Cakra yang diancam Chandra terpaksa menuruti kemauannya.Sekarang dia hanya menuruti ucapan Chandra saja.Chandra menginginkan informasi Raja Medis. Jadi, Cakra hanya bisa menggerakkan seluruh relasinya untuk mengumpulkannya. Dia akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya sebelum langit gelap. Selesai menelepon, Chandra mengendarai mobilnya menuju Klinik Mortal.Dahlia Sunardi sudah mengganti namanya menjadi Dahlia Atmaja. Sekarang dia berstatus sebagai adik sepupu dari keluarga jauh Chandra.Saat ini, Dahlia sedang duduk di atas bangku sambil melamun menatap ke sisi pintu.Ketika Chandra berjalan masuk, Dahlia langsung tersadar dari melamunnya. Dia segera berdiri, lalu memanggil dengan nada manja, “Kak Chandra.”Penampilan Dahlia saat ini sungguh mirip seperti seorang gadis cilik saja. Tidak mungkin ada yang menyangka dia pernah menjadi seorang pembunuh yang sadis.“Emm.”Chandra berjalan mendekatinya, lalu duduk dan bertanya, “Bagaimana dengan lukamu?”Dahlia menjawab d
Tadi Chandra pergi dengan buru-buru, dia pun belum sempat makan sampai sekarang. Jadi, Chandra pun mengendarai mobil menuju kawasan kota. Dia mencari sebuah kedai mi yang agak ramai.Bisnis kedai mi ini cukup laris. Hampir semua meja sudah dipenuhi oleh pelanggan. Untungnya, masih ada satu meja kosong. Chandra pun duduk, lalu memesan mi daging kambing.Saat ini seorang wanita rambut panjang yang berpakaian terusan hitam dengan kacamata hitam berjalan memasuki kedai mi. Dia melirik sekeliling, lalu melihat hanya ada bangku kosong di meja Chandra.Si wanita berjalan pergi. Dia tersenyum pada Chandra, lalu duduk di hadapannya.Kemudian, si wanita memalingkan kepalanya dan berpesan pada pelayan yang melewati, “Beri aku mi daging kambing yang ukuran jumbo dan ekstra mi.”Chandra juga tidak meladeni orang yang duduk di seberangnya. Dia bahkan tidak melirik si wanita sekali pun. Dia hanya fokus menyantap mi dan permainan ponselnya saja.Setelah Grace memesan mi, dia melirik sekeliling seolah-
Chandra menatap dua puluhan lelaki berpakaian hitam yang sedang menghalangi langkahnya. Orang-orang itu berdiri dengan sangat tegak. Sepertinya mereka semua sudah terlatih dengan profesional.Kali ini Chandra mulai penasaran.Sebenarnya siapa wanita ini? Kenapa dia bisa diikuti oleh begitu banyak pengawal?Grace membalikkan badan, lalu memarahi Benjamin, “Hei, kamu lagi ngapain?”Benjamin berumur sekitar 40 tahun, Dia berpakaian agak sederhana dengan wajah berbentuk oval dan rambut pendek.Dia berjalan maju, lalu berkata dengan sopan, “Nona, Tuan sudah berpesan. Kamu mesti berada di bawah pengawasan kami. Sekarang Tuan masih ada urusan. Besok pagi dia baru akan sampai di Rivera.”“Aku sudah bukan anak kecil lagi. Jangan selalu utus orang untuk mengikutiku!”Grace merasa sangat kesal. Dia pun memukul dan menendang semua pengawal yang menghalangi pintu untuk menerobos keluar. Meskipun demikian, tidak ada yang berani melakukan perlawanan.Benjamin juga tidak berdaya. “Ikuti Nona.”“Baik.
Para pengawal mulai mengelilingi Grace dengan menghadap ke depan.Tiba-tiba Chandra menatap Benjamin, lalu berkata, “Kamu juga balik badan.”“Apa yang ingin kamu lakukan?” Raut wajah Benjamin berubah serius.Melihat Benjamin tidak ingin membalikkan badan, Chandra juga tidak berkata lain lagi. Dia memapah Grace untuk duduk bersila di atas lantai, lalu membuka pakaian Grace hingga hanya tersisa pakaian dalamnya saja.“Kamu!” Amarah Benjamin seketika membara.“Diam!” teriak Chandra.Chandra menekan-nekan bagian belakang punggung Grace, lalu mengeluarkan jarum akupunktur dari dalam tasnya. Tanpa mensterilkan terlebih dahulu, dia langsung menancapkan jarum ke tubuh Grace.Gerakan tangan Chandra sangat gesit. Bahkan Benjamin pun kebingungan ketika melihatnya. Dalam waktu beberapa detik, seluruh tubuh Grace sudah dipenuhi dengan jarum perak.“Papah dia.” Tiba-tiba terdengar suara Chandra. Benjamin pun baru merespons, lalu memapah pundak Grace.Chandra berjalan ke belakang Grace, mulai memijat
Chandra langsung meninggalkan tempat setelah menyelamatkan Grace. Biasanya, dia bersikap acuh tak acuh terhadap masalah orang lain. Dia bisa menyelamatkan Grace murni karena merasa Grace bukanlah orang jahat.Hal ini dapat diketahui dari meski Benjamin bersikap begitu galak sewaktu di kedai mi, Grace malah memberanikan diri untuk membawanya kabur. Chandra pergi mencari makan lagi.Pada saat ini, di Jalan Medis Kota Rivera.Kevin membawa Kosim berobat ke puluhan dokter pengobatan tradisional.Semua dokter itu menggeleng tanda kehabisan akal untuk mengobati penyakit Kosim.“Ayah, apa yang harus aku lakukan? Aku masih belum nikah, aku masih ingin tiduri cewek-cewek lagi.” Kosim gelisah hingga hampir meneteskan air matanya.Semalam, artis seksi itu sudah membantu Kosim semalaman. Hanya saja dia tidak memiliki reaksi apa-apa. Kevin juga tidak berdaya. Dia sudah mencari banyak dokter. Namun, semuanya juga tidak memiliki solusinya.“Kosim, kamu jangan panik. Kalau nggak bisa diobati dengan
Chandra juga malas mengurus masalah Keluarga Kurniawan. Biarkan saja anggota Keluarga Kurniawan hidup sengsara dulu. Setelah konferensi media berakhir, Chandra baru akan menanganinya. Saat ini, Chandra kembali ke kamar. Tampak Nova sedang duduk membaca buku dengan serius.“Sayang, kamu lagi baca apa?”Nova meletakkan bukunya, lalu membalas dengan tersenyum, “Aku bosan di rumah melulu. Jadi, tadi aku pergi beli buku.”“Emm, bagus,” balas Chandra sambil mengangguk.Chandra merasa sangat gembira. Ternyata masalah Keluarga Kurniawan tidak membuat Nova kehilangan semangat hidupnya. Dia bahkan masih kepikiran untuk belajar.Tiba-tiba ponsel Chandra berdering. Dia menerima panggilan dari nomor yang tidak dikenalnya.“Halo, siapa?” “Ini aku Sandra.”Ketika mendengar suara Sandra, Chandra spontan mengerutkan keningnya. “Kenapa? Ada masalah apa?”Seketika terdengar suara omelan dari ujung telepon. “Chandra, padahal kamu diberi gaji 10 juta sama New Era, kamu malah nggak bekerja. Coba kamu liha
Sekretarisnya Sandra cukup baik. Dia tidak mempersulit Chandra. Dia mengira Chandra hanya penasaran ingin melihat area kerja wakil direktur saja.“Serius, Bu Sandra yang panggil aku ke sini. Kalau kamu nggak percaya, coba kamu tanya dia. Kalau kamu nggak mau tanya, aku pergi sekarang, ya. Paling-paling kamu bakal disalahkan Bu Sandra saja.”Setelah dilihat-lihat, sepertinya Chandra tidak sedang berbohong.Nadia melirik Chandra dengan kebingungan, lalu berkata, “Kamu tunggu sebentar. Aku pastikan dulu.”Tanpa berbasa-basi, Nadia langsung mengetuk pintu, lalu berjalan memasuki ruangan. “Bu Sandra, ada seorang karyawan bernama Chandra datang ke sini. Katanya Bu Sandra cari dia?”“Suruh dia masuk!” Terdengar suara Sandra dari dalam ruangan.Kali ini Nadia baru membalikkan badannya, berjalan ke sisi Chandra. “Masuk sana.”Chandra pun berjalan memasuki ruangan tanpa mengetuk pintu.Bagaimanapun juga, Sandra adalah seorang wakil direktur, dia pun diberikan ruangan yang sangat besar. Ruangan k
“Bu Mawar.”Di sepanjang perjalanan, semua pegawai perusahaan menyapa Mawar dengan sopan.Namun, Mawar malah tidak meladeni mereka. Dia langsung berjalan ke depan ruangan Sandra, lalu mengetuk pintu dengan perlahan.“Siapa?” Saat Sandra sedang menginterogasi Chandra, terdengar suara ketuk pintu. Dia spontan membalikkan badannya, dan bertanya dengan ketus, “Nggak lihat apa aku lagi sibuk?”“Kak Chandra, ini aku, Mawar.” Terdengar suara Mawar dari luar pintu.Begitu mendengar sebutan “Kak Chandra”, Sandra spontan terbengong.Chandra juga mengernyitkan keningnya. Kenapa Mawar kemari?Sandra melirik Chandra yang duduk di sofa, lalu langsung pergi membukakan pintu untuk menyambut Mawar. “Kenapa kamu ke sini? Ayo cepat masuk!”Mawar memasuki ruangan, lalu berhenti di hadapan Chandra. “Kak Chandra, kenapa kamu tidak beri tahu aku kalau kamu ke perusahaan? Biar aku bisa menjemputmu.”Chandra mengangkat-angkat tangannya, lalu berkata, “Aku juga nggak ingin kemari. Tapi Bu Sandra bilang aku masi
Jamal memanfaatkan Tara sebagai sandera untuk mengancam Santara. Santara menggenggam pedangnya erat-erat, wajahnya suram. Sambil bertarung dengan Raja Januar, dia memperhatikan jalannya pertempuran Tara dan melihat bahwa orang yang mengalahkan Tara ternyata adalah seorang wanita. Dia melirik Nova dengan penuh perhatian. Saat ini, mata Nova sudah kembali normal, dan darah yang mendidih di tubuhnya perlahan mereda, mengurangi aura kuat yang menyelimutinya. “Darah Iblis, ya?” gumamnya pelan. Akhirnya, Santara memilih untuk menghentikan pertarungan. Kekuatan para pesilat kalangan manusia bumi ternyata jauh melebihi dugaannya. Setelah dia menyarungkan pedangnya, Raja Januar pun menghela napas lega. Raja Januar turun ke tanah terlebih dahulu, berhenti di depan Jamal. Nova juga telah keluar dari kondisi transformasinya, wajahnya pucat dan tubuhnya lemas seolah semua energi telah terkuras habis dalam pertarungan sebelumnya. Dengan langkah pelan, dia berjalan menghampiri Chandra. Chan
Saat Tara ragu, Nova sudah menyerang dengan cepat. Dentuman keras terdengar saat pedang mereka bertemu, memicu ledakan energi sejati yang mengguncang ruang di sekitarnya. Nova terlempar ke belakang, tetapi Tara juga terdorong beberapa langkah mundur. Dalam hatinya, Tara terkejut, “Kekuatan yang mengerikan.” Darah dalam tubuh Nova mendidih, seperti gunung berapi yang akan meletus, melepaskan kekuatan besar yang memperkuat tubuhnya. Meski baru mencapai Alam Kesembilan, kekuatan ini membuatnya mampu mengimbangi, bahkan mendorong mundur Tara. “Mati!” Mata Nova yang merah menyala menatap Tara dengan penuh amarah. Ia mengerahkan energi sejati Bintang Iblis, mengalirkannya ke dalam Pedang Keji Sejati, lalu menggunakan jurus Pedang Iblis. Jurus ini kuat dan agresif, penuh dengan energi yang dahsyat, menambah kehebatan serangannya. Dalam wujud yang sudah berubah ini, kekuatan Nova meningkat berkali-kali lipat. Bahkan Tara, yang berada di Alam Mahasakti, mulai kesulitan menahan seranga
Chandra memusatkan seluruh energi sejati semesta, kekuatan darah, dan ototnya, membuat auranya seketika meningkat pesat. Tara mendekat dengan pedang terhunus. TRANG! Kedua pedang saling beradu. Dalam sekejap, Chandra cepat-cepat mengubah jurusnya, langsung mengincar titik lemah di tubuh Tara. Tara terkejut. Ia tidak menyangka bahwa teknik pedang Chandra begitu tidak terduga. Dia dengan cepat mengubah posisinya, berusaha menangkis serangan Chandra. Dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, Chandra sementara ini mampu menahan serangan Tara. Ia juga menggunakan Jurus Pedang Pertama dan jurus Pedang Kilat Semesta, sehingga bisa sejenak bertahan melawan Tara. Hal ini memberi Jamal kesempatan untuk mundur. Jamal segera menarik diri ke kejauhan, mengeluarkan sebotol pil dan menelannya. Melihat Chandra yang bertarung sengit dengan Tara, Jamal tak bisa menahan kekagumannya, “Kuat sekali! Bahkan meski baru melepas dua belenggu, energi sejatinya sudah setara denganku. Kalau berhasil melep
Kedua sosok itu beradu telapak tangan, sehingga Raja Januar terpental jauh ke belakang, sementara Santara hanya mundur beberapa langkah. Dari bentrokan pertama ini, semua orang bisa melihat bahwa kekuatan Raja Januar masih di bawah Santara. Namun, Raja Januar tak gentar. Setelah menstabilkan tubuhnya, dia menghunus pedangnya dan kembali menyerbu ke arah Santara. Pertarungan sengit pun pecah di udara.Jamal, dengan wajah serius, berkata, “Kita harus cepat mengalahkan Tara, agar bisa membantu Ayah nanti.” Chandra mengangguk dan dengan cepat mencabut Pedang Naga Pertama. Bersama Jamal dan Sesepuh Klan Darah, Victor, mereka bertiga menyerbu ke arah Tara. Melihat mereka mendekat, Tara mendengus dingin, “Kalian benar-benar tak tahu diri!” Dia mencabut pedangnya, dan seberkas energi pedang menyebar seperti riak di permukaan air.Ketiganya segera menghindar dan bergerak mengelilingi Tara. Chandra, dengan Pedang Naga Pertama di tangan, melancarkan serangan pedang yang mengerikan. Setelah ber
Suasana hening, semua orang terdiam tanpa seorang pun yang berani bicara. Mereka paham, sekalipun Raja Januar mampu menahan satu sosok Alam Mahasakti, masih ada satu lagi yang menjaga Gunung Bushu. Sosok kedua ini cukup kuat untuk menghabisi semuanya. “Aku sudah melepas belenggu ketiga.” Saat semua orang tenggelam dalam keheningan, Jamal angkat bicara. Perkataan Jamal membuat perhatian semua orang tertuju padanya. Setengah tahun lalu, Raja Januar membunuh Phoenix dan membawa pulang Esensi Phoenix serta Darah Phoenix. Esensi Phoenix diberikan kepada Chandra, namun masih ada sisa Darah Phoenix yang mengandung energi kuat. Dalam enam bulan ini, Jamal berlatih keras dalam pertapaannya, hingga berhasil melepas belenggu ketiga dan kini hanya selangkah lagi menuju Alam Mahasakti. Jamal berkata, “Aku, ditambah Chandra dan Sesepuh Klan Darah, kita bertiga mungkin tidak bisa mengalahkan satu Alam Mahasakti, tapi setidaknya kita bisa menahannya untuk sementara.” “Kalau begitu, ayo kita
"Jadi sekarang di Gunung Bushu, selain Santara, ada juga Suku Mistik Dewi?" "Iya," jawab Chandra sambil mengangguk, "Memang begitu." Raja Januar termenung sejenak. Kalau hanya satu orang kuat di sana, mungkin Raja Januar berani naik dan melihat-lihat. Tapi sekarang, Gunung Bushu dijaga dua sosok kuat dari Alam Mahasakti. Jika dia naik sendiri, jelas sulit baginya menghadapi dua orang sekaligus. “Apa Basita sudah datang?” Raja Januar melirik sekeliling, tapi tak melihat tanda-tanda Basita. Chandra menggeleng, "Aku sudah sampai sejak kemarin siang dan menunggu di kaki gunung. Tapi Basita belum juga muncul." “Kalau begitu kita tunggu saja,” ujar Raja Januar. “Gunung Bushu ini terkait dengan segel kuno. Aku yakin, Basita pasti akan datang.” Semakin banyak pesilat berdatangan dan bergabung untuk menunggu di sana. Tak lama, terdengar suara tawa dari kejauhan. Tampak Kadir berjalan mendekat sambil tertawa lebar, “Chandra! Sudah setengah tahun kita tidak bertemu. Kudengar kamu be
Fenomena aneh di Gunung Bushu menandakan bahwa kemungkinan besar ada benda ajaib yang lahir di sana. Dewi Tara menyadari bahwa sebenarnya dirinya bukan tandingan Santara, tetapi Dewi Tara tetap nekat datang. Dewi Tara menduga bahwa Santara tak akan berani bertarung mati-matian dengannya. Jika Tara kalah atau tewas, maka Santara pun akan terluka parah, yang justru membuka peluang bagi manusia Bumi.Di hadapan Santara, Tara sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Dengan sikap penuh keberanian, Tara memegang pedangnya erat-erat, menatap tajam ke arah Santara sambil berkata, “Ayo, serang. Pertarungan kita yang sebelumnya tidak memuaskan. Kali ini, mari kita bertarung sungguh-sungguh. Aku ingin melihat seberapa kuat dirimu sebenarnya.”Santara memandang Tara dengan wajah serius. Ia tak menyangka Tara akan kembali ke Gunung Bushu setelah pertemuan mereka sebelumnya. Meski Tara sedikit lebih lemah darinya, perbedaannya tak terlalu besar. Jika bertarung mati-matian, meskipun mungkin Santara
Meski tahu bahwa kekuatannya mungkin belum cukup, Chandra merasa ia harus pergi melihat situasi di Gunung Bushu. Mungkin saja Chandra bisa mendapatkan beberapa keuntungan di sana.“Ya, aku ke sana,” katanya dengan tekad kuat. “Bagaimanapun, aku harus melihat keadaan di sana.”Nova mengangguk. Keduanya segera berangkat. Chandra kembali ke Negera Naga di Gurun Selatan untuk menyimpan sisa Esensi Phoenix dengan aman, lalu ia dan Nova berangkat dengan pesawat pribadi menuju Gunung Bushu.Pesawat mereka sangat cepat, hanya memerlukan tiga jam untuk mencapai Gunung Bushu. Ketika mereka tiba di kaki gunung, waktu baru menunjukkan pukul 11 pagi. Di kejauhan, kabut putih mengelilingi puncak-puncak gunung, dan di antara kabut itu, cahaya lima warna memancar terang. Chandra tahu bahwa cahaya itu berasal dari patung misterius yang memancarkan energi.Di sisi lain, cahaya ungu terang meliputi sebagian besar Gunung Bushu. Walaupun mereka masih cukup jauh dari sana, Chandra sudah bisa mencium aroma
Nova memutuskan untuk tidak lagi menyerap Esensi Phoenix. Ia ingin menyimpannya untuk Chandra agar Chandra bisa mencapai tingkat yang lebih tinggi. Setelah beberapa hari menyerap Esensi Phoenix, Maggie juga merasakan energi sejatinya semakin kuat. Kini, Maggie merasa bisa menembus Alam Kesembilan, dan itu sudah cukup baginya. Maggie pun tak ingin menyerap lebih banyak Esensi Phoenix.“Kak Chandra, aku juga tidak akan menyerap lagi,” kata Maggie.“Baik,” jawab Chandra dengan anggukan.Semakin tinggi tingkatannya, semakin banyak energi yang dibutuhkan. Sisa Esensi Phoenix yang setengah ini mungkin hanya cukup untuk membantu Chandra melewati belenggu ketiga. Chandra segera melanjutkan latihannya, sementara Nova dan Maggie memilih untuk pergi menuju Gurun Selatan, ke negara Naga.Dua bulan pun berlalu, dan Chandra masih berlatih dengan tekun di Gunung Langit, Gurun Selatan, selama setengah tahun penuh. Kekuatan Chandra terus meningkat dari waktu ke waktu.Suatu malam, di Gunung Bushu, terd