Viana dan Pak Kyai akhirnya tiba di rumah dengan selamat. Istri Pak Kyai datang dan menyambut kedatangan mereka dengan penuh suka cita. Kebahagiaan terpancar di wajahnya yang masih terlihat segar itu.
"Viana, ini istri Bapak. Namanya Ibu Azizah. Mulai sekarang kamu bisa memanggilnya Umi, dan panggil saya Abi. Kamu mengerti kan?" tanya Pak Kyai sambil tersenyum.
"Mengerti Pak Kyai," jawab Viana sambil mengangguk.
"Loh, kok Pak Kyai? Panggil saja Abi, Nak. Anggap kami seperti orang tua kamu sendiri ya," tutur Pak Kyai dengan lembut.
"Eh, iya. A, Abi," Viana berkata dengan gagap.
Dia merasa sungkan untuk memanggil kedua orang berwibawa itu dengan sebutan orang tua. Bocah sederhana sepertinya tidak pantas untuk menjadi anak dari seorang pemuka agama yang sangat terpandang di kampungnya.
Ibu Azizah datang dan merangkul Viana dengan lemah lembut.
"Ayo masuk, Sayang. Mulai saat ini, kamu akan tinggal disini. Ini adalah rumah kamu," Wanita be
Sreekk, sreekk, sreekk,Mata Viana membelalak ketika mendengar suara langkah kaki seseorang. Dia segera terjaga dari tidurnya, lalu mengucek kedua mata yang masih terasa berat. Diliriknya jam weker yang berada di atas meja kamarnya.Viana semakin terbeliak saat melihat angka di jam tersebut."Hah, jam duabelas malam? Lalu siapa yang tengah malam begini sedang berjalan di luar sana?" gumam Viana dengan herannya."Ah, mungkin itu cuma suara kucing yang lagi jalan-jalan diluar," pikirnya.Kemudian gadis itu bergegas membaringkan tubuhnya kembali di ranjang empuknya.Sreekk, sreekk, sreekk,Namun, lagi-lagi suara langkah itu mengganggu pendengarannya. Dia memutuskan untuk menutupi telinganya dengan bantal, supaya bisa melanjutkan mimpi indahnya yang sempat terganggu.Bukannya menghilang, tapi suara langkah kaki itu malah semakin menjadi dan terdengar semakin mendekat.Viana pun menjadi kehilangan kesabaran. Dia yang pemberan
"Sebenarnya saya mulai memikirkan semua ini tatkala putri saya, Viana mengalami kejadian-kejadian aneh Pak kyai. Putri saya sering menangis tanpa sebab saat tengah malam, bahkan putri saya terlihat begitu kesakitan selama beberapa kali. Kami sekeluarga pernah membawanya ke rumah sakit, tapi menurut dokter kondisi kesehatannya baik-baik saja. Akhirnya tetua desa menyarankan kami untuk membawa putri kami kemari, Pak. Saya merasa bahwa ada sesuatu yang janggal dengan keadaan putri saya ini," Pak Hasan berkata sambil membelai rambut Viana dengan lembut."Hmm, silahkan Bapak lanjutkan ceritanya," ujar pak kyai."Huft, sebenarnya saya merasa bahwa kejadian ini ada hubungannya dengan masa lalu saya beberapa tahun silam, Pak," Pak Hasan menghela napas."Maksud Bapak?" tanya pak kyai keheranan."Begini Pak. Beberapa tahun setelah menikah, saya dan istri saya tak kunjung dikarunai seorang anak. Berbagai upaya sudah kami lakukan agar bisa segera mendapat keturunan,
Untuk sementara, Viana dan kedua orang tuanya bisa hidup dengan tenang dan bernapas lega. Namun, semuanya berubah setelah Viana berusia dua belas tahun.Banyak sekali kejadian-kejadian aneh yang menimpa keluarga mereka. Mereka seringkali dihantui dengan suara-suara aneh dan penampakan yang mengerikan.Pada usia tersebut, Viana sudah paham dan mengerti dengan apa yang diajarkan oleh kedua orang tuanya. Pak Hasan dan Bu Halimah selalu mengajarkan kepadanya agar senantiasa taat beribadah dan mendekatkan diri kepada sang pencipta. Mereka berusaha menuntun Viana menuju ke jalan yang benar, dengan harapan agar putrinya itu bisa menjadi seorang gadis yang sholehah.Hingga pada suatu malam yang sunyi, terdengar seseorang mengetuk pintu rumah mereka. Pak Hasan dan Bu Halimah yang sedang berada di ruang depan pun saling berpandangan karena merasa keheranan. Tidak biasanya ada seseorang yang bertamu ke rumah mereka saat malam hari begini. Apalagi rumah mereka berada di ped
Viana dan Pak Kyai akhirnya tiba di rumah dengan selamat. Istri Pak Kyai datang dan menyambut kedatangan mereka dengan penuh suka cita. Kebahagiaan terpancar di wajahnya yang masih terlihat segar itu."Viana, ini istri Bapak. Namanya Ibu Azizah. Mulai sekarang kamu bisa memanggilnya Umi, dan panggil saya Abi. Kamu mengerti kan?" tanya Pak Kyai sambil tersenyum."Mengerti Pak Kyai," jawab Viana sambil mengangguk."Loh, kok Pak Kyai? Panggil saja Abi, Nak. Anggap kami seperti orang tua kamu sendiri ya," tutur Pak Kyai dengan lembut."Eh, iya. A, Abi," Viana berkata dengan gagap.Dia merasa sungkan untuk memanggil kedua orang berwibawa itu dengan sebutan orang tua. Bocah sederhana sepertinya tidak pantas untuk menjadi anak dari seorang pemuka agama yang sangat terpandang di kampungnya.Ibu Azizah datang dan merangkul Viana dengan lemah lembut."Ayo masuk, Sayang. Mulai saat ini, kamu akan tinggal disini. Ini adalah rumah kamu," Wanita be
Untuk sementara, Viana dan kedua orang tuanya bisa hidup dengan tenang dan bernapas lega. Namun, semuanya berubah setelah Viana berusia dua belas tahun.Banyak sekali kejadian-kejadian aneh yang menimpa keluarga mereka. Mereka seringkali dihantui dengan suara-suara aneh dan penampakan yang mengerikan.Pada usia tersebut, Viana sudah paham dan mengerti dengan apa yang diajarkan oleh kedua orang tuanya. Pak Hasan dan Bu Halimah selalu mengajarkan kepadanya agar senantiasa taat beribadah dan mendekatkan diri kepada sang pencipta. Mereka berusaha menuntun Viana menuju ke jalan yang benar, dengan harapan agar putrinya itu bisa menjadi seorang gadis yang sholehah.Hingga pada suatu malam yang sunyi, terdengar seseorang mengetuk pintu rumah mereka. Pak Hasan dan Bu Halimah yang sedang berada di ruang depan pun saling berpandangan karena merasa keheranan. Tidak biasanya ada seseorang yang bertamu ke rumah mereka saat malam hari begini. Apalagi rumah mereka berada di ped
"Sebenarnya saya mulai memikirkan semua ini tatkala putri saya, Viana mengalami kejadian-kejadian aneh Pak kyai. Putri saya sering menangis tanpa sebab saat tengah malam, bahkan putri saya terlihat begitu kesakitan selama beberapa kali. Kami sekeluarga pernah membawanya ke rumah sakit, tapi menurut dokter kondisi kesehatannya baik-baik saja. Akhirnya tetua desa menyarankan kami untuk membawa putri kami kemari, Pak. Saya merasa bahwa ada sesuatu yang janggal dengan keadaan putri saya ini," Pak Hasan berkata sambil membelai rambut Viana dengan lembut."Hmm, silahkan Bapak lanjutkan ceritanya," ujar pak kyai."Huft, sebenarnya saya merasa bahwa kejadian ini ada hubungannya dengan masa lalu saya beberapa tahun silam, Pak," Pak Hasan menghela napas."Maksud Bapak?" tanya pak kyai keheranan."Begini Pak. Beberapa tahun setelah menikah, saya dan istri saya tak kunjung dikarunai seorang anak. Berbagai upaya sudah kami lakukan agar bisa segera mendapat keturunan,
Sreekk, sreekk, sreekk,Mata Viana membelalak ketika mendengar suara langkah kaki seseorang. Dia segera terjaga dari tidurnya, lalu mengucek kedua mata yang masih terasa berat. Diliriknya jam weker yang berada di atas meja kamarnya.Viana semakin terbeliak saat melihat angka di jam tersebut."Hah, jam duabelas malam? Lalu siapa yang tengah malam begini sedang berjalan di luar sana?" gumam Viana dengan herannya."Ah, mungkin itu cuma suara kucing yang lagi jalan-jalan diluar," pikirnya.Kemudian gadis itu bergegas membaringkan tubuhnya kembali di ranjang empuknya.Sreekk, sreekk, sreekk,Namun, lagi-lagi suara langkah itu mengganggu pendengarannya. Dia memutuskan untuk menutupi telinganya dengan bantal, supaya bisa melanjutkan mimpi indahnya yang sempat terganggu.Bukannya menghilang, tapi suara langkah kaki itu malah semakin menjadi dan terdengar semakin mendekat.Viana pun menjadi kehilangan kesabaran. Dia yang pemberan