Sreekk, sreekk, sreekk,
Mata Viana membelalak ketika mendengar suara langkah kaki seseorang. Dia segera terjaga dari tidurnya, lalu mengucek kedua mata yang masih terasa berat. Diliriknya jam weker yang berada di atas meja kamarnya.
Viana semakin terbeliak saat melihat angka di jam tersebut.
"Hah, jam duabelas malam? Lalu siapa yang tengah malam begini sedang berjalan di luar sana?" gumam Viana dengan herannya.
"Ah, mungkin itu cuma suara kucing yang lagi jalan-jalan diluar," pikirnya.
Kemudian gadis itu bergegas membaringkan tubuhnya kembali di ranjang empuknya.
Sreekk, sreekk, sreekk,
Namun, lagi-lagi suara langkah itu mengganggu pendengarannya. Dia memutuskan untuk menutupi telinganya dengan bantal, supaya bisa melanjutkan mimpi indahnya yang sempat terganggu.
Bukannya menghilang, tapi suara langkah kaki itu malah semakin menjadi dan terdengar semakin mendekat.
Viana pun menjadi kehilangan kesabaran. Dia yang pemberani itu akhirnya beranjak dari tempat tidurnya, dan memutuskan untuk mencari tahu suara langkah siapa yang sudah mengganggu tidurnya malam ini.
Disaat seperti ini, pasti seluruh anggota keluarganya sudah terlelap dan terbuai ke alam mimpi. Namun, Viana justru tak bisa melanjutkan buaian mimpinya karena suara itu telah mengganggunya.
Dia bergegas membuka pintu kamar dan segera berjalan keluar. Viana merasa yakin jika suara langkah kaki yang didengarnya tadi, pastilah berasal dari depan rumah.
Viana pun membuka pintu depan rumahnya itu, dengan harapan bahwa memang ada seseorang yang sedang berada disana.
Namun, saat Viana membuka pintu tersebut, dia tidak menjumpai seorang pun di depan rumahnya.
Sunyi, senyap, dan begitu lengang.
Ya, begitulah suasana yang dirasakan oleh Viana ketika berada diluar rumah pada saat tengah malam seperti ini.
Tidak ada tanda-tanda keberadaan seorang pun disini, selain Viana seorang diri.
Lalu, suara langkah siapakah yang didengarnya tadi?
Yang jelas, itu pastilah bukan salah satu dari anggota keluarganya. Lalu siapa?
Padahal Viana merasa yakin bahwa dia memang mendengar suara langkah itu.
"Aneh, suara langkah kaki siapa yang tadi kudengar? Tak ada seorang pun disini," ujarnya seorang diri.
Dengan penuh keberanian, Viana lantas menelusuri ke sekeliling rumahnya untuk terus mencari asal dari suara langkah kaki tersebut. Namun, tetap saja hasilnya nihil. Viana tak menemukan seseorang sama sekali.
Karena penelusurannya tak membuahkan hasil, akhirnya Viana memutuskan untuk kembali dan masuk ke dalam rumah.
Sejurus kemudian, langkahnya terhenti dan pandangannya tertuju ke sebuah proyek pembangunan jembatan yang berada tak jauh dari rumahnya.
Viana terperanjat saat melihat seorang anak kecil yang sedang berlari di sekitar proyek pembangunan itu.
"Dik, kamu ngapain disitu malem-malem?" teriak Viana kepada anak kecil tersebut.
Namun, bukannya menjawab pertanyaan Viana, anak kecil itu justru menatap sendu kepadanya.
Tentu saja Viana merasa iba dengan anak kecil tersebut.
'Mungkinkah dia kehilangan orang tuanya, sampai dia tersesat disini?' batin Viana.
"Dik, kemana orangtua kamu?" tanya Viana lagi.
Tanpa menjawab pertanyaan Viana, anak itu lantas berlari dan menghilang di sekitar sungai.
"Dik, kamu mau kemana?" teriak Viana sambil berusaha mengejar anak kecil tersebut.
Sesampainya di proyek jembatan tersebut, Viana segera melongok untuk mencari keberadaan anak itu.
Namun, Viana tak menjumpai seorang pun disana, kecuali kegelapan malan dan suasana sungai yang begitu mencekam. Tak ada tanda-tanda keberadaan si bocah kecil itu.
Sejurus kemudian, Viana tampak menyadari sesuatu. Dia pun segera berjalan mundur dan menjauhi proyek pembangunan jembatan tersebut.
"Astaghfirullahaladzim,"
"Astaghfirullahaladzim,"
Viana mengucap istighfar berulang kali. Dia baru menyadari bahwa anak kecil itu sebenarnya memang tidak pernah ada. Itu pasti hanyalah makhluk yang berniat untuk menguji keimanannya.
Ya, Viana memang mempunyai keistimewaan supranatural sedari kecil dulu. Dia adalah seorang indigo, yang seringkali dijumpai oleh makhluk-makhluk aneh dan menyeramkan di hadapannya.
Kemudian ingatan Viana pun melayang ke masa kecilnya dulu.
Awalnya, Viana kecil juga merasa begitu ketakutan dengan apa yang dilihatnya. Dulu, dia bahkan sempat masuk ke rumah sakit karena rasa takutnya yang terlalu besar. Badannya panas secara mendadak, dan dia selalu mengerang kesakitan. Pandangan matanya terlihat kosong, bahkan dia seringkali menangis tanpa sebab saat tengah malam.
Mula-mula keluarganya mengira, bahwa mungkin Viana mengalami suatu penyakit dalam yang mengakibatkan dirinya merasa begitu kesakitan. Akhirnya keluarganya pun bergegas membawa Viana ke rumah sakit.
Namun, sesampainya di rumah sakit, dokter tidak menemukan tanda-tanda adanya penyakit dalam tubuh Viana. Bahkan dokter menyatakan bahwa Viana sehat wal afiat. Tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan kondisinya, begitu kata dokter waktu itu. Dokter itu justru menyarankan untuk mengajak Viana pulang supaya dia bisa beristirahat dengan tenang di rumah. Mungkin Viana merasa sangat kelelahan karena terlalu aktif di usianya saat itu.
Pada waktu itu, usia Viana baru menginjak tiga tahun, dan sedang aktif-aktifnya dalam bermain serta bereksplorasi. Dia anak yang sangat lincah dan cerdas, tapi itu tak berlangsung lama.
Semakin lama, keanehan semakin terlihat pada dirinya. Viana mulai sering menangis tanpa alasan yang jelas, dan sering berteriak-teriak ketakutan. Setelah itu, dia akan menangis sekencang-kencangnya sehingga menggemparkan seluruh anggota keluarga.
Tentu saja keluarganya merasa sangat panik, karena tak biasanya Viana menangis seperti itu.
Setelah berunding dengan para tetua desa dan juga para kerabat, akhirnya keluarga Viana memutuskan untuk membawanya kepada salah seorang kyai di desa tersebut.
Ya, tempat tinggal Viana memang merupakan sebuah pedesaan kecil dengan suasana cukup asri.
Akhirnya keluarga Viana pun bergegas membawanya ke rumah kyai yang ada di desa itu.
Hari sudah menjelang malam saat Viana dan keluarganya berjalan menuju ke rumah pak kyai. Viana yang masih menangis sesenggukkan itu, terus menyembunyikan wajahnya di dalam gendongan ibunya.
Sepanjang perjalanan, banyak sekali hal-hal ganjil yang mereka temui. Mulai dari terdengarnya suara tawa nyaring seorang wanita, sosok putih yang berkelebat, hingga sesosok makhluk hitam besar dengan mata merah yang mengerikan.
Sosok-sosok itu terus mengganggu Viana dan keluarganya, seolah-olah tak memperbolehkan mereka menuju ke rumah kyai tersebut.
Namun, untunglah karena ayahnya Viana adalah seorang yang pemberani. Dia tak merasa gentar sedikit pun dengan gangguan dari makhluk-makhluk astral tersebut. Ibunya Viana yang sudah merasa gemetar, segera menangis karena sangat ketakutan. Namun, ayahnya Viana mengatakan kepadanya bahwa itu hanyalah godaan yang akan meruntuhkan keimanan mereka.
Akhirnya ayahnya Viana mengajak istrinya untuk membaca ayat kursi dan ayat-ayat suci lainnya untuk menghilangkan rasa takut. Dengan gemetar, ibunya Viana menuruti perkataan suaminya dan mulai membaca ayat-ayat suci.
Mereka pun terus membacakan ayat-ayat suci Al-qur'an sehingga makhluk menyeramkan tersebut merasa kepanasan dan menghilang dari hadapan mereka.
"Alhamdulilah,"
"Alhmdulillah,"
Ayah dan ibunya Viana mengucap syukur karena sudah terlepas dari godaan makhluk menyeramkan tadi.
Mereka bertiga lantas meneruskan perjalanan menuju ke rumah pak kyai. Setelah berjalan selama beberapa saat, akhirnya tibalah mereka di tempat tujuan.
Ayahnya Viana segera mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
"Assalamualaikum," ucap ayahnya Viana.
"Assalamualaikum," ibunya Viana turut mengucap salam.
"Waalaikumsalam,"
Terdengar jawaban dari dalam rumah, dan ....
Krekkk,
Pintu pun terbuka.
Tampaklah pak kyai dan istrinya yang sedang berada di balik pintu.
"Eh, ada Pak Hasan dan Bu Halimah, sama adik kecil juga. Mari silahkan masuk, Pak, Bu," kata pak kyai sambil mempersilahkan mereka untuk masuk.
"Baiklah, Pak. Terima kasih," jawab ayah dan ibunya Viana bersamaan.
Mereka pun segera masuk ke rumah pak kyai. Begitu mereka menapakkan kaki di dalam rumah itu, terasa ada sebuah aura ketenangan yang luar biasa. Entah mengapa rasanya begitu damai dan tenang.
"Silahkan duduk Pak, Bu," ujar istri pak kyai dengan ramah.
"Baiklah, Bu,"
Ayah dan ibunya Viana pun segera duduk di sofa empuk. Sementara itu, terlihat Viana yang sudah tidur nyenyak dalam gendongan ibunya.
Istri pak kyai bergegas menuju dapur, sementara pak kyai berbincang-bincang dengan ayahnya Viana.
"Mohon maaf Pak Hasan, apakah ada sesuatu yang bisa saya bantu?" tanya pak kyai dengan santun.
"Hemm, iya Pak. Kedatangan kami kemari karena ingin meminta bantuan dari Pak Kyai," jawab ayahnya Viana.
"Baiklah, Pak. Saya akan berusaha untuk membantu semampu saya, tapi selanjutnya kita serahkan semuanya kepada Allah. Kalau boleh saya tahu, ada masalah apa ya Pak?" tanya pak kyai lagi.
Ayahnya Viana menghela napas dan memulai untuk menceritakan semuanya. Dia berniat untuk menceritakan semua tentang masa lalunya dan juga kejadian yang menimpa Viana.
Sebenarnya apa masa lalu Pak Hasan? Apakah masa lalunya itu ada hubungannya dengan apa yang dialami Viana saat ini?
"Jadi begini kejadiannya, Pak ...."
"Sebenarnya saya mulai memikirkan semua ini tatkala putri saya, Viana mengalami kejadian-kejadian aneh Pak kyai. Putri saya sering menangis tanpa sebab saat tengah malam, bahkan putri saya terlihat begitu kesakitan selama beberapa kali. Kami sekeluarga pernah membawanya ke rumah sakit, tapi menurut dokter kondisi kesehatannya baik-baik saja. Akhirnya tetua desa menyarankan kami untuk membawa putri kami kemari, Pak. Saya merasa bahwa ada sesuatu yang janggal dengan keadaan putri saya ini," Pak Hasan berkata sambil membelai rambut Viana dengan lembut."Hmm, silahkan Bapak lanjutkan ceritanya," ujar pak kyai."Huft, sebenarnya saya merasa bahwa kejadian ini ada hubungannya dengan masa lalu saya beberapa tahun silam, Pak," Pak Hasan menghela napas."Maksud Bapak?" tanya pak kyai keheranan."Begini Pak. Beberapa tahun setelah menikah, saya dan istri saya tak kunjung dikarunai seorang anak. Berbagai upaya sudah kami lakukan agar bisa segera mendapat keturunan,
Untuk sementara, Viana dan kedua orang tuanya bisa hidup dengan tenang dan bernapas lega. Namun, semuanya berubah setelah Viana berusia dua belas tahun.Banyak sekali kejadian-kejadian aneh yang menimpa keluarga mereka. Mereka seringkali dihantui dengan suara-suara aneh dan penampakan yang mengerikan.Pada usia tersebut, Viana sudah paham dan mengerti dengan apa yang diajarkan oleh kedua orang tuanya. Pak Hasan dan Bu Halimah selalu mengajarkan kepadanya agar senantiasa taat beribadah dan mendekatkan diri kepada sang pencipta. Mereka berusaha menuntun Viana menuju ke jalan yang benar, dengan harapan agar putrinya itu bisa menjadi seorang gadis yang sholehah.Hingga pada suatu malam yang sunyi, terdengar seseorang mengetuk pintu rumah mereka. Pak Hasan dan Bu Halimah yang sedang berada di ruang depan pun saling berpandangan karena merasa keheranan. Tidak biasanya ada seseorang yang bertamu ke rumah mereka saat malam hari begini. Apalagi rumah mereka berada di ped
Viana dan Pak Kyai akhirnya tiba di rumah dengan selamat. Istri Pak Kyai datang dan menyambut kedatangan mereka dengan penuh suka cita. Kebahagiaan terpancar di wajahnya yang masih terlihat segar itu."Viana, ini istri Bapak. Namanya Ibu Azizah. Mulai sekarang kamu bisa memanggilnya Umi, dan panggil saya Abi. Kamu mengerti kan?" tanya Pak Kyai sambil tersenyum."Mengerti Pak Kyai," jawab Viana sambil mengangguk."Loh, kok Pak Kyai? Panggil saja Abi, Nak. Anggap kami seperti orang tua kamu sendiri ya," tutur Pak Kyai dengan lembut."Eh, iya. A, Abi," Viana berkata dengan gagap.Dia merasa sungkan untuk memanggil kedua orang berwibawa itu dengan sebutan orang tua. Bocah sederhana sepertinya tidak pantas untuk menjadi anak dari seorang pemuka agama yang sangat terpandang di kampungnya.Ibu Azizah datang dan merangkul Viana dengan lemah lembut."Ayo masuk, Sayang. Mulai saat ini, kamu akan tinggal disini. Ini adalah rumah kamu," Wanita be
Viana dan Pak Kyai akhirnya tiba di rumah dengan selamat. Istri Pak Kyai datang dan menyambut kedatangan mereka dengan penuh suka cita. Kebahagiaan terpancar di wajahnya yang masih terlihat segar itu."Viana, ini istri Bapak. Namanya Ibu Azizah. Mulai sekarang kamu bisa memanggilnya Umi, dan panggil saya Abi. Kamu mengerti kan?" tanya Pak Kyai sambil tersenyum."Mengerti Pak Kyai," jawab Viana sambil mengangguk."Loh, kok Pak Kyai? Panggil saja Abi, Nak. Anggap kami seperti orang tua kamu sendiri ya," tutur Pak Kyai dengan lembut."Eh, iya. A, Abi," Viana berkata dengan gagap.Dia merasa sungkan untuk memanggil kedua orang berwibawa itu dengan sebutan orang tua. Bocah sederhana sepertinya tidak pantas untuk menjadi anak dari seorang pemuka agama yang sangat terpandang di kampungnya.Ibu Azizah datang dan merangkul Viana dengan lemah lembut."Ayo masuk, Sayang. Mulai saat ini, kamu akan tinggal disini. Ini adalah rumah kamu," Wanita be
Untuk sementara, Viana dan kedua orang tuanya bisa hidup dengan tenang dan bernapas lega. Namun, semuanya berubah setelah Viana berusia dua belas tahun.Banyak sekali kejadian-kejadian aneh yang menimpa keluarga mereka. Mereka seringkali dihantui dengan suara-suara aneh dan penampakan yang mengerikan.Pada usia tersebut, Viana sudah paham dan mengerti dengan apa yang diajarkan oleh kedua orang tuanya. Pak Hasan dan Bu Halimah selalu mengajarkan kepadanya agar senantiasa taat beribadah dan mendekatkan diri kepada sang pencipta. Mereka berusaha menuntun Viana menuju ke jalan yang benar, dengan harapan agar putrinya itu bisa menjadi seorang gadis yang sholehah.Hingga pada suatu malam yang sunyi, terdengar seseorang mengetuk pintu rumah mereka. Pak Hasan dan Bu Halimah yang sedang berada di ruang depan pun saling berpandangan karena merasa keheranan. Tidak biasanya ada seseorang yang bertamu ke rumah mereka saat malam hari begini. Apalagi rumah mereka berada di ped
"Sebenarnya saya mulai memikirkan semua ini tatkala putri saya, Viana mengalami kejadian-kejadian aneh Pak kyai. Putri saya sering menangis tanpa sebab saat tengah malam, bahkan putri saya terlihat begitu kesakitan selama beberapa kali. Kami sekeluarga pernah membawanya ke rumah sakit, tapi menurut dokter kondisi kesehatannya baik-baik saja. Akhirnya tetua desa menyarankan kami untuk membawa putri kami kemari, Pak. Saya merasa bahwa ada sesuatu yang janggal dengan keadaan putri saya ini," Pak Hasan berkata sambil membelai rambut Viana dengan lembut."Hmm, silahkan Bapak lanjutkan ceritanya," ujar pak kyai."Huft, sebenarnya saya merasa bahwa kejadian ini ada hubungannya dengan masa lalu saya beberapa tahun silam, Pak," Pak Hasan menghela napas."Maksud Bapak?" tanya pak kyai keheranan."Begini Pak. Beberapa tahun setelah menikah, saya dan istri saya tak kunjung dikarunai seorang anak. Berbagai upaya sudah kami lakukan agar bisa segera mendapat keturunan,
Sreekk, sreekk, sreekk,Mata Viana membelalak ketika mendengar suara langkah kaki seseorang. Dia segera terjaga dari tidurnya, lalu mengucek kedua mata yang masih terasa berat. Diliriknya jam weker yang berada di atas meja kamarnya.Viana semakin terbeliak saat melihat angka di jam tersebut."Hah, jam duabelas malam? Lalu siapa yang tengah malam begini sedang berjalan di luar sana?" gumam Viana dengan herannya."Ah, mungkin itu cuma suara kucing yang lagi jalan-jalan diluar," pikirnya.Kemudian gadis itu bergegas membaringkan tubuhnya kembali di ranjang empuknya.Sreekk, sreekk, sreekk,Namun, lagi-lagi suara langkah itu mengganggu pendengarannya. Dia memutuskan untuk menutupi telinganya dengan bantal, supaya bisa melanjutkan mimpi indahnya yang sempat terganggu.Bukannya menghilang, tapi suara langkah kaki itu malah semakin menjadi dan terdengar semakin mendekat.Viana pun menjadi kehilangan kesabaran. Dia yang pemberan