Helen yakin, Chandra adalah tentara militer Gurun Selatan.Chandra hanya tersenyum tanpa menjawab Helen.Tak berapa lama, Chandra dan Helen tiba di Kediaman Keluarga Kurniawan.Yani dan keluarganya sudah pulang dari mengurus asuransi mobil dan membeli keperluan rumah tangga, sedangkan Nova dan Yura baru pulang dari bisnis pusat kota.Saat Chandra dan Helen tiba di rumah, waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang. Sesaat memasuki rumah, Yani langsung menegurnya, "Lama banget? Lihat, sudah jam berapa ini? Cepat masak, kami sudah lapar!"Sejak Chandra menjadi menantu Keluarga Kurniawan, Yani sama sekali tidak pernah masak. Mereka semua lebih memilih untuk menunggu Chandra hingga kelaparan daripada masak sendiri."Iya, aku masak sekarang," kata Chandra sambil meletakkan koper Helen."Helen," Yani menyapa dengan ramah.Helen tidak menjawab Yani, dia mengerutkan alis sambil menatap Chandra yang berjalan ke dapur. Hari ini, Helen menyaksikan sendiri bagaimana kemampuan Chandra.Tidak hanya mengha
"Em, benar." Toni menganggukkan kepala. "Kita harus memanfaatkan koneksi yang dimiliki Nova. Selama berhubungan baik dengan para tokoh terpandang, Keluarga Kurniawan pasti bisa bangkit. Kamu tahu, kerja sama dengan Arthur Group sudah menghasilkan keuntungan sebesar 2 miliar lebih."Toni menyesap rokoknya, lalu melanjutkan, "Asalkan Nova kembali, kita bisa memperbesar produksi. Kita juga akan memiliki kesempatan untuk bekerja sama dengan Farma Kimia dan memperluas kerja sama. Dengan begitu, Keluarga Kurniawan akan menguasai pasar.""Aku tidak peduli bagaimana caranya, Nova harus pulang!" Toni terlihat sangat antusias.Anggota Keluarga Kurniawan yang lain terlihat sangat muram. Mereka tidak mengharapkan kepulangan Nova. Jika Nova kembali, lama-lama dia akan merebut kekuasaan yang dimiliki oleh anggota keluarga lain. Dengan begitu, pada akhirnya Nova yang akan mendapatkan keuntungan paling banyak. Apa artinya menjadi keluarga konglomerat kalau keuntungan terbesar dimiliki oleh Nova?"Kake
Ucapan Chandra membuat emosi seluruh anggota Keluarga Kurniawan.Leon maju dan berteriak, "Eh, jangan ikut campur? Kamu nggak berkaca? Memangnya kamu siapa?"Seketika, Linda langsung teringat dengan pesta kemarin malam. Di hadapan semua orang, Chandra memaksanya untuk berlutut dan meminta maaf kepada Nova.Linda tidak menerima penghinaan itu, dia pun ikut memaki Chandra, "Apa?! Tiga keluarga lain akan ikut hancur? Kamu siapa? Kamu Ihsan? Sehebat apa dirimu?""Bikin malu saja! Bisa diam, tidak?" teriak Yani.Nova melirik Chandra dengan tatapan kesal, untuk apa Chandra ikut campur? Nova benar-benar tidak memiliki kepercayaan diri sebesar itu.Menjadi keluarga konglomerat tidak hanya dinilai dari uang, tapi juga kemampuan serta koneksi yang luas. Toni mengabaikan Chandra dan berbicara kepada Nova, "Nova, percaya pada Kakek. Asalkan kamu berjanji bisa meningkatkan kekayaan sebanyak puluhan kali lipat dan membawa Keluarga Kurniawan pada masa kejayaan dalam waktu 3 tahun, Kakek akan memberi
Toni bangkit berdiri dan menyapa Nova. Seiring waktu, sikap Toni terhadap Nova makin ramah.Anggota Keluarga Kurniawan yang lain mulai merasa terancam. Mereka berpikir Toni sudah tua, hidupnya tidak akan lama lagi. Dengan kata lain, pembagian saham ini sama saja seperti pembagian harta warisan.Karena keterbatasan kursi, tidak semua orang bisa duduk. Selain Toni dan keluarga inti Boni, yang lainnya terpaksa harus berdiri, termasuk Chandra.Toni tidak berlama-lama, dia langsung berkata, "Hari ini, aku ingin mengumumkan dua hal. Yang pertama, Nova akan diangkat menjadi CEO dan mengambil alih seluruh bisnis Keluarga Kurniawan. Yang kedua, aku akan membagi ulang nilai persenan saham."Sesaat mendengar kata saham, semua orang langsung tegang. Mereka sudah tidak sabar untuk mengetahui nilai pembagian saham yang baru.Toni menatap Boni dan berkata, "Selama ini, Boni sudah bekerja keras, tapi tidak mendapatkan saham. Mulai sekarang, aku akan memberikan 50% saham kepada Boni. Tidak hanya saham
"Plak!" Yani memukul kepada Chandra. "Bawel! Kamu nggak punya suara di sini!""Baik, sepakat!" kata Toni sambil tersenyum.Toni tidak pernah bermimpi untuk bisa menempati bisnis pusat kota. Tempat itu tidak hanya ditempati perusahaan besar Kota Rivera, tapi juga perusahaan-perusahaan kelas dunia.Kelak, semua bisnis dunia akan berpusat di sana. Kalau Keluarga Kurniawan bisa menempati lokasi bisnis pusat kota, Keluarga Kurniawan akan menjadi salah satu perusahaan terpandang di kota ini. Walaupun biaya tahunannya mahal, Toni sama sekali tidak peduli."Kakek, aku ...." Nova terlihat ragu-ragu. Namun, Toni terlihat sangat senang, Nova tidak tega menghancurkan kebahagiannya. "Aku, aku akan mencobanya.""Bu Nova, nasib Keluarga Kurniawan berada di tanganmu.""Kamu harus berhasil mendapatkan izin penempatan.""Bu Nova, asalkan kamu bisa mendapatkan izin penempatan, kami akan membantu biaya sewa tahunan. Tenang saja.""Tapi kalau gagal, posisimu sebagai CEO ... hanya akan menjadi kenangan."Se
Chandra merentangkan kedua tangannya. "Mana aku tahu? Aku bukan pebisnis.""Hah!" Nova menghela napas. "Sudah, jangan ribut! Chandra melakukannya demi kebaikanku. Besok pagi aku harus mempersiapkan semua dokumen perusahaan dan data-data yang diperlukan. Semoga saja berhasil. Tapi kalau tidak berhasil, ya sudah. Kakek juga tahu kemampuanku. Kakek tidak akan menyusahkanku.""Em." Yani menganggukkan kepala. Memang tidak ada jalan lain.Sejak tadi, Boni hanya diam saja. Dia masih memikirkan saham sebanyak 50% persen yang diberikan. Dia tidak pernah bermimpi akan mendapatkan saham sebanyak ini.Tanpa memedulikan kegelisahan Nova, Hendro malah berkata dengan antusias, "Pa, Kakek bilang setiap keluarga boleh membagikan sahamnya kepada anak cucu secara bebas. Aku adalah putramu satu-satunya, berikan aku 25% saham."Boni sontak melirik Yani. Meskipun Boni memiliki keseluruhan 50% saham, dia tetap harus mendapatkan persetujuan Yani.Yani langsung memukul kepada Hendro. "Nova masih harus memperju
Besar sekali nyali Helen, dia memeluk Chandra semesra itu.Chandra terkejut, dia langsung menyingkirkan tangan Helen. "Eh, apa yang kamu lakukan?"Helen tertawa terbahak-bahak. "Kak Chandra, kok kamu tersipu malu? Dari gosip yang aku dengar, kamu dan Kak Nova nggak sekamar, ya? Jangan bilang ... kamu masih perjaka?"Seketika, wajah Chandra langsung memerah. Dia memang masih perjaka.Chandra baru berusia 27 tahun. Dia memang pernah pacaran saat berusia 17 tahun, tapi paling banyak hanya pegangan tangan. Setelah itu, dia mengabdikan diri sebagai tentara selama 10 tahun, yang dilihatnya selama itu hanyalah senjata dan mayat, tidak ada waktu pacaran.Chandra malas berbicara dengan Helen. Dia langsung membuang puntung rokok, lalu masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Helen.Setelah melihat kemesraan Chandra dan Helen, Nova kembali ke kamar dan menangis tersedu-sedu.Selama ini, Nova mengira kalau Chandra adalah pria yang setia. Tidak tahunya, dia sama saja dengan pria-pria di luar sana. Han
Nova jatuh cinta melihat perhatian dan ketulusan yang ditunjukkan oleh Chandra. Sejak saat itu, Nova memutuskan hanya akan mencintai Chandra seorang.Namun, fakta menunjukkan sebaliknya. Tak sampai satu hari, Chandra sudah bermesraan dengan Helen."Kita ...." Kata cerai sudah berada di ujung tenggorokan, tapi Nova tidak sanggup mengatakannya."Sayang, kamu mau ngomong apa?" tanya Chandra."Tidak, tidak apa-apa." Nova pun mengurungkan niatnya.Nova sudah kehilangan semangatnya untuk menulis surat pengajuan perizinan. Dia berbaring di tempat tidur sambil menatap langit-langit.Malam yang sunyi pun berlalu.Keesokan hari.Pagi-pagi sekali, Nova sudah bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Sebaliknya, Chandra sangat santai, dia bisa tidur sampai jam 10 pagi.Selama beberapa waktu ini, banyak masalah yang terjadi di Kota Rivera. Ahmad Sinaga meninggal, Keluarga Sinaga hancur dan bangkrut.Kepala Keluarga Wangsa, Tedjo, dan Cahyadi juga juga sudah meninggal. Kemudian, dilanjutkan dengan pengang
Menghadapi Chandra, Wira merasakan ketakutan yang menusuk hingga ke dasar jiwa. Ini bukan rasa takut biasa—melainkan ketakutan yang muncul dari lubuk hati terdalam, seolah-olah di hadapannya berdiri makhluk yang bukan manusia.Chandra menatapnya dengan santai, seolah-olah semua yang ada di depannya tidak berarti apa-apa, lalu berkata dengan nada tenang, “Namamu Wira, bukan?”“Ya, aku Wira, Wakil Kepala Suku Tujuh Bintang Alam Niskala,” jawab Wira sambil menatap Chandra dengan penuh kewaspadaan.Aura yang dipancarkan Chandra begitu menekan, membuat Wira sulit bernapas. Setiap gerakan Chandra seperti mengandung ancaman yang tak terlihat.“Level kekuatanmu ada di mana?” tanya Chandra sambil melirik dokumen di tangannya. Dokumen itu berisi informasi tentang tokoh-tokoh kuat dari Alam Niskala, namun ia belum sempat membacanya.Wira sebenarnya enggan menjawab, tapi tekanan dari Chandra begitu besar hingga ia tidak berani melawan. Dengan suara pelan, ia menjawab, “Aku berada di tingkat Alam M
“Tidak perlu terburu-buru,” Seorang pria yang mengenakan jubah biru duduk santai di atas sebuah batu besar. Rambut panjangnya terurai seperti gaya orang zaman kuno. Dengan sikap santai, dia berkata, “Pohon Dewa ini telah kami jaga selama lebih dari setengah tahun, tetapi dicuri oleh wanita ini. Jika kita tidak mendapatkannya kembali, aku tidak akan puas. Kalau tidak ada yang membawanya kembali, barulah kita menyerbu Negara Januar.”“Wanita ini bilang bahwa Pohon Dewa telah dibawa kabur oleh rekannya. Dia adalah putri Raja Januar, jadi yang membawa Pohon Dewa itu pasti orang dari Negara Januar. Bukankah lebih baik kita langsung menyerbu ke sana?” saran salah satu anggota kelompok itu.Namun, pria berjubah biru itu, yang dikenal sebagai Tuan Muda Wira, mengangkat tangannya, memberi isyarat agar mereka tenang. “Tidak perlu terburu-buru. Kita tunggu beberapa hari lagi.”“Baik,” jawab yang lain tanpa berani membantah.Kelompok ini merupakan makhluk dari Alam Niskala yang muncul di bumi seta
“Chandra, jangan gegabah.” Jamal segera mengingatkan.“Lebih baik aku sendiri yang pergi,” ujar Raja Januar. “Xena itu pasti ditangkap oleh seorang pesilat dari Alam Niskala. Saat ini, para pesilat bumi terlalu lemah. Mereka sama sekali bukan tandingan pesilat dari Alam Niskala. Kita tidak bisa melawan mereka secara frontal. Lebih baik kita berkompromi.”Raja Januar sangat memahami betapa kuatnya makhluk dari Alam Niskala. Selama bertahun-tahun, banyak yang datang untuk menantangnya. Setiap kali, dia selalu kalah telak dan hampir kehilangan nyawa. Dia tidak ingin Chandra pergi ke Gunung Naga Suci dan mengalami hal buruk.Namun, Chandra menatap Jamal dan Raja Januar dengan tatapan serius dan berkata, “Paman, Kakek, biar aku yang pergi. Aku sekarang sudah lebih dari cukup kuat untuk menghadapi mereka. Kalau mereka berani menyakiti ibuku, aku akan menghancurkan mereka semua!”Tatapan Chandra dingin dan penuh keyakinan.“Kamu?” Raja Januar memandang Chandra dengan ragu.Chandra tersenyum t
Chandra menekan bagian atas Jarum 81 Langit. Dalam sekejap, jarum-jarum halus itu terlepas dari rangkaiannya, berubah menjadi delapan puluh satu jarum terpisah. Dengan cepat, ia menyalurkan energi sejatinya ke dalam jarum-jarum tersebut. Seketika, jarum-jarum itu memancarkan cahaya keemasan yang menyilaukan. Tanpa membuang waktu, Chandra mulai melakukan pengobatan. Dalam waktu singkat, delapan puluh satu jarum itu sudah tertancap di titik-titik vital tubuh Raja Januar. Sensasi nyaman menyelimuti Raja Januar. Tubuhnya terasa dipenuhi energi hangat yang menyegarkan. Luka-luka parah di tubuhnya sembuh dengan kecepatan luar biasa. Kurang dari sepuluh menit, Raja Januar sudah pulih sepenuhnya. Setelah selesai, Chandra mencabut semua jarum. Raja Januar bangkit, menggerakkan tubuhnya, dan dengan takjub berkata, “Luar biasa! Aku tadi hampir mati, tapi sekarang tubuhku sembuh total. Ini lebih hebat dari obat mana pun!” Chandra memandang Jarum 81 Langit di tangannya. Benda ini ditemukan
Jamal sangat bersemangat. Tiga tahun yang lalu, dia mendapat kabar bahwa Chandra gugur dalam pertempuran di Istana Bunga. Dia langsung bergegas ke sana. Namun, saat dia tiba, Istana Bunga sudah hancur menjadi puing-puing.Dia mengerahkan orang-orang untuk menggali di antara reruntuhan, tetapi yang mereka temukan hanyalah Pedang Naga Pertama milik Chandra dan Jarum 81 Langit yang ditinggalkan setelah kematian Chandra. Tidak ada jejak tubuh Chandra.Karena itu, dia mengira Chandra telah tiada. Bukan hanya dia, bahkan seluruh dunia persilatan juga menganggap Chandra sudah meninggal. Siapa sangka, setelah tiga tahun, Chandra kembali muncul di hadapannya, hidup-hidup.“Paman, bagaimana dengan Chaca? Kali ini aku datang untuk menemuinya,” tanya Chandra.Jamal menjawab, “Chaca sekarang sedang sekolah. Dia sudah masuk taman kanak-kanak dan belajar di TK Kerajaan Negara Januar. Masih ada dua jam lagi sebelum jam pulang.”Mendengar itu, Chandra merasa lega. “Oh iya, aku dengar kakek mengalami lu
Maggie hanya mengangguk pelan tanpa banyak berkata. Pesawat melaju cepat, dan dalam waktu singkat mereka tiba di Negara Januar. Negara ini didirikan oleh Raja Januar, sebuah monarki absolut di mana sang raja memiliki kekuasaan penuh atas negaranya.Setelah turun dari pesawat, Chandra dan Maggie langsung menuju istana. Namun, saat tiba di depan gerbang, langkah mereka dihentikan oleh penjaga istana. “Siapa kalian? Ini wilayah terlarang! Orang luar dilarang masuk!” seru salah satu penjaga dengan nada tegas.Maggie melangkah maju, menunjukkan kewibawaannya. “Saya dari Negara Naga. Ada urusan penting yang harus disampaikan kepada Raja Januar.”“Negara Naga?” Penjaga itu memandang Maggie dengan ragu sebelum akhirnya berkata, “Tunggu di sini. Saya akan melapor.”Chandra dan Maggie menunggu dengan tenang di depan gerbang. Sementara itu, di dalam istana Negara Januar, Raja Januar terbaring lemah di atas tempat tidur megahnya. Wajahnya pucat, napasnya tersengal-sengal, dan tubuhnya tampak rin
Chandra, setelah berhasil menembus Alam Mahasakti, meninggalkan Gunung Langit dan tiba-tiba muncul di istana Negara Naga. Kehadirannya disambut oleh Maggie yang segera muncul di hadapannya.“Kak Chandra, sudah berhasil menembus batas? Kok cepat sekali keluar dari pengasingan?” tanya Maggie dengan nada terkejut.“Hmm,” Chandra mengangguk ringan. “Aku sudah menembus Alam Mahasakti.”“Ha?!” Maggie terbelalak kaget. “Baru … baru Alam Mahasakti?”Chandra mengangguk sekali lagi, lalu bertanya, “Iya, memangnya kenapa?”Maggie tampak bingung sekaligus heran. “Tapi, Kak … bukankah sebelumnya Kakak berhasil mengalahkan seorang pesilat dengan empat segel kekuatan? Bagaimana mungkin Kakak baru sekarang menembus Alam Mahasakti?”Maggie merasa sulit menerima kenyataan ini. Jika apa yang dikatakan Chandra benar, maka sebelum menembus Alam Mahasakti pun, Chandra sudah memiliki kekuatan luar biasa untuk mengalahkan lawannya. Jadi, seberapa besar sebenarnya kekuatan Chandra? Chandra hanya tersenyum tip
Energi spiritual dari alam terus mengalir masuk ke tubuh Chandra, diserap dan dimurnikan menjadi energi sejati. Tubuhnya mengalami perubahan signifikan, dan kecepatan kultivasinya meningkat berkali-kali lipat. Kini, dia mampu menyerap energi spiritual sepuluh hingga seratus kali lebih cepat dibanding sebelumnya. Energi sejati-nya terus berkembang tanpa henti. Waktu berlalu tanpa terasa. Dalam sekejap, Chandra telah berlatih di Gunung Langit selama setengah bulan. Setelah setengah bulan, dia merasakan batas dari kekuatannya. Energi sejati-nya tidak lagi bisa bertambah, seperti terbentur tembok tak terlihat. Di atas kepalanya, dia dapat merasakan adanya penghalang tak kasat mata—sebuah dinding yang membatasi kultivasinya, menahan energi sejati-nya untuk terus berkembang. “Pecah!” Chandra mengerahkan seluruh kekuatannya. Dengan tinju yang dipenuhi energi sejati, dia menghantam penghalang itu dengan keras. Tubuh barunya memiliki kekuatan luar biasa, bahkan lebih besar daripada
Enam tahun ke depan akan menjadi masa terakhir bumi menikmati kedamaian. Chandra bertekad untuk memastikan bahwa selama waktu ini, makhluk dari Alam Niskala tidak semena-mena mengganggu bumi. Namun, Chandra tahu dirinya belum cukup kuat untuk sepenuhnya menghabisi para makhluk dari Alam Niskala. Setelah diskusi singkat dengan para pemimpin Negara Naga, Chandra meninggalkan istana. “Kak Chandra,” Maggie memanggilnya sambil menyusul dari belakang. “Tiga tahun lalu, tempat tinggalmu sudah dirobohkan, tapi aku menyimpan buah ungu yang kamu letakkan di dalam brankas dengan baik.” Tiga tahun lalu, Chandra mendapatkan sebuah buah misterius berwarna ungu. Namun, karena dia saat itu sedang fokus menyerap energi Feng Yuan, buah itu tidak sempat dikonsumsinya. Hingga kini, buah itu masih tersimpan dengan aman. “Ambilkan untukku,” perintah Chandra. Maggie mengangguk. “Baik, tunggu sebentar.” Tidak butuh waktu lama, sekitar sepuluh menit, Maggie kembali dengan membawa buah ungu itu. Mes