari puncak gunung. Mereka semua diliputi rasa ngeri yang membuat bulu kuduk merinding. Krak... Krak... Krak. Di bawah tekanan aura tersebut, pegunungan tempat Istana Bunga berdiri mulai menunjukkan tanda-tanda keretakan. Orang- orang di kaki gunung berubah wajah seketika. "Celaka! Cepat lari!" Dengan panik dan wajah pucat pasi, mereka bergegas melarikan diri. Di puncak gunung. Chandra sedang menggabungkan dua aliran energi murni di dalam tubuhnya. Kedua energi tersebut menyatu menjadi kekuatan baru yang sangat luar biasa. Dia berusaha keras mengendalikan kekuatan itu, tetapi kekuatan tersebut terlalu besar, terlalu mengerikan. Begitu besar hingga hampir tidak mampu Chandra kendalikan. "Hahaha!" Jayhan tertawa terbahak-bahak, penuh kegilaan. Kekuatan ini luar biasa. Seseorang yang bahkan belum mencapai tingkat Alam Mahasakti mampu menunjukkan teknik sehebat ini. Ini bu

  • Jenderal Naga   Bab 1957

    Jayhan sangat cemas. Dia sangat ingin tahu tentang ilmu yang dipelajari Chandra. Dia tahu, nenek moyang Bumi pernah melahirkan banyak pesilat hebat, dan para pesilat itu meninggalkan ilmu-ilmu luar biasa. Jayhan curiga Chandra telah mendapatkan salah satu ilmu tertinggi itu. Sementara itu, Chandra tampak berpikir serius. Dia belum mengambil keputusan. Melihat Chandra ragu-ragu, Jayhan segera berkata, “Tenang saja, aku selalu menepati janji. Setelah kau memberikan ilmu itu kepadaku, aku akan melindungimu. Bahkan setelah segel Bumi terbuka, aku pastikan kau akan hidup dengan baik.” Namun, kekhawatiran Chandra bukan tentang memberikan ilmu itu, melainkan apakah ia bisa menggunakan ilmu pamungkasnya untuk membunuh Jayhan. Jayhan sangat kuat, bahkan terlalu kuat. Jika Jayhan sedikit saja waspada, rencananya pasti gagal. Untuk membunuh Jayhan, Chandra butuh membuatnya benar-benar lengah. Dia sadar, menggunakan Sangkar Kosmik begitu saja tidak akan berhasil. Jayhan pasti akan bers

  • Jenderal Naga   Bab 1956

    "Silakan, katakan."Jayhan benar-benar menginginkan ilmu yang dikuasai oleh Chandra. Bukan hanya satu atau dua pertanyaan—puluhan pun akan ia jawab tanpa ragu.Chandra menatap Jayhan dengan serius, lalu bertanya, “Apakah di Alam Niskala ada celah dalam segel yang memungkinkan makhluk-makhluk dari sana masuk ke Bumi?”Jayhan mengangguk sambil berkata, “Benar. Di Alam Niskala memang ada celah pada segelnya. Siapa pun yang berhasil melewati celah itu, bisa langsung muncul di Bumi.”“Jadi, tidak lama lagi akan ada lebih banyak makhluk dari Alam Niskala yang muncul di Bumi?” Chandra melanjutkan.Jayhan kembali mengangguk. “Ya, benar. Tapi melewati celah itu bukan perkara mudah. Dari seratus orang yang mencoba, mungkin hanya satu yang berhasil. Sisanya akan mati dalam prosesnya.”Mendengar jawaban itu, Chandra menarik napas lega. Namun, ia segera mengajukan pertanyaan lain, “Saat ini, level kekuatanmu ada di tahap apa?”“Mahasakti Sempurna, hanya satu langkah lagi menuju Transenden,” jawab J

  • Jenderal Naga   Bab 1955

    Jayhan berdiri di depan Chandra dengan senyum penuh ancaman, matanya menatap tajam ke arah pria yang sedang berjuang untuk tetap hidup.“Chandra, aku sudah membiarkan semua orang pergi. Sekarang, serahkan teknik kultivasi yang kau gunakan,” katanya tegas. “Jangan coba mempermainkanku. Jika aku mau, aku bisa menangkap mereka kembali, dan kali ini, mereka pasti mati.”Chandra perlahan membuka matanya. Wajahnya datar, nyaris tanpa emosi. Dengan suara lemah, dia berkata, “Aku terluka parah dan bisa mati kapan saja. Setidaknya beri aku waktu untuk pulih. Setelah aku sembuh, aku akan memberikannya padamu.”Setelah itu, Chandra kembali terdiam. Ia menutup mulutnya rapat-rapat, tak ingin berbicara lebih banyak. Jayhan hanya mendengus, tidak terlihat tergesa-gesa. Dalam pikirannya, Chandra hanyalah seekor semut—mudah dihancurkan kapan saja.Di Kaki Gunung Istana BungaSejumlah pesilat berkumpul di kaki gunung, wajah mereka penuh kecemasan. Suasana tegang menyelimuti mereka.“Apa yang harus kita

DMCA.com Protection Status