Share

Bab 253

Penulis: Angin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
“Sudah, sudah,” kata Toni sambil mengibaskan tangannya.

“Papa, Papa nggak boleh lepas tangan tentang masalah ini,” kata Liana sambil terisak.

“Hardi dan Leon sudah ditangkap polisi. Meski mereka bersalah, seharusnya masalah keluarga nggak boleh bawa ke kantor polisi!”

“Masalah keluarga? Apakah mencelakai Nova termasuk masalah keluarga? Untungnya nggak ada masalah besar, kalau sampai banyak yang mati gimana? Apakah ini bisa dikatakan masalah keluarga?” balas Chandra.

“Kamu!” Liana menunjuk wajah Chandra dengan wajah merah.

“Kamu pikir kamu siapa?! Ini rumah keluarga Kurniawan! Kamu pikir kamu ada hak bicara di sini?!” lanjut perempuan itu lagi.

“Benar! Keterlaluan sekali!”

“Kenapa malah lapor polisi?”

“Bukankah masalah ini tinggal dijelaskan saja? Bukan masalah besar! Apa kata orang-orang kalau masalah polisi menangkap anggota keluarga Kurniawan di rumah? Bagaimana kita bisa mengangkat wajah kita di luar sana?”

“Keterlaluan sekali! Dasar menantu pembawa sial!”

Seluruh anggota keluarga K
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jenderal Naga    Bab 254

    Nova terdiam karena ucapan bernada tinggi dari ibunya. Dia hanya bisa menarik Chandra masuk ke kamar, sedangkan orang yang lainnya masih mengerumuni mahar mahal tersebut.Indah mengeluarkan beberapa pakaian mahal dan juga perhiasan mahal sambil berlari masuk ke kamar dengan bahagia. Dia mengganti pakaiannya dan mengenakan anting, kalung serta cincin.“Sayang, gimana? Cantik nggak?”Perempuan itu berjalan keluar dan mengelilingi ruang tamu sambil bertanya pada Hendro. Detik berikutnya terdengar lelaki itu yang berkata, “Wah! Cantik sekali istriku! Baju ini benar-benar dibuat secara khusus!”Mendengar pujian tersebut membuat Indah tersenyum malu dan bahagia. Sedangkan Yani mulai bergumam sinis, “Christian ada banyak uang, Tuan Muda Atmaja juga kaya. Nova nikah sama siapa dong?”“Sama semuanya!” seru Hendro dengan semangat.Plak!Yani melayangkan satu geplakan kuat ke kepala putranya dan membuat Hendro seketika terdiam. Setelah itu dia mengeluarkan kotak yang berisi uang tunai sambil berk

  • Jenderal Naga    Bab 255

    Chandra tercenung sesaat karena tidak mengerti. Bukannya mereka sudah sepakat? Kenapa tiba-tiba berubah?Setelah diam selama beberapa detik, Chandra tersadar dan langsung tersenyum sambil berkata, “Ng-nggak apa-apa.”Setelah itu dia turun dari kasur dan mengambil kasur lantai untuk membentangkannya. Nova juga tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Hanya saja kecupan Chandra di detik pertama tadi membuatnya merasa takut. Bahkan Nova sendiri tidak tahu apa yang sedang dia takuti.“Na-naik lah. Tidur di atas saja.”Meski belum mempersiapkan dirinya, Nova juga tidak tega membiarkan Chandra tidur di lantai. Chandra hanya tertawa kecil dan berkata, “Nggak apa-apa, aku tidur di bawah saja. Tunggu setelah kamu selesai berpikirnya baru aku tidur di atas.”Chandra hanya tidak ingin memaksa Nova dan juga tidak boleh memaksa perempuan ini. Tanpa adanya perempuan ini, maka tidak akan ada Chandra yang sekarang. Apa pun keputusan Nova, Chandra pasti akan mendukungnya dan mengikutinya.Hanya saja b

  • Jenderal Naga    Bab 256

    Chandra meninggalkan kediaman keluarga Kurniawan dan memanggil taksi untuk berangkat ke Atma Group. Saat masih di jalan, lelaki itu menelepon Pak Kusuma dan berkata, “Pak Kusuma, sekarang siapa yang bertanggung jawab di Atma Group?’“Den, untuk sementara saya yang bertanggung jawab.”“Baik, kasih saya satu set jas dan juga sebuah topeng. Saya akan segera tiba.”Kusuma tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Chandra, tetapi dia tetap menyanggupinya dan berkata, “Baik, akan segera saya siapkan.”Setelah selesai bertelepon, Chandra memejamkan matanya dan beristirahat sejenak. Tidak butuh waktu yang lama bagi dirinya untuk tiba di Atma Group. Gedung tersebut terdapat 18 lantai yang berukuran sangat luas dan mewah.Gedung ini dulunya merupakan salah satu milik anak perusahaan dari empat keluarga besar. Sekarang mereka berikan begitu saja pada Chandra. Setelah Kusuma yang mewakili Chandra untuk menerimanya, lelaki itu mengganti nama gedung tersebut menjadi Atma Tower. Gedung ini juga meru

  • Jenderal Naga    Bab 257

    “Jangan bahas tentang aku terus, ayo ceritakan tentangmu. Selama sepuluh tahun ini kamu ke mana saja?”“Huft ….”Sandra menghela napas dan berkata, “Dulu keluarga pacarku terkena musibah. Karena aku sangat sedih makanya aku dan keluargaku pindah dan baru pulang dalam waktu dekat ini. Karena dengar ada keluarga Atmaja yang masih hidup, makanya aku datang ke sini melihat sekalian melamar menjadi wakil direktur.”Setelah itu dia melihat ke arah Nova dan bertanya, “Oh iya, aku juga ada dengar kalau kamu terkena luka bakar karena mau menolong seseorang dari dalam kediaman keluarga Atmaja sepuluh tahun yang lalu?”“Iya,” jawab Nova sambil mengangguk.“Siapa yang kamu tolong?” tanya Sandra lagi sambil minum kopi miliknya dan menatap Nova. Nova hanya menggelengkan kepala dan menjawab,“Aku nggak tahu. Waktu aku tolong dia, tubuhnya sudah terbakar. Keadaan waktu itu sangat gawat sekali, aku nggak melihatnya dengan jelas dan langsung menarik dia keluar.”“Dia nggak pernah cari kamu?”“Eum ….”Wa

  • Jenderal Naga    Bab 258

    Lantai paling atas Atma Group.Chandra terlihat di dalam sebuah ruang kerja yang mewah serta megah dengan mengenakan setelan jas yang harganya selangit. Selena sedang merapikan dasi milik lelaki itu. Setelah mengganti pakaiannya, Chandra mendadak terlihat begitu berbeda dengan wibawa dan aura intimidasi yang kuat.Dulu dia merupakan seorang lelaki rumah tangga, sekarang Chandra justru terlihat seperti seorang lelaki sukses.“Den ….”Setelah selesai membantu Chandra memasang dasinya, Selena mendongak dan melihat lelaki itu dengan sorot penasaran kemudian bertanya, “Kenapa Den harus menyembunyikan identitas sendiri?”Chandra hanya tertawa kecil mendengar pertanyaan tersebut. Dia tidak berniat menjelaskan terlalu panjang mengenai hal ini. Dia sendiri juga tidak tahu apa alasannya. Mungkin hanya ingin hidup dengan tenang dan damai saja.Saat ini Kusuma berjalan masuk dan berkata, “Den, Bu Nova sudah datang dan ada yang bernama Sandra ikut datang bersamanya. Katanya dia datang untuk melamar

  • Jenderal Naga    Bab 259

    Chandra memutar tubuhnya. Kedua bola mata Nova menatapnya dengan lekat. Akan tetapi ketika Chandra berbalik ke arahnya, rasa kecewa menyerang diri Nova.Dia tidak bisa melihat wajah asli Chandra karena lelaki itu mengenakan topeng. Topeng itu tidak sama dengan topeng sebelumnya. Topeng tersebut berwarna silver yang menutup hampir setengah wajah lelaki itu. Hanya terlihat mata, hidung, mulut dan juga dagu saja.Chandra dapat menangkap rasa gugup dari wajah Nova. Dia hanya tersenyum dan berkata, “Jangan sungkan, duduk.”Nova tersadar dan langsung duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut. Chandra mendekat dan memilih duduk di hadapan Nova.“Tuan Muda Atmaja, terima kasih atas perhatian dalam beberapa waktu terakhir ini,” ujar Nova dengan suara bergetar. Terlihat jelas bahwa perempuan itu sedang gugup.Chandra hanya mengibaskan tangannya dan berkata, “Kalau bukan kamu, sepuluh tahun yang lalu aku sudah mati dilahap api. Aku tahu kalau selama sepuluh tahun terakhir kamu mengalami banyak s

  • Jenderal Naga    Bab 260

    Kedatangan Chandra ke Atma Group hanya demi Nova saja. Setelah selesai, dia langsung mengganti pakaiannya menjadi pakaian biasa.“Tetap baju begini yang cocok,” gumam Chandra sambil berjalan keluar dari ruang direktur dan memasuki lift.Lelaki itu keluar dari Tower Atma dan berdiri di tepi jalan untuk menunggu taksi.  Nova juga keluar dari dalam gedung dengan membawa perasaan yang masih menggantung. Meski kali ini dia bertemu dengan orangnya, tetapi Nova tidak bisa melihat wajah orang tersebut.Akan tetapi aura yang menguar dari dalam diri lelaki itu begitu kuat. Setiap gerak geriknya bisa membuat fokus orang lain berantakan. Detik berikutnya dia melihat Chandra yang tengah berdiri di tepi jalan.Nova terdiam sebentar kemudian melangkah mendekat dan memanggil lelaki itu, “Chandra, kenapa kamu ada di sini?”“Hah?” Chandra berbalik mendengar ada yang memanggilnya.Melihat Nova yang ada di belakangnya membuat Chandra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan bertanya balik, “No-Nova, kena

  • Jenderal Naga    Bab 261

    Nova menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya dengan kuat. Nada bicaranya juga ikut sedikit menurun.“Chandra, aku tahu kamu yang menyembuhkanku. Karena aku sudah menikah denganmu, maka aku adalah istrimu. Aku nggak akan melakukan hal yang mengkhianatimu. Tapi kamu justru nggak percaya denganku dan diam-diam mengikutiku. Kamu pikir aku orang yang matre? Setelah ketemu orang yang lebih kaya akan cerai denganmu dan menikah dengan dia?”“Nova, aku nggak bermaksud begitu. Aduh! Aku harus gimana jelasin ke kamu ….” Chandra terlihat serba salah.Nova mengibaskan tangannya dan memotong ucapan Chandra sambil berkata, “Sudah, aku ngerti kenapa kamu bisa mengikutiku. Gimanapun tuan muda misterius itu sudah memberikan mahar, nggak salah kalau kamu khawatir. Kamu bali dulu saja, aku mau ke Wasa Group.”“Nova,” terdengar suara Sandra yang berjalan keluar dengan terusan merah miliknya. Dari jauh dia melihat Nova tengah berbincang dengan lelaki berpakaian biasa di tepi jalan.  Sandra berjalan m

Bab terbaru

  • Jenderal Naga    Bab 1903

    Suasana hening, semua orang terdiam tanpa seorang pun yang berani bicara. Mereka paham, sekalipun Raja Januar mampu menahan satu sosok Alam Mahasakti, masih ada satu lagi yang menjaga Gunung Bushu. Sosok kedua ini cukup kuat untuk menghabisi semuanya. “Aku sudah melepas belenggu ketiga.” Saat semua orang tenggelam dalam keheningan, Jamal angkat bicara. Perkataan Jamal membuat perhatian semua orang tertuju padanya. Setengah tahun lalu, Raja Januar membunuh Phoenix dan membawa pulang Esensi Phoenix serta Darah Phoenix. Esensi Phoenix diberikan kepada Chandra, namun masih ada sisa Darah Phoenix yang mengandung energi kuat. Dalam enam bulan ini, Jamal berlatih keras dalam pertapaannya, hingga berhasil melepas belenggu ketiga dan kini hanya selangkah lagi menuju Alam Mahasakti. Jamal berkata, “Aku, ditambah Chandra dan Sesepuh Klan Darah, kita bertiga mungkin tidak bisa mengalahkan satu Alam Mahasakti, tapi setidaknya kita bisa menahannya untuk sementara.” “Kalau begitu, ayo kita

  • Jenderal Naga    Bab 1902

    "Jadi sekarang di Gunung Bushu, selain Santara, ada juga Suku Mistik Dewi?" "Iya," jawab Chandra sambil mengangguk, "Memang begitu." Raja Januar termenung sejenak. Kalau hanya satu orang kuat di sana, mungkin Raja Januar berani naik dan melihat-lihat. Tapi sekarang, Gunung Bushu dijaga dua sosok kuat dari Alam Mahasakti. Jika dia naik sendiri, jelas sulit baginya menghadapi dua orang sekaligus. “Apa Basita sudah datang?” Raja Januar melirik sekeliling, tapi tak melihat tanda-tanda Basita. Chandra menggeleng, "Aku sudah sampai sejak kemarin siang dan menunggu di kaki gunung. Tapi Basita belum juga muncul." “Kalau begitu kita tunggu saja,” ujar Raja Januar. “Gunung Bushu ini terkait dengan segel kuno. Aku yakin, Basita pasti akan datang.” Semakin banyak pesilat berdatangan dan bergabung untuk menunggu di sana. Tak lama, terdengar suara tawa dari kejauhan. Tampak Kadir berjalan mendekat sambil tertawa lebar, “Chandra! Sudah setengah tahun kita tidak bertemu. Kudengar kamu be

  • Jenderal Naga    Bab 1901

    Fenomena aneh di Gunung Bushu menandakan bahwa kemungkinan besar ada benda ajaib yang lahir di sana. Dewi Tara menyadari bahwa sebenarnya dirinya bukan tandingan Santara, tetapi Dewi Tara tetap nekat datang. Dewi Tara menduga bahwa Santara tak akan berani bertarung mati-matian dengannya. Jika Tara kalah atau tewas, maka Santara pun akan terluka parah, yang justru membuka peluang bagi manusia Bumi.Di hadapan Santara, Tara sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Dengan sikap penuh keberanian, Tara memegang pedangnya erat-erat, menatap tajam ke arah Santara sambil berkata, “Ayo, serang. Pertarungan kita yang sebelumnya tidak memuaskan. Kali ini, mari kita bertarung sungguh-sungguh. Aku ingin melihat seberapa kuat dirimu sebenarnya.”Santara memandang Tara dengan wajah serius. Ia tak menyangka Tara akan kembali ke Gunung Bushu setelah pertemuan mereka sebelumnya. Meski Tara sedikit lebih lemah darinya, perbedaannya tak terlalu besar. Jika bertarung mati-matian, meskipun mungkin Santara

  • Jenderal Naga    Bab 1900

    Meski tahu bahwa kekuatannya mungkin belum cukup, Chandra merasa ia harus pergi melihat situasi di Gunung Bushu. Mungkin saja Chandra bisa mendapatkan beberapa keuntungan di sana.“Ya, aku ke sana,” katanya dengan tekad kuat. “Bagaimanapun, aku harus melihat keadaan di sana.”Nova mengangguk. Keduanya segera berangkat. Chandra kembali ke Negera Naga di Gurun Selatan untuk menyimpan sisa Esensi Phoenix dengan aman, lalu ia dan Nova berangkat dengan pesawat pribadi menuju Gunung Bushu.Pesawat mereka sangat cepat, hanya memerlukan tiga jam untuk mencapai Gunung Bushu. Ketika mereka tiba di kaki gunung, waktu baru menunjukkan pukul 11 pagi. Di kejauhan, kabut putih mengelilingi puncak-puncak gunung, dan di antara kabut itu, cahaya lima warna memancar terang. Chandra tahu bahwa cahaya itu berasal dari patung misterius yang memancarkan energi.Di sisi lain, cahaya ungu terang meliputi sebagian besar Gunung Bushu. Walaupun mereka masih cukup jauh dari sana, Chandra sudah bisa mencium aroma

  • Jenderal Naga    Bab 1899

    Nova memutuskan untuk tidak lagi menyerap Esensi Phoenix. Ia ingin menyimpannya untuk Chandra agar Chandra bisa mencapai tingkat yang lebih tinggi. Setelah beberapa hari menyerap Esensi Phoenix, Maggie juga merasakan energi sejatinya semakin kuat. Kini, Maggie merasa bisa menembus Alam Kesembilan, dan itu sudah cukup baginya. Maggie pun tak ingin menyerap lebih banyak Esensi Phoenix.“Kak Chandra, aku juga tidak akan menyerap lagi,” kata Maggie.“Baik,” jawab Chandra dengan anggukan.Semakin tinggi tingkatannya, semakin banyak energi yang dibutuhkan. Sisa Esensi Phoenix yang setengah ini mungkin hanya cukup untuk membantu Chandra melewati belenggu ketiga. Chandra segera melanjutkan latihannya, sementara Nova dan Maggie memilih untuk pergi menuju Gurun Selatan, ke negara Naga.Dua bulan pun berlalu, dan Chandra masih berlatih dengan tekun di Gunung Langit, Gurun Selatan, selama setengah tahun penuh. Kekuatan Chandra terus meningkat dari waktu ke waktu.Suatu malam, di Gunung Bushu, terd

  • Jenderal Naga    Bab 1898

    Nova telah berhasil menembus Alam Kesembilan berkat kekuatan dari Esensi Phoenix. Ia juga mulai merasakan keberadaan kunci pertama dalam tubuhnya.Di puncak Gunung Langit, Chandra duduk bersila, dengan aura yang menyala terang seperti dewa sejati. Tiba-tiba, Chandra berhenti berlatih.Nova pun berhenti, memandang Chandra dan bertanya, “Kenapa?”Chandra menjawab, “Aku merasakan kunci kedua.”“Selamat!” Nova tersenyum gembira.Chandra menghela napas dan berkata, “Esensi Phoenix memang luar biasa. Kalau hanya mengandalkan latihan biasa, aku akan butuh sepuluh tahun untuk mencapai tahap ini dari kunci pertama ke kunci kedua.”Nova menyemangati Chandra, “Tetap semangat.”Di saat itu, Maggie datang mendekat. Selama tiga bulan terakhir, Maggie berkeliling pegunungan mencari buah yang mengandung energi alam, tetapi dia belum menemukannya. Sambil mencari, Maggie tetap rajin berlatih. Meskipun tidak menyerap Esensi Phoenix, energi alam yang tersedia cukup melimpah, sehingga energi sejati Maggie

  • Jenderal Naga    Bab 1897

    Chandra sama sekali tidak menyangka bahwa Nova akan datang ke Gunung Langit.“Anak kita bagaimana? Kamu pergi, siapa yang menjaga anak kita?” tanya Chandra.Nova menjawab, “Chaca dititipkan ke Mama. Aku benar-benar khawatir padamu dan tak ingin kamu sendirian berjuang di luar sana. Aku datang untuk membantumu.”Setelah mendengar itu, hati Chandra terasa hangat. Memiliki istri seperti ini, apa lagi yang diinginkan seorang suami?“Oh iya, bagaimana perkembangan latihanmu?” tanya Nova.“Cukup lancar,” Chandra mengangguk ringan. “Aku sudah berhasil melepaskan diri dari belenggu pertama dan sedang berusaha untuk yang kedua. Dengan kecepatan latihanku sekarang, mungkin dalam waktu sekitar tiga bulan lagi, aku bisa melepas belenggu kedua.”“Baguslah,” Nova merasa lega.Setelah Nova tiba, Chandra mengajaknya untuk bersama-sama menyerap kekuatan Esensi Phoenix. Karena Nova juga seorang jenius dan kuat, semakin cepat dia mencapai Alam Kesembilan, semakin besar kekuatan yang dimiliki manusia.“Ba

  • Jenderal Naga    Bab 1896

    Alam Mahasakti adalah yang terkuat di sini? Masih terlalu lemah.“Prabu, selanjutnya kita harus bagaimana?” tanya seorang pria berbaju hitam.Prabu berpikir sejenak, lalu berkata, “Aku membawa Batu Sakti Lima Warna. Ini akan memperkuat segel agar orang luar tak bisa melewati segel dan datang ke bumi. Kita akan pergi ke Gunung Bushu, menghabisi Suku Mistik, merebut Gunung Bushu, memperkuat segel, dan mencari empat segel lainnya. Saat waktunya tiba, aku akan membuka segel itu. Sementara itu, aku akan menguasai bumi untuk mempersiapkan kedatangan kita ke sini.”“Baik.”“Berdirilah dan bicaralah.”Puluhan pria berbaju hitam yang tadi berlutut kini berdiri. Prabu pun membawa para pengikutnya meninggalkan tempat itu dan menuju wilayah Someria. Pada saat yang sama, Nova telah meninggalkan Rivera dan sedang dalam perjalanan menuju Gurun Selatan di Negeri Naga.Sementara itu, di sebuah pesawat di Someria, seorang pria tampan dengan jas putih tengah memegang ponsel, menatap sebuah foto di layar.

  • Jenderal Naga    Bab 1895

    Di puncak Pegunungan Siberia yang terpencil di kutub utara, tanah abadi berselimut salju. Di tempat sunyi ini, sekumpulan pria berjubah hitam tampak berlutut, seolah menanti kehadiran seseorang yang penting.Mendadak, suara angin tajam mengoyak keheningan. Langit di atas mereka bergetar dan retak seperti kaca, menciptakan celah misterius di udara. Dari celah itu, seorang pria melangkah keluar, berjalan seolah tanpa beban di atas kekosongan. Pria itu mengenakan jubah putih, wajahnya tampan dan terukir tajam, dengan mata yang dalam dan penuh wibawa.Aura kekuatan yang memancar dari tubuhnya begitu kuat hingga seketika menyebabkan salju yang menyelimuti pegunungan meleleh, mengalir deras ke bawah dan membentuk sungai es yang menggelora."Selamat datang, Prabu," serempak pria-pria berjubah hitam itu menyambutnya, suara mereka penuh hormat.Prabu turun ke tanah dengan tenang, kedua tangannya bersilang di belakang punggung. Ia memandang pria-pria yang berlutut di hadapannya dengan tenang, l

DMCA.com Protection Status