Ekspresi Chandra mengeras. Dia duduk dan mengambil sebatang rokok kemudian membakarnya.Sonia lanjut berkata, “Aku sudah mencari tahu kalau kekuatan Junwa sangat besar. Dari berita yang beredar, pemimpin pangkalan militer juga harus mendengar Junwa.”“Lalu?” tanya Chandra.“Lalu masalah di pangkalan militer. Hendri yang dikurung di penjara pangkalan sudah dibebaskan. Junwa yang membebaskan Hendri dari sana.”“Akhir-akhir ini Raja ada pergerakan apa?” tanya Chandra.“Nggak ada, semuanya normal.”“Aku tahu. Aku pulang dulu,” ujar Chandra sambil bangkit berdiri dengan pikiran yang bergumul dalam benaknya.“Tunggu,” panggil Sonia menghentikannya.Lelaki itu berbalik dan menoleh ke arah Sonia yang juga ikut bangkit berdiri. Dia mengingatkan, “Kakek, yang di mana adalah Ronald bukan orang yang sederhana. Aku sangat mengerti dia. Dia sangat licik. Dulu dia merebut inti dalam Rully dan sekarang sudah pasti berhasil mengolahnya. Kemampuannya sudah mencapai Delapan Alam,”“Apalagi sekarang dia a
Nova bangkit dan mengambilkan nasi untuk lelaki itu. Setelah itu dengan lembut berkata, “Sayang, ini.”Chandra menerimanya dan menatap wajah lembut Nova sambil terkekeh dan berkata, “Terima kasih, Sayang.”Panggilan tersebut membuat hati Nova meleleh seketika. Dia merasakan matanya memanas dan air matanya nyaris mengalir. Pertama kalinya Chandra memanggilnya seperti itu. Detik itu juga, dia merasa semua pengorbanannya sangat pantas. Beberapa detik kemudian dia baru berhasil menenangkan dirinya.Nova memamerkan cengiran lebar dan berkata, “Setelah kesibukannya sudah selesai, apa pun hasilnya, kita pergi bersembunyi, ya?”Chandra mengangguk. Kehidupan seperti ini sungguh membuatnya lelah. Berada di militer selama sepuluh tahun dan juga bertempur selama sepuluh tahun sudah membuatnya lelah. Jika bukan karena ada kendala yang terjadi, dia juga tidak akan kembali ke Gurun Selatan.Chandra mengangkat sendoknya dan mulai makan dalam diam.“Oh iya.”Mendadak Chandra meletakkan kembali sendokny
Sekarang dia hanya ingin menyelesaikan semuanya dan memberikan kedamaian untuk Diwangsa. Apakah berhasil atau tidak, tergantung dari sisa setengah tahun terakhir. Kalau sebelum pemilihan Chandra tidak bisa membereskan semuanya, maka dia memang tidak memiliki kemampuan tersebut. Dia juga tidak akan peduli lagi ketika waktunya tiba.Nova merasa lebih tenang dengan janji dari Chandra.“Sayang, aku akan membantumu. Aku akan membuatmu pensiun dengan tenang dan nggak ada penyesalan meninggalkan Diwangsa. Aku ingin kamu hidup tanpa beban dan sepenuh hati bersamaku.”Chandra tidak menangkap arti dari kalimat tersebut. Dia juga tidak tahu apa maksud bantuan dari Nova tersebut. Baginya, Nova hanya ingin hidup sederhana dan bahagia bersamanya.Setelah selesai makan, Chandra bergegas keluar rumah menuju Istana Dewa Naga untuk mencari Raja. sedangkan Nova membereskan dapur dan mencuci piring.Di pintu masuk Istana Dewa Naga, tampak sebuah mobil militer melaju masuk. Chandra yang mengenakan seragam
Chandra meminta Sandra untuk datang ke Diwangsa karena dia tahu keberadaan Kamar Dagang Timur Besar. Dia ingin membuat sebuah kamar dagang untuk melawan Kamar Dagang Timur Besar untuk merebut kembali kendali perekonomian Someria.Zaman sekarang uang mewakili segalanya. Dengan memiliki uang maka orang tersebut bisa mengendalikan semuanya. Beberapa waktu terakhir Sandra memang terlihat cukup aktif.Mendengar kalimat Shadow membuat Raja tenggelam dalam pikirannya. Dia semakin tidak bisa menebak Chandra. Lelaki itu terlihat tidak tertarik dengan jabatan Raja, tetapi apa yang dia lakukan demi mempersiapkan kenaikan dirinya sendiri.Raja memijat keningnya karena dia tidak tahu apakah dia harus percaya dengan Chandra.“Shadow, coba kamu jelaskan apa yang ingin dilakukan Chandra. Dia nggak peduli dengan posisi Raja, nggak tertarik dengan kekuasaan di Someria. Tapi dia melakukan banyak hal. Semua yang dia lakukan seakan tengah direncanakan untuk memperkuat posisinya. Selain Sandra masih ada Son
“Mau cari siapa?” tanya Nova sambil melihat lelaki asing di hadapannya. Lelaki itu berusia sekitar 40 tahun. Pakaiannya sangat sederhana seperti seorang petani. Dia mengeluarkan undangan dan memberikannya pada Nova.“Ini apa?” tanya Nova sambil menerimanya.“Untuk Chandra,” tanya lelaki itu.Setelah mengatakan kalimat tadi, dia berbalik dan langsung pergi. Nova tidak membukanya dan langsung menutup pintu kemudian masuk ke rumah.“Nova, siapa?” tanya Chandra.“Nggak tahu. Dia datang untuk kasih kamu undangan,” kata Nova sambil memberikan undangan di tangannya.“Kasih aku?” tanya Chandra dengan raut bingung. Dia menatap undangan tersebut yang terlihat cantik. Di bagian depan tidak ada tulisan sama sekali. Chandra membukanya dengan wajah penasaran.Begitu dibuka langsung terlihat dua kata yang tertulis “Undangan Tempur”.“Satu minggu kemudian di Gunung Langit Gurun Selatan. Pertarungan hingga titik darah penghabisan.”Setelah melihat tulisan di undangan, Chandra langsung tercenung. Nova m
Kemampuan Chandra sudah bukan menjadi rahasia lagi. Namun sekarang ada yang memberikan dia undangan tempur. Berarti ada dua kemungkinan.Yang pertama adalah kemampuan orang tersebut sangat kuat sehingga merasa yakin bisa mengalahkannya. Yang kedua ada sesuatu dalam kejadian ini. Sesuai dengan tebakan Chandra, seharusnya yang kedua.Dia merasakan ada sesuatu yang akan terjadi pada Diwangsa. Orang tersebut ingin mencoba membawanya keluar dari kota ini sehingga memintanya pergi ke Gunung Langit Gurun Selatan yang sangat jauh.Chandra tahu akan terjadi hal seperti itu, tetapi dia tetap harus pergi karena tidak berani bertaruh.“Nova, aku cari Sonia untuk berdiskusi.”Sekarang lelaki itu terlihat bimbang. Dia mulai tidak bisa menebak situasi saat ini. Dia harus mencari seseorang untuk berdiskusi.“Iya,” jawab Nova tanpa rasa cemburu.Tanpa menunggu lebih lama, dia bergegas pergi dari sana. Setelah Chandra pergi, senyuman di wajah Nova membeku dan berubah menggelap. Dia mengambil undangan te
“Kenapa nggak tenang?Dengan tenang Sonia berkata, “Kamu kebingungan karena berada di situasi ini. Diwangsa nggak hanya ada kamu saja. Ada sekali banyak kelompok dan sekte lainnya. Baik Pak Dery atau pun Alden yang mau melakukan sesuatu, pasti ada yang menghentikannya. Kamu tenang saja. Meski terjadi sesuatu di Diwangsa, pasti ada yang mengendalikan situasi ini.”Ucapan Sonia membuat Chandra seperti tersadar.“Memang hanya kamu yang bisa menebaknya. Iya, apa yang perlu aku khawatirkan?”Sonia terkekeh. Dia mendekatkan dirinya dan bersandar di bahu Chandra. Perempuan itu menarik tangan Chandra dan meletakkannya di pinggang rampingnya sendiri.Chandra bergegas menarik tangannya dan berkata, “Ap-apa yang kamu lakukan?”“Kak, aku cantik, nggak?” tanya Sonia sambil bercanda.Chandra mengangguk dengan jujur dan berkata, “Iya, cantik seperti malaikat.”“Kalau nggak, kita….” Sonia meliriknya menggoda.“Aku… aku pulang dulu,” ujar Chandra dengan panik.Dia tidak takut dengan Sonia yang serius,
Chandra berpikir sejenak dan berkata, “Iya, aku usahakan untuk mencari Ruby. Siapa tahu dari dia bisa ketemu ayah tirinya dan kerja sama dengannya.”“Secepatnya,” ujar Sandra. Kamar Dagang Timur Besar sudah prosesSekarang dia hanya berharap Chandra bisa bergerak cepat karena Kamar Dagang Timur Besar mulai menjadi satu kesatuan yang kuat. Jika telah bersatu, maka mereka akan semakin sulit dijatuhkan.“Aku masih ada urusan dan harus pamit dulu.”Sandra mengambil tas yang ada di atas meja. Dia datang ke sini karena Nova yang menghubunginya dan mengatakan bahwa Chandra sudah pulang. Sandra datang untuk memberi tahu perkembangan situasi pada Chandra.“Iya, kalau ada waktu akan traktir kamu makan.”Setelah kepergian perempuan itu, Nova bertanya, “Sudah bertemu dengan Sonia?”“Sudah, ngobrol sebentar,” jawab Chandra sambil mengangguk. Mengingat ucapan Sonia dan juga sikap perempuan itu membuat ekspresi Chandra menjadi kaku. Hal tersebut tidak luput dari pandangan Nova.“Kenapa? Ada yang ngga
“Seluruh manusia bumi di satu kota akan dibantai kalau sampai Chandra tidak berani datang.”“Kira-kira kota yang mana yang akan dibantai ya? Aku sih menyarankan untuk membantai Diwangsa. Karena ada banyak perempuan cantik di sana.”Para makhluk dari dunia lain terus berdiskusi ketika Anak Dewa masih berdiri tegap di atas puncak gunung. Angin sepoi-sepoi terus mengacak-acak rambutnya dan dia masih menunggu Chandra dengan tenang sambil membawa pedang di punggungnya. Dia sedang berpikir kalau kemungkinan Chandra takut padanya, sehingga tidak berani datang hari ini. Bahkan sekalipun Chandra tidak takut dan tetap datang hari ini untuk bertarung dengannya, dia pasti bisa membunuh Chandra dengan mudah selama dia bisa menghindari serangan fatal dari Chandra. Lagi pula, Chandra hanya memiliki satu jurus yang mematikan, yaitu Sangkar Kosmik. Di sisi lain, para prajurit bumi berkumpul di sebuah ruangan terbuka yang berada di kaki gunung. Salah satu di antaranya adalah Basita, manusia bumi terku
Tujuh hari berlalu dengan cepat. Berita tentang pertarungan Chandra dan Anak Dewa juga sudah tersebar luas. Keputusan Chandra sudah membuat para prajurit bumi naik pitam. Mereka semua terus menyalahkan sikap Chandra yang terlalu gegabah. Bagaimana mungkin dia bisa mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi semudah ini?Hari pertarungan Chandra dan Anak Dewa akhirnya tiba. Di puncak sebuah gunung yang berada di area Gunung Bushu. Gunung ini memiliki tinggi ribuan meter yang dikelilingi dengan pegunungan bergelombang di sekitarnya. Kurang lebih ada lebih dari 200.000 prajurit baik dari bumi maupun dunia lain yang berkumpul di gunung ini. Seorang laki-laki berusia dua puluhan tiba-tiba muncul di puncak gunung. Dia mengenakan jubah putih dengan ikat pinggang berwarna emas. Dia juga membawa pedang di punggungnya. Laki-laki itu adalah Anak Dewa. Para prajurit dari dunia lain langsung bersorak ketika melihat kemunculan Anak Dewa. “Anak Dewa! Anak Dewa!”“Anak Dewa pasti menang!”Sorakan
Keesokan harinya, Nova tiba-tiba membuka matanya dan cahaya putih tampak bersinar dari matanya yang gelap. Dia perlahan berdiri lalu meregangkan ototnya dan merasakan kekuatan yang sangat dahsyat dari dalam tubuhnya. Wajahnya seketika menunjukkan sedikit kegembiraan.“Nova, selamat,” ujar si penjaga sambil melangkah menghampiri Nova. “Akhirnya, energi iblis di tubuhmu berhasil dimurnikan setelah berusaha selama bertahun-tahun. Sekarang, tubuhmu sudah tidak lagi memiliki energi iblis dan hanya memiliki darah murni dari empat hewan keberuntungan. Nantinya, kamu bisa membangkitkan kekuatan sesungguhnya dari keempat hewan itu,” jelas si penjaga dengan raut wajah gembira. Sosok Akar Dewa Murni adalah sosok yang sangat menakutkan. Bahkan biasanya jarang sekali terjadi kelahiran sosok seperti ini dalam puluhan ribu tahun. Namun anehnya, beberapa Akar Dewa Murni justru bermunculan di zaman ini. Hal ini bagaikan sebuah pepatah, pahlawan akan hadir seiring berjalannya waktu. Nova mungkin adala
Chandra masuk ke dalam kota di bawah arahan Sasa. Kota ini benar-benar besar. Chandra belum bisa masuk ke dalam area kota karena kekuatannya masih belum cukup, sekalipun dia sudah menjadi pemilik dari istana Abadi. Chandra harus meningkatkan tingkat kekuatannya jika dirinya ingin menguasai Istana Abadi sepenuhnya. Salah satu area yang tidak dapat dimasuki Chandra saat ini adalah Ruang Waktu. Namun, dia bisa dengan mudah masuk ke dalam area-area tersebut karena dia datang bersama dengan Sasa yang memandunya. Di dalam kota, terdapat sebuah halaman yang berdiri sendiri. Halaman itu dikelilingi dengan tembok yang menjulang tinggi dan terukir beberapa tulisan kuno di atasnya dengan pancaran cahaya misterius. Chandra juga bisa melihat terdapat tulisan kuno yang berputar di langit yang berada di atas halaman luas itu. Sasa membawa Chandra ke area luar halaman lalu berkata sambil menunjuk ke arah halaman, “Ini adalah Ruang Waktu. Kamu masih belum bisa membuka ruangan itu dengan kekuatanmu s
Chandra menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak.”“Dasar bodoh! Perhatikan baik-baik! Aku akan melakukannya lebih lambat kali ini.”Sasa kembali menghunuskan pedangnya dan menyerang. Chandra bisa melihat gerakan Sasa dengan sedikit ebih jelas kali ini. Chandra melihat jurus pedangnya sendiri ketika Sasa mengangkat pedang. Jurus pedang yang bisa dilihatnya, yaitu Rahasia 13 Pedang dan Ilmu Pedang Dantra. Selain itu, dia juga melihat Jurus Pedang Pertama dengan samar. Bisa dibilang, Chandra bisa melihat semua teknik pedang yang dipelajarinya dalam gerakan pedang Sasa. Namun, pedang Sasa sudah kembali menyentuh dadanya sebelum dia sempat bereaksi. “Kamu sudah melihatnya dengan jelas, kan?” tanya Sasa lagi. Chandra mengangguk lalu berkata, “Aku bisa melihatnya sedikit lebih jelas. Aku bisa melihat bayangan teknik pedang yang familiar bagiku.”“Bagus.”Sasa mengangguk lalu kembali berkata, “Sekarang, perhatikanlah sekali lagi!”Kemudian Sasa kembali menghunus pedangnya dan kembali m
Sasa menatap Chandra sambil tersenyum lalu berkata, “Buah keberuntungan memang bagus, tapi kamu belum bisa menggunakannya sekarang. Selain itu, satu orang hanya boleh menggunakan satu buah. Lagi pula, kamu masih bisa menggunakan dua buah lainnya karena di rumah ini ada tiga buah keberuntungan. Jadi, bagaimana? Apa kamu mau aku ajari dengan syarat itu?”Chandra mengusap dagunya. Apa sebenarnya buah keberuntungan itu? Selain itu, Chandra merasa Sasa sedang berusaha mengelabuinya, tapi dia membutuhkan bantuan Sasa untuk mengajarinya beberapa jurus. Chandra menggertakkan giginya setelah berpikir sejenak lalu menyetujui syarat yang diajukan Sasa. “Oke, aku setuju.”“Hehe, bagus kalau begitu,” ujar Sasa sambil tertawa puas lalu menghilang dalam sekejap mata. Sepuluh detik kemudian, Sasa muncul sambil membawa buah berwarna putih yang sedikit lebih besar dari apel di tangannya. Cahaya yang misterius tampak mengalir di buah itu yang tampak sangat misterius. Sasa memegang buah itu dengan wajah
Chandra tidak bisa masuk kembali ke Pustaka Agung karena dia harus meningkatkan kultivasinya lagi jika ingin masuk ke sana. Jadi sekarang, dia hanya bisa mengandalkan roh penunggu untuk membantunya berlatih. Bagaimanapun juga, roh penunggu itu sudah menjadi pengikut Kaisar Ceptra sejak ribuan tahun lamanya, jadi dia pasti sudah menguasai jurus dan teknik bela diri yang luar biasa.“Syut!”Sebuah bayangan tiba-tiba muncul. Tubuh laki-laki itu perlahan berubah nyata sampai akhirnya menjadi sosok seorang manusia sesungguhnya. Laki-laki tua itu mengenakan jubah abu-abu dengan rambut putih dan berjanggut. Dia tersenyum ke arah Chandra lalu bertanya, “Tuanku, ada apa?”Ini adalah pertama kalinya Chandra melihat sosok asli si roh penunggu. Namun, semua itu tidaklah penting sekarang. Karena kedatangannya ke Istana Abadi adalah untuk mempelajari beberapa jurus baru. Walaupun Chandra sangat percaya diri dengan kemampuannya saat ini, alangkah baiknya jika dia mempelajari beberapa jurus dan tekni
Chandra menyetuji persyaratan yang diajukan Dusky. Kesalahannya akan diampuni kalau sampai dia berhasil menang. Namun, mereka akan membunuh seluruh manusia bumi kalau sampai dia kalah. Ini artinya, Chandra mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi. Namun, Chandra yakin dia tidak akan kalah. “Kamu yang menentukan kapan dan di mana pertarungan akan dilaksanakan,” ujar Chandra tenang. “Kalau begitu, pertarungan akan dilaksanakan seminggu dari sekarang di Gunung Bushu,” jawab Dusky.“Oke,” balas Chandra sambil mengangguk. Kemudian dia berbalik dan pergi di bawah tatapan orang-orang. Senyuman di wajah Dusky seketika membeku dan berubah muram setelah Chandra pergi. Dia berbalik dan memasuki istana penguasa kota bersama para prajurit kuat di belakangnya. Di dalam istana penguasa kota. Dusky duduk di kursi utama sambil menatap Anak Dewa yang berada di bawahnya lalu bertanya dengan tenang, “Anak Dewa, apa kamu yakin bisa membunuh Chandra?”Anak Dewa berkata dengan nada meremehkan, “Chandra
Chandra mengernyitkan keningnya. Laki-laki yang berada di depannya saat ini seharusnya adalah Dusky. Namun, Chandra tidak mengira kalau Dusky adalah laki-laki yang populer di kalangan perempuan. Chandra mengenal beberapa orang yang berjalan di belakang Dusky. Mereka adalah Anak Dewa, Jayhan, Candra dan Haraza. Selain itu, ada beberapa orang lagi yang Chandra tidak kenal.“Penguasa Kota.”Beberapa penjaga menyapa Dusky dengan hormat ketika dia berjalan keluar. Dusky berjalan ke arah Chandra dan berhenti beberapa meter di depannya. “Kamu Chandra, ya?” tanya Dusky sambil menatap Chandra dan tersenyum. “Benar,” jawab Chandra cepat. Kemudian Dusky berkata dengan lembut, “Kamu tahu kan kalau di kota ini dilarang untuk bertarung? Aku menetapkan peraturan ini untuk menciptakan perdamaian di kota ini. Tapi, kamu justru membunuh orang ketika kamu muncul di sini. Perilakumu itu tentu saja sudah melanggar peraturanku. Aku harus memberimu pelajaran agar tidak ada lagi yang berani melakukan hal