“Kenapa nggak tenang?Dengan tenang Sonia berkata, “Kamu kebingungan karena berada di situasi ini. Diwangsa nggak hanya ada kamu saja. Ada sekali banyak kelompok dan sekte lainnya. Baik Pak Dery atau pun Alden yang mau melakukan sesuatu, pasti ada yang menghentikannya. Kamu tenang saja. Meski terjadi sesuatu di Diwangsa, pasti ada yang mengendalikan situasi ini.”Ucapan Sonia membuat Chandra seperti tersadar.“Memang hanya kamu yang bisa menebaknya. Iya, apa yang perlu aku khawatirkan?”Sonia terkekeh. Dia mendekatkan dirinya dan bersandar di bahu Chandra. Perempuan itu menarik tangan Chandra dan meletakkannya di pinggang rampingnya sendiri.Chandra bergegas menarik tangannya dan berkata, “Ap-apa yang kamu lakukan?”“Kak, aku cantik, nggak?” tanya Sonia sambil bercanda.Chandra mengangguk dengan jujur dan berkata, “Iya, cantik seperti malaikat.”“Kalau nggak, kita….” Sonia meliriknya menggoda.“Aku… aku pulang dulu,” ujar Chandra dengan panik.Dia tidak takut dengan Sonia yang serius,
Chandra berpikir sejenak dan berkata, “Iya, aku usahakan untuk mencari Ruby. Siapa tahu dari dia bisa ketemu ayah tirinya dan kerja sama dengannya.”“Secepatnya,” ujar Sandra. Kamar Dagang Timur Besar sudah prosesSekarang dia hanya berharap Chandra bisa bergerak cepat karena Kamar Dagang Timur Besar mulai menjadi satu kesatuan yang kuat. Jika telah bersatu, maka mereka akan semakin sulit dijatuhkan.“Aku masih ada urusan dan harus pamit dulu.”Sandra mengambil tas yang ada di atas meja. Dia datang ke sini karena Nova yang menghubunginya dan mengatakan bahwa Chandra sudah pulang. Sandra datang untuk memberi tahu perkembangan situasi pada Chandra.“Iya, kalau ada waktu akan traktir kamu makan.”Setelah kepergian perempuan itu, Nova bertanya, “Sudah bertemu dengan Sonia?”“Sudah, ngobrol sebentar,” jawab Chandra sambil mengangguk. Mengingat ucapan Sonia dan juga sikap perempuan itu membuat ekspresi Chandra menjadi kaku. Hal tersebut tidak luput dari pandangan Nova.“Kenapa? Ada yang ngga
“Apakah aku perlu menemanimu pergi?” tanya Nova.Dia khawatir dengan Chandra. Meski kemampuan lelaki itu sudah Alam Kedelapan dan sangat kuat. Namun di Someria ada banyak sekali pesilat Alam Kedelapan. Ditambah dengan inti dalam Kura Sakti yang dicuri membuat kemampuan para pesilat tersebut semakin meningkat. Dia khawatir dengan Chandra yang akan terluka di Gurun Selatan.“Nggak perlu. Kamu tunggu di rumah dengan tenang saja. Aku janji apa pun yang terjadi, aku pasti akan tetap hidup dan nggak akan ceroboh.”Nova mengangguk dengan pelan. Meski dia tidak mengatakan apa pun, dalam hatinya sudah membuat keputusan. Begitu Chandra pergi, dia akan mengikutinya dalam diam.Dengan begitu dia bisa langsung bergerak di waktu yang tepat dan membantu Chandra melewati kesulitan. Dia mengangkat tangannya dan menahan bagian kepala belakang Chandra. Kemudian Nova sedikit menjinjit untuk mengecup lelaki itu.Chandra memeluk pinggang perempuan itu dan membalas kecupannya. Keduanya berciuman sambil berja
Chandra tiba di Kelompok Gunung Langit ketika pukul 11 malam. Hanya ada beberapa murid yang berjaga di luar dan yang lainnya sudah terlelap. Chandra dibawa ruang tamu Kelompok Gunung Langit.“Tuan Chandra, tunggu sebentar. Aku akan memberi tahu Ketua.”Chandra mengangguk dan duduk. Begitu dia duduk, ada seorang murid perempuan yang datang membawakan minuman dan meletakkannya di hadapan Chandra. Murid yang membawa Chandra masuk tadi pergi untuk menghubungi Maniso. Sekitar sepuluh menit kemudian terdengar suara,“Hahaha, Chandra.”Setelah itu seorang lelaki paruh baya berpakaian putih berjalan ke arahnya. Orang itu adalah Maniso, ketua dari Kelompok Gunung Langit.“Maniso,” sapa Chandra sambil berdiri.“Duduklah.”Maniso ikut duduk. Dia menatap Chandra dan bertanya, “Chandra, kamu datang malam-malam, sudah pasti bukan hal yang sederhana. Ada sesuatu yang terjadi?”“Iya,” jawab Chandra dengan raut serius. Setelah itu dia lanjut berkata, “Beberapa waktu ini terjadi banyak hal. Aku datang m
Maniso mengangguk dan berkata, “Kalau senior leluhur kami nggak salah mengenali. Maka Ketua Langit Mistika adalah kakekmu, Robi. Hanya kakekmu yang ada kemampuan seperti itu. Dia yang bisa mengalahkan leluhur kami.”Chandra tenggelam dalam pikirannya. Dia merasa tidak mungkin karena Chandra sudah pernah berinteraksi dengan Ketua Langit Mistika sebanyak beberapa kali. Meski dia mengenakan topeng, tubuhnya ada aroma parfum dan tangannya sangat lembut.Walaupun dia sengaja membuat suaranya terdengar berat dan serak, Chandra bisa menebak bahwa dia adalah seorang perempuan.“Tidak mungkin.”Dengan bingung Chandra berkata, “Waktu di Gunung Olympus, Ketua Langit Mistika dan kakekku muncul secara bersamaan. Waktu dia baru pergi, kakekku langsung muncul. Nggak mungkin kakekku ada kemampuan membelah diri, ‘kan?”Maniso menggelengkan kepala dan berkata, “Aku nggak tahu. Aku hanya tahu kalau kemampuannya sangat kuat. Hanya satu serangan saja, dia langsung mengalahkanku. Kemampuannya mencapai tingk
Dalam sebuah perpustakaan di Kelompok Gunung Langit, tampak Maggie yang tidak bisa tertidur. Entah kenapa akhir-akhir ini dia sering merasa tidak tenang. Dia berbaring di kasur tanpa bisa terlelap. Oleh karena itu, dia memutuskan bangun dan datang ke perpustakaan untuk membaca buku.Setelah membaca sejenak, dia menyadari tidak ada satu pun yang berhasil dia tangkap.Langkah kaki dari luar membuat Maggie mendongakkan kepalanya. Perempuan itu meletakkan bukunya dan berdiri sambil menyapa dengan hormat, “Papa.”Maniso berdeham dan mengangguk. Lelaki itu duduk di sampingnya sambil melirik buku yang ada di atas meja.“Masih lihat buku ini?”“Iya.” Maggie mengambil buku yang ada di atas meja.Buku itu sangat tebal dengan lembaran yang sudah menguning. Di bagian atas sampul terdapat tulisan kuno. Bunga ini ditulis oleh pendiri Kelompok Gunung Langit. Di dalamnya terdapat berbagai hal yang terjadi dalam dunia seni bela diri kuno selama ribuan tahun.Terdapat juga setiap pesilat yang dilahirkan
“Aku mengerti.”Maggie mengangguk dan bangkit berdiri sembari berkata, “Aku ke kamar dan siap-siap dulu. Setelah itu ikut Chandra ke Gurun Selatan.”“Baguslah kalau kamu mengerti,” kata Maniso tanpa banyak menjelaskan lagi. Dia mengambil buku yang ada di meja kemudian berbalik keluar dari perpustakaan.Chandra menunggu sekitar 20 menit. Setelah itu tampak Maniso yang keluar bersama dengan seorang perempuan. Gadis itu sangat muda dengan usia sekitar awal 20 tahun. Meski cuaca di tempat ini sangat rendah, gadis itu hanya mengenakan sebuah terusan putih yang cukup tipis. Rambut panjang hitamnya tampak berkibar.Maggie berjalan di belakang Maniso dan berdiri di hadapan Chandra. Dia menunduk dan menyapa Chandra. Melihat itu Maniso hanya tertawa dan berkata, “Maaf sudah menunggu lama.”“Nggak masalah,” jawab Chandra sambil terkekeh.Maniso menatap putrinya dan berpesan, “Maggie, kamu ikut dengan Chandra ke Gurun Selatan. Tujuannya adalah melihat musuhnya dan menganalisis kemampuannya serta a
Pesawat pribadi Chandra terus menunggu tanpa pergi dari sana. Setelah meninggalkan Kelompok Gunung Langit, Chandra menuju ke Gurun Selatan.Maggie hanya duduk dengan tenang di dalam pesawat. Di tangannya memegang sebuah buku kuno yang sangat tebal sambil membaca dengan fokus. Jarak antara dia dengan Chandra tidak sampai satu meter.Melihat Maggie yang diam dan tenang, dia mulai tertarik dengan pemilik julukan Ensiklopedia Seni Bela Diri Kuno. Dia pernah bertemu dengan Maggie beberapa kali, tetapi tidak pernah berbincang dengannya.“Lagi baca apa?” tanya Chandra.Mendengar itu, Maggie meletakkan buku di tangannya dan tersenyum pada Chandra. Senyumannya sangat menawan karena terdapat lesung pipi yang membuat hati semua orang luluh.“Ini buku yang dibuat oleh Kelompok Gunung Langit.”Dia mulai menjelaskan, “Semenjak kelompokku dibentuk, semua kejadiannya dicatat dalam buku ini. setiap pesilat yang lahir dan muncul pasti akan dituliskan juga. Termasuk kemampuan dan juga ilmu yang miliki.”
Klan Guno adalah sebuah klan yang sangat besar, sekalipun bangunan yang mereka bangun tampak cukup aneh. Chandra dan Tosan mendapatkan sebuah bangunan beserta halaman sendiri untuk mereka tinggali sementara waktu. Di saat yang bersamaan, Verda pergi memberikan laporan kepada tetuanya. Terdapat banyak gunung di belakang desa yang terdapat banyak bangunan di puncaknya. Orang-orang yang tinggal di atas gunung adalah orang-orang penting dan berkuasa di Klan Guno. Saat ini, ayah Verda sedang mengasingkan diri, jadi semua urusan Klan Guno diurus oleh Tetua Trada. Verda memanjat gunung di mana Trada tinggal. Di puncak gunung, seorang laki-laki tua berusia 70 tahunan sedang duduk di atas tanah sambil bermain dengan serangga di sekitarnya. “Tetua,” sapa Verda.“Ya, Verda,” balas orang tua itu.Dia menatap Verda yang berjalan menghampirinya lalu mengambil jangkrik dari atas tanah dan bertanya, “Ada apa?”Verda berkata tanpa daya setelah melihat penampilan Trada yang berantakan, “Bukan masalah
Suara Verda kembali bergema. Yosan baru sadar. Dia melihat ke arah Verda dengan ekspesi malu di wajahnya. “Sebenarnya, kali ini aku datang ke Klan Guno untuk minta setetes Darah Guno.”“Darah Guno?”Verda langsung berdiri. Dia menatap Yosan dengan ekspresi heran di wajahnya dan berkata, “Tetua mungkin nggak tahu. Darah Guno diciptakan oleh leluhur kami dengan menggunakan kultivasi seumur hidupnya sebelum dia meninggal. Itu hanya berguna bagi kami para Klan Guno. Bukan orang Klan Guno, maka kamu nggak bisa pakai Darah Guno. Selain itu, kekuatan Darah Guno sangat dahsyat. Jika dipakai orang yang bukan dari Klan Guno, tubuhnya akan meledak dan dia akan mati seketika.”“Nggak separah itu kali,” celetuk Chandra.Verda melirik Chandra sekilas. Yosan langsung berkata, “Muridku terlalu banyak bicara. Jangan hiraukan dia.”Verda mengibaskan tangannya. Dia terlalu malas untuk mempermasalahkan hal seperti ini dengan Chandra. Namun, dia tidak pernah bertemu dengan Chandra sebelumnya. Oleh karena
Chandra semakin bingung ketika mendengar percakapan Yosan dan perempuan bernama Verda itu. Dia melihat ke arah Verda yang berdiri di depan beberapa pengawal Klan Guno dan berpikir dalam hati, “Jangan-jangan, dia juga murid Sekte Dayan?”“Silakan, Tetua.”Verda memberi isyarat mempersilakan dan mengundang Yosan untuk masuk. Yosan menganggukkan kepala, lalu melihat ke arah Chandra dan berkata, “Ayo, kita masuk dulu.”Verda membawa Yosan dan Chandra masuk ke daerah Klan Guno. Di depan mereka terbentang barisan pegunungan. Namun, begitu mereka melangkah ke depan, pemandangan seketika berubah. Mereka masuk ke sebuah tempat dengan pegunungan indah dan danau yang jernih seperti dunia khayalan dengan energi spiritual yang melimpah.Daerah terluar ada beberapa lahan spiritual. Ada banyak orang yang menanam di ladang. Di depan ada beberapa bangunan. Bangunan-bangunan itu tidak mewah, malah tampak sederhana. Chandra merasa dirinya seperti datang ke desa kecil di pegunungan.Dalam perjalanan, Chan
Yosan dan Chandra melakukan perjalanan selama beberapa hari. Seminggu kemudian, Yosan dan Chandra tiba di hutan yang luas.“Guru, Klan Guno ada di hutan ini?” tanya Chandra yang tampak bingung, seperti meragukan.Yosan mengangguk pelan. “Pegunungan ini namanya Gunung Sanguna. Markas besar Klan Guno berada di sini. Klan Guno selalu merendah. Orang-orang Klan Guno jarang ke dunia luar.”Yosan menunjuk ke arah pegunungan di depan dan berkata, “Gunung Sanguna dilindungi oleh formasi yang sangat kuat. Prajurit kuat mana pun yang masuk tanpa izin dari Klan Guno akan mati dengan mengenaskan dalam formasi itu.”Chandra mengangguk pelan. Yosan sudah berjalan lebih dulu. Chandra pun segera mengikuti di belakang. Sesaat kemudian, mereka tiba di sebuah tempat terbuka. Di tempat itu terdapat tiga tugu batu yang tingginya lebih dari 30 meter. Diatas tugu batu terukir beberapa patah kata dengan huruf yang besar.Gunung Sanguna merupakan kawasan terlarang. Orang luar tidak boleh masuk atau kalian akan
Chandra pergi bertarung dengan Harimau Langit lagi. Bertarung dalam artian Chandra hanya menerima pukulan secara pasif. Karena tingkat kekuatannya sangat lemah. Chandra sama sekali tidak mampu melukai Harimau Langit yang super besar itu.Lebih dari satu jam kemudian, Chandra terluka lagi. Dia mencoba menyerap kekuatan Pil Enam Yang lagi. Setelah menyerap kekuatan itu, luka-luka di tubuhnya pun sembuh.Yosan hanya memperhatikannya dengan tenang di samping. Sungguh menakjubkan. Chandra terluka sangat parah. Biasanya, butuh waktu lama untuk pulih dari luka separah itu. Namun, Chandra bisa menyembuhkan luka-lukanya sembari menyerap kekuatan Pil Enam Yang.Tubuh Chandra benar-benar ajaib. Bahkan Yosan yang merupakan tetua Sekte Dayan pun merasa takjub. Selanjutnya, Chandra terus bertarung dengan Harimau Langit di hutan Primordial. Dia memanfaatkan kekuatan Harimau Langit untuk memukul tubuhnya sendiri dan merangsang kekuatan Pil Enam Yang di dalam tubuhnya. Kekuatan fisik Chandra pun terus
Setelah mendengar pertanyaan Yosan, Chandra tertegun sejenak. Belum sempat dia menjawab, Yosan mengajukan pertanyaan lagi.“Selain itu, sebenarnya kamu ini siapa? Kamu berasal dari keluarga mana? Setahu aku, nggak ada keluarga Atmaja di Primordial.”Yosan mengajukan beberapa pertanyaan sekaligus. Chandra juga berpikir keras. Dia bukan orang dari Primordial, tapi dari Bumi. Saat ini, dia ragu-ragu untuk menjawab. Dia tidak tahu apakah dia harus mengungkapkan identitasnya. Chandra khawatir, karena orang-orang di 3000 dunia tersegel sangat memusuhi manusia di Bumi. Chandra khawatir kalau dia mengungkapkan identitasnya, sikap Yosan terhadapnya akan berubah.“Kenapa? Ada yang nggak bisa kamu ceritakan padaku?” tanya Yosan. “Kalau nggak nyaman untuk diceritakan, aku nggak akan paksa kamu.”Chandra berpikir sejenak. Menurutnya, Yosan adalah orang yang baik. Dia juga merasa kalau dia tidak seharusnya menyembunyikan identitasnya dari Yosan. Jika sikap Yosan terhadapnya berubah setelah dia mengu
“Chandra, ini Harimau Langit, penguasa hutan ini. Kekuatannya setara dengan prajurit tingkat kelima Alam Kesucian. Sangat bagus kalau kamu pakai dia untuk latih tubuhmu.”Suara Yosan bergema dari kejauhan. Chandra tampak tak berdaya. Tingkat kelima Alam Kesucian memang tidak termasuk kuat. Jika dia menggunakan Jurus Langkah Melawan Langit, Chandra bisa membunuh Harimau Langit itu dalam hitungan menit.Akan tetapi, Harimau Langit itu terlalu besar. Chandra tampak terlalu kecil ketika berdiri di depan monster itu. Sebelum Chandra sadar, Harimau Langit sudah melancarkan serangan. Harimau Langit membuka mulutnya dan menyemburkan sinar energi hitam.Chandra sedang berpikir bagaimana caranya menghindar. Namun jika dia menghindar, efek latihan tubuhnya akan hilang. Jadi dia tidak menghindar, melainkan memilih menghadapi Harimau Langit secara langsung.Cahaya hitam menyerang ke arah Chandra dan menghantam dadanya, hingga membuat dada Chandra menjadi cekung ke dalam. Chandra sengaja mengendali
Yosan juga terkejut dengan tekad Chandra. Kekuatan Pil Enam Yang terus disempurnakan, kekuatan fisik Chandra juga terus tumbuh menjadi lebih kuat.Satu malam berlalu dengan cepat. Keesokan harinya, rasa sakit di tubuh Chandra jauh berkurang. Dia pun berhenti berlatih. Yosan yang berada di sampingnya bertanya, “Bagaimana?”“Setelah berlatih semalaman, aku merasa kekuatan fisikku jadi jauh lebih kuat, tapi aku baru menyempurnakan kurang dari satu persen kekuatan Pil Enam Yang. Masih ada kekuatan yang sangat kuat di tubuhku yang nggak bisa aku serap,” jawab Yosan.“Seperti itulah Pil Enam Yang. Kalau kamu ingin serap kekuatan ini, kamu butuh bantuan dari luar,” ujar Yosan.“Iya,” kata Chandra sambil menganggukkan kepala.Chandra tahu apa maksud bantuan dari luar yang Yosan katakan. Chandra harus menerima pukulan.“Sini, aku bantu kamu,” kata Yosan sambil tersenyum.Sebelum Chandra sadar, Yosan tiba-tiba menyerangnya. Saat Yosan mengangkat tangannya, energi sejati yang sangat kuat keluar d
Yosan menyetujui semua persyaratan yang diajukan keluarga Lowen agar Chandra bisa meraih hasil baik dalam kompetisi besar sekaligus membuat para tetua dan ketua sekte terkesan. Duno membawa Yosan pergi keluar ruangan bersama, sedangkan Chandra tetap menunggu di dalam kamar. Kurang lebih satu jam kemudian, Yosan akhirnya kembali dengan raut wajah yang tidak terlihat terlalu baik. “Master,” sapa Chandra penuh hormat. “Chandra, aku sudah mengorbankan banyak hal untukmu. Aku mengorbankan berbagai hal yang kukumpulkan selama bertahun-tahun. Aku akan sangat menyesal telah menjadi gurumu kalau sampai kamu tidak berhasil meraih hasil yang baik dalam kompetisi besar nanti,” ujar Yosan pasrah. Raut wajah Chandra seketika tampak malu. Bagaimanapun juga, dia tidak yakin bisa mendapatkan hasil baik dalam kompetisi besar nanti. “Ayo, kita tetap harus pergi ke Klan Guno malam ini juga. Kamu bisa minum Pil Enam Yang di perjalanan nanti,” ujar Yosan yang memilih untuk tidak tinggal terlalu lama di