Share

Bab 1696

Penulis: Angin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-19 18:00:00
Nova merasa bimbang. Dia memegang botol berisi darah itu dengan tangan gemetar, ragu-ragu apakah harus meminumnya atau tidak. Setelah merenung, akhirnya dia memutuskan untuk menahan diri. Dia takut mati, takut bahwa jika dia meminumnya, hidupnya akan berakhir. Maka, dia menyimpan botol itu dengan hati-hati.

Waktu berlalu, dan hari yang dinantikan pun tiba—hari perebutan gelar pejuang terkuat di dunia. Di Avalon, di sebuah kastil yang berdiri kokoh di tengah gurun, terdapat arena besar yang kini dipenuhi oleh kerumunan.

Raja Darah Pertama muncul di atas arena, memandang para pejuang tangguh dari berbagai penjuru dunia. Dengan suara lantang, dia berkata, "Saudara-saudara, Klan Darah selalu menepati janji. Hari ini, siapa pun yang bisa menjadi yang terkuat di dunia akan mendapatkan darah naga yang telah kami simpan selama seribu tahun."

"Kami juga akan mengungkapkan keberadaan naga tersebut kepada sang juara."

"Darah naga ini bisa memberikan keabadian. Kami pastikan, semua ini benar, tid
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jenderal Naga   Bab 1697

    Chandra harus ikut berburu naga. Darah naga adalah satu-satunya harapan untuk menyelamatkan Nova, dan dia tidak ingin kehilangannya. Demi Nova, Chandra siap menghadapi bahaya apa pun.“Kekuatanmu bagaimana?” tanya Robi lagi, dengan nada khawatir. “Kakek takut kekuatanmu masih belum cukup. Berburu naga itu sangat berbahaya.”Chandra tersenyum, “Tenang saja, Kek. Kekuatan saya sekarang tidak kalah dengan Kakek.”Robi mengangguk pelan. “Benar juga, kamu sudah mendapatkan Pil Emas Sembilan Putaran. Setahun sudah berlalu, pasti kamu sudah menggunakannya. Tapi, apakah kamu sudah mencapai Alam Sembilan?”Chandra tersenyum pahit. “Alam Sembilan bukan sesuatu yang mudah dicapai, Kek. Jika memang semudah itu, sudah pasti ada pejuang yang berhasil mencapainya dalam sejarah. Tapi sampai sekarang, tidak ada yang berhasil.”Robi setuju. Mereka berbincang pelan sambil waktu terus berjalan. Sepuluh menit berlalu, tapi masih tidak ada yang naik ke arena. Chandra mulai merasa tidak sabar. Jika terus beg

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • Jenderal Naga   Bab 1698

    Pedang Api adalah senjata legendaris yang sangat terkenal. Pedang ini dimiliki oleh pendiri sekte Dantra dan dibuat dari sepotong besi hitam yang ditemukan di dasar gunung berapi. Konon, besi ini telah tertanam di sana selama berabad-abad sebelum akhirnya muncul ke permukaan setelah letusan besar. Seorang pandai besi menghabiskan bertahun-tahun untuk menempa besi tersebut menjadi Pedang Api yang kini memiliki bilah merah menyala, seperti besi panas. Saat dihunus, suhu di sekitarnya akan naik drastis. Pedang ini tercatat dalam sejarah sebagai salah satu pedang legendaris, menduduki peringkat keempat dalam daftar pedang paling legendaris.Zeno menemukan Pedang Api ini di tempat suci sekte Dantra dan berhasil menguasainya, menjadi pemilik baru dari pedang tersebut. Meskipun kekuatan Zeno sebenarnya tidak begitu besar, dengan Pedang Api di tangannya, kekuatannya meningkat pesat. Dengan penuh kebanggaan, Zeno memamerkan Pedang Api itu kepada Chandra.Chandra tidak begitu mengenal berbagai

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20
  • Jenderal Naga   Bab 1699

    Cahaya pedang yang menyilaukan memancar dari Pedang Api, membawa kekuatan yang luar biasa, menyerang Chandra dengan dahsyat. Namun, Chandra hanya tersenyum tipis. Dengan gerakan anggun, dia mengangkat Pedang Naga Pertama untuk menahan serangan tersebut.Saat berhasil menahan serangan, Zeno dengan kecepatan luar biasa bergerak di belakang Chandra. Tubuhnya dan Pedang Api menyatu dalam satu garis lurus, siap menusuk punggung Chandra. Pedang Api pun menembus tubuh Chandra."Ini ...?"Kerumunan di luar arena terkejut. "Apakah Chandra sudah kalah?"Namun, saat semua orang berpikir Chandra telah kalah, tubuhnya yang tertusuk mulai memudar, berubah menjadi bayangan samar."Itu ... hanya bayangan.""Kecepatannya luar biasa, sampai-sampai meninggalkan bayangan di tempatnya."Zeno terkejut. Saat dia masih dalam kebingungan, dia merasakan sesuatu menempel di punggungnya. Perlahan, dia berbalik dan melihat Chandra yang sudah berada di belakangnya, dengan Pedang Naga Pertama mengarah langsung kepad

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20
  • Jenderal Naga   Bab 1700

    Bhadra dari Butang, nama yang pernah didengar Chandra sebelumnya. Titan pernah bercerita tentangnya. Bhadra adalah sosok legendaris dari dua ratus tahun yang lalu, seorang pertapa yang jarang terlihat. Bahkan ketika Kelompok Gunung Langit membunuh kura-kura roh, Bhadra tidak muncul. Namun, kini dia hadir di sini. Titan pernah mengatakan bahwa Bhadra sangat kuat, setidaknya setara dengan tingkat Lima Tangga Langit. Selain itu, kemahirannya dalam seni bela diri sangat tinggi. Seseorang yang telah berlatih seni bela diri selama lebih dari dua ratus tahun tentu telah mencapai tingkat yang luar biasa, kecuali jika dia benar-benar tidak berbakat. Namun, jika Bhadra tidak berbakat, dia tidak akan bisa mencapai tingkatan ini.Chandra memperhatikan Bhadra. Orang ini tampak sangat biasa, seperti seseorang yang bisa ditemui di jalanan tanpa menarik perhatian. Bhadra melangkah mendekat, membawa pedang panjang di punggungnya. Setelah berjarak sekitar seratus meter dari Chandra, pedang panjang itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Jenderal Naga   Bab 1701

    Sebuah energi pedang yang kuat melesat keluar, membelah udara. Bhadra bereaksi cepat, tubuhnya langsung melayang ke udara, sekitar dua puluh meter dari tanah.Boom! Di tanah, muncul sebuah lubang dalam yang segera meluas, membentuk jurang sepanjang seratus meter. Dari sini, bisa terlihat betapa dahsyatnya kekuatan serangan pedang Chandra.Saat itu juga, Chandra merasakan aura menakutkan datang dari atas. Dia mendongak dan melihat Bhadra, tubuhnya sejajar dengan pedang besi yang dipegangnya, membentuk garis lurus saat meluncur dari langit, menyerang dengan kecepatan luar biasa. Belum sampai mendekat, energi pedang yang dahsyat sudah terpancar, menyapu sekitarnya dengan kekuatan luar biasa. Namun, Chandra tidak menunjukkan sedikitpun rasa takut, malah dengan berani bergerak melawan arah serangan.Kedua ujung pedang akhirnya bertemu. Kekuatan Chandra ternyata lebih besar daripada Bhadra, membuat tubuh Bhadra terpental jauh. Di saat yang sama, tiga belas energi pedang terpancar dari pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Jenderal Naga   Bab 1702

    Tidak ada yang melihat dengan jelas bagaimana Chandra mengayunkan pedangnya. Bahkan ahli tingkat tinggi yang hadir, seperti Robi dan Titan, tidak bisa melihatnya dengan jelas. Mereka hanya melihat kilatan cahaya pedang, dan tiba-tiba pedang di tangan Bhadra sudah terpotong, dan tubuhnya terlempar.Keheningan menyelimuti tempat itu. Semua orang menahan napas, memandang Chandra yang berdiri di reruntuhan. Saat ini, pedang Chandra sudah disarungkan kembali.Di kejauhan, Maniso bertanya, "Maggie, apa kamu melihat dengan jelas pedang apa yang digunakan Chandra?"Maggie menggelengkan kepala, "Tidak, aku tidak melihatnya."Maniso tampak terkejut, "Tidak kusangka, dia sekarang menjadi begitu kuat. Bhadra adalah tokoh terkenal dari dua ratus tahun yang lalu, yang tidak terkalahkan pada masanya. Tak disangka, dua ratus tahun kemudian, dia bisa dikalahkan."Di medan pertempuran, Bhadra perlahan bangkit dari reruntuhan. Rambutnya berantakan, dan darah mengalir dari sudut bibirnya. Penampilannya sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22
  • Jenderal Naga   Bab 1703

    Pada saat itu, terdengar suara langkah kaki yang menggemuruh. Dari kejauhan, seorang pria tua berjalan mendekat. Dia mengenakan jubah panjang hitam dan topi di kepalanya. Setiap langkah yang dia ambil membuat tanah bergetar, seolah-olah terjadi gempa bumi. Beberapa orang yang kekuatannya sedikit lebih lemah tidak bisa berdiri tegak.Maggie yang kekuatannya lebih lemah tidak bisa berdiri dengan stabil. Jika tidak ditahan oleh Maniso, dia sudah terjatuh ke tanah."Siapa orang ini?""Betapa kuatnya auranya.""Ini adalah seorang ahli."Kehadiran ahli dari Klan Darah ini mengejutkan semua orang yang hadir. Pria ini adalah Wesley, salah satu ahli sejati dari Klan Darah.Dia berjalan mendekat, tampak lambat tetapi sebenarnya sangat cepat. Dalam beberapa tarikan napas, dia sudah berada di depan Chandra. Dengan perlahan, dia melepaskan topinya dan memandang Chandra, memberi isyarat dengan tangan dan berkata, "Kalahkan aku, maka kau akan menjadi yang terkuat di dunia. Kalahkan aku, maka kau akan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22
  • Jenderal Naga   Bab 1704

    Pukulan Sepuluh Tangan Aryani dikenal dengan gerakannya yang besar dan kuat, tak terkalahkan di medan laga. Selama satu tahun terakhir, Chandra berhasil menguasai Pukulan Sepuluh Tangan Aryani hingga ke tingkat sepuluh."Pukulan Sepuluh Tangan Aryani, Serangan Pemusnah!" Tubuh Chandra tiba-tiba melayang di udara, lebih dari tiga puluh meter di atas tanah. Seluruh tubuhnya memancarkan cahaya emas—ini adalah tanda dari energi batin yang keluar dari tubuhnya.Di telapak tangannya, muncul sebuah bayangan tangan raksasa yang terus membesar. Dalam sekejap, bayangan itu berubah menjadi telapak tangan sebesar seratus meter, seakan-akan sebuah gunung raksasa yang turun dari langit. Wesley segera merasakan ancaman yang mengerikan. Dia mencoba menghindar secepat mungkin, namun serangan itu terlalu cepat. Selain itu, saat Chandra melepaskan Serangan Pemusnah, ruang di sekitarnya seolah-olah membeku, gerakan Wesley terasa tertahan, seakan-akan ada beban ribuan kilogram yang menekan tubuhnya. La

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-23

Bab terbaru

  • Jenderal Naga   Bab 1969

    Yamesa adalah sosok yang sangat kuat. Dia telah mencapai Alam Mahasakti dan berhasil membuka empat segel tubuh manusia. Dengan kekuatan ini, di bumi, dia hampir tak tertandingi. Yamesa selalu berpikir bahwa di bumi, tempat seni bela diri sudah mulai memudar, dia bisa bertindak semaunya. Dia bahkan berambisi untuk merebut Negara Naga dan menjadi rajanya. Namun, ambisi itu hancur ketika dia bertemu seorang pemuda bernama Chandra. Hanya dengan satu serangan, Chandra menghancurkan Yamesa. Tulang di lengan Yamesa hancur berkeping-keping. Dia jatuh ke tanah dengan keras, mencoba bangkit dengan susah payah. Wajahnya dipenuhi ketakutan saat menatap Chandra. "Kamu ... kamu siapa sebenarnya?" Yamesa bertanya dengan suara bergetar. "Dari aliran mana asalmu? Bahkan di Alam Niskala, aku belum pernah mendengar tentangmu. Apa kamu juga berasal dari Alam Niskala?!" Sebagai pendekar hebat dari Alam Niskala, Yamesa telah bertemu dengan banyak talenta muda di sana. Jikapun dia belum bertemu la

  • Jenderal Naga   Bab 1968

    Saat seorang murid dari Paviliun Pedang melancarkan serangannya dengan kekuatan penuh, kecepatannya begitu luar biasa hingga Paul dan yang lainnya hanya bisa tertegun, wajah mereka dipenuhi keterkejutan. Namun, di tengah situasi genting itu, Chandra mengangkat tangannya. Dengan dua jari, ia menjepit pedang panjang yang diarahkan padanya. Murid Paviliun Pedang itu terhenti. Ia baru saja melangkah ke Alam Mahasakti, mengerahkan seluruh kekuatannya. Tapi serangannya bahkan tidak membuat Chandra, pria berbaju hitam di depannya, mundur sedikit pun. Siapa sebenarnya orang ini? pikirnya, kebingungan. Ekspresi Chandra tetap datar. Ia menekan pedang itu dengan sedikit kekuatan. Krek! Pedang itu patah, dan dalam sekejap, energi dahsyat dari Chandra menghantam tubuh murid Paviliun Pedang, membuatnya terpental beberapa langkah ke belakang. "Apa-apaan ini?" Yamesa berseru, wajahnya penuh keterkejutan. Yamesa sangat mengenal kekuatan adik seperguruannya, seorang yang baru saja menembus A

  • Jenderal Naga   Bab 1967

    Chandra merasakan sesuatu dari dalam istana. Seketika itu juga, amarahnya meluap. Dengan langkah berat penuh kemarahan, dia berjalan masuk ke dalam istana. Di pelataran luas di depan aula utama istana, tergeletak puluhan mayat di atas tanah. Semua mayat itu memiliki luka tusukan tepat di jantung, mati dalam satu serangan. Sementara itu, Paul, Maggie, Sandra, Arya, dan yang lainnya berdiri dengan ekspresi tegang, memandangi Yamesa beserta rombongannya. Yamesa, dengan tatapan penuh kesombongan, menatap ke arah Sandra. Mata hitam legamnya bergerak-gerak, memindai tubuh Sandra dari atas ke bawah. Dia tersenyum puas, melihat lekuk tubuh Sandra yang anggun dan wajahnya yang cantik. “Bagus sekali. Kamu jadi yang pertama,” ucap Yamesa sambil melangkah mendekat. Dia mengulurkan tangannya, mengangkat dagu Sandra. Sandra ingin melawan, tapi tubuhnya tak bisa bergerak. Titik-titik vitalnya telah ditutup rapat oleh Yamesa. “Bajingan! Apa yang ingin kau lakukan?” Sandra berteriak marah

  • Jenderal Naga   Bab 1966

    Wajah mereka semua tampak penuh ketegangan. "Bagaimana, tidak ada yang mau bicara?" Pria yang memimpin, Yamesa, berkata dengan nada dingin, "Kalau tidak ada yang bicara, maka aku hanya punya satu pilihan: membunuh." Srett! Dia tiba-tiba menghunus pedangnya. Tidak ada yang bisa melihat gerakannya dengan jelas. Hanya ada kilatan cahaya pedang, dan seketika itu juga, para prajurit bersenjata yang berada di sekitarnya roboh dalam genangan darah. Semua tewas dengan satu tebasan. Melihat prajurit mereka dibantai, para petinggi Negara Naga dipenuhi amarah. Paul berbicara dengan suara dingin, "Jangan terlalu memandang rendah kami." Namun, seorang pria di belakang Yamesa tiba-tiba mengayunkan tangannya. Dengan tenaga besar yang menyapu udara, tubuh Paul ditarik paksa ke arahnya. Pria itu mencengkeram rambut Paul dan menampar wajahnya dengan keras. Wajah Paul yang gelap langsung memerah dengan bekas tamparan. Dalam hitungan detik, wajahnya bengkak, dan darah mengalir dari sudut

  • Jenderal Naga   Bab 1965

    Waktu yang tersisa untuk bumi kini hanya tinggal enam tahun. Enam tahun lagi, kiamat akan datang. Saat ini, manusia di bumi sama sekali belum memiliki kemampuan untuk menghadapi akhir dunia. Satu Alam Niskala saja sudah membuat manusia di bumi berada di ambang keputusasaan. Jika segel itu terbuka, dunia-dunia lain seperti Alam Niskala akan menyatu dengan bumi, dan itulah saat yang benar-benar menjadi akhir bagi umat manusia. Apalagi, makhluk-makhluk Alam Niskala yang muncul sekarang hanyalah yang terlemah. Para makhluk terkuat tidak bisa melewati segel untuk muncul di bumi. “Hal yang paling mendesak sekarang adalah membereskan makhluk-makhluk Alam Niskala yang sudah muncul di bumi, demi memberi waktu bagi umat manusia untuk berkembang,” pikir Chandra dalam hati. Dia sudah memiliki rencana. Namun, untuk mewujudkan semua itu terasa seperti tugas yang mustahil. Satu Jayhan dan satu Jaymin saja sudah sangat merepotkan, belum lagi, berdasarkan informasi yang dia dapatkan, sekar

  • Jenderal Naga   Bab 1964

    Tiga tahun telah berlalu, kini Chaca sudah berusia empat tahun. Chandra merasakan rindu pada putrinya. ia sadar, dirinya bukanlah seorang ayah yang baik. Memikirkan hal itu, Chandra hanya bisa menghela napas panjang. Tak lama kemudian, dia meninggalkan Gunung Langit. Chandra menuju kota terdekat dari Gunung Langit untuk membeli sebuah ponsel dan langsung masuk ke forum pesilat. Chandra mulai mencari tahu apa saja yang telah terjadi selama tiga tahun terakhir. Melalui pembahasan di forum, Chandra mengetahui bahwa tiga tahun lalu dia hampir saja berhasil membunuh Jayhan. Namun, Jayhan terlalu kuat. Meski Chandra telah menggunakan ilmu pamungkas hingga tubuhnya hancur dan jiwanya lenyap, dia tetap gagal membunuh Jayhan. Namun, perlawanan itu membuat Jayhan terluka parah. Setelah itu, Robi bersama anak buahnya berhasil menangkap Jayhan hidup-hidup. Meski Jayhan tidak dibunuh, dia dipenjarakan. Alasannya, Jayhan memiliki latar belakang yang sangat besar. Jika dia dibunuh sembara

  • Jenderal Naga   Bab 1963

    Bagi seorang penjaga yang pernah mengalami Zaman Kegelapan, keadaan saat ini terasa seperti masa yang damai. Penjaga itu tidak menjelaskan dengan rinci seperti apa kondisi dunia luar sekarang. Namun, hal ini cukup membuat Chandra merasa lega. Jika penjaga tidak merasa perlu mengkhawatirkan keadaan di luar, berarti dunia luar masih relatif tenang. “Penjaga, bagaimana caranya agar aku bisa hidup kembali?” Chandra memandang penjaga itu dengan penuh harapan. Ia sangat ingin hidup kembali, ingin keluar dari tempat ini dengan tubuh yang baru. Penjaga itu melirik Chandra sejenak, lalu menggerakkan tangannya dengan santai. Seketika, Chandra merasakan tubuh jiwanya terangkat, seakan tidak terkendali, perlahan melayang ke arah tubuh di tanah. Di saat yang sama, tangan penjaga memunculkan simbol-simbol misterius. Ia mulai melafalkan mantra yang tidak dipahami Chandra. Satu per satu simbol itu masuk ke dalam tubuh Chandra yang terbaring. Sekitar lima menit berlalu. Chandra, yang terbar

  • Jenderal Naga   Bab 1962

    Chandra terdiam sejenak, lalu berkata, “Apa ini tentang suku di dalam tempat penyegelan?” Penjaga menggeleng pelan. “Lupakan. Kalau aku jelaskan sekarang, kamu tidak akan mengerti. Nanti aku akan memberitahumu. Untuk sekarang, aku membawamu ke sini karena aku berniat menggunakan Teratai Iblis ini untuk membentuk kembali tubuhmu.” “Apa?” Chandra tertegun. Ia memandang bunga teratai yang mengeluarkan kabut hitam di depannya, lalu bertanya, “Menggunakan bunga ini untuk membentuk kembali tubuhku?” “Benar.” Penjaga itu mengangguk. “Bunga ini didapatkan dengan susah payah oleh leluhur Bumi. Bunga ini terkait dengan rencana besar yang luar biasa. Namun, aku belum bisa memberitahumu banyak sekarang. Terlalu banyak yang kukatakan hanya akan membebani pikiranmu. Yang bisa kukatakan adalah kamu mendapatkan peluang besar dan keberuntungan yang luar biasa.” Dia berbalik menatap Teratai Iblis. “Bunga ini dulu milik seorang ahli super yang kekuatannya melampaui bayanganmu. Jika aku menggunak

  • Jenderal Naga   Bab 1961

    Tugas seorang prajurit adalah melindungi rakyat. Itulah tanggung jawab dan kewajiban yang telah terasah selama lebih dari sepuluh tahun Chandra menjalani kehidupan sebagai seorang pejuang. Jika semua orang hanya memilih mundur dan tidak ada yang berani maju, dunia ini akan hancur. “Ya,” Sang Penjaga mengangguk pelan. Dia setuju dengan apa yang dikatakan Chandra. Sejak zaman purba, berkat keberadaan orang-orang seperti itu lah, Bumi bisa tetap terjaga hingga sekarang. “Penjaga, apakah aku masih punya harapan untuk hidup?” Chandra, yang kini hanya berupa tubuh astral, memandang sang Penjaga dengan penuh harap. Dia tidak ingin mati. Masih banyak hal yang harus dia lakukan, masih banyak hal yang belum selesai. “Masih ada harapan,” ujar Penjaga dengan suara pelan. “Namun, dengan hidupmu yang baru nanti, tanggung jawabmu akan menjadi lebih besar, dan tekanan yang kau rasakan akan jauh lebih berat.” Chandra, tanpa ragu, berkata, “Aku siap menanggung semuanya.” Sang Penjaga melamb

DMCA.com Protection Status