“Jejaka!” terdengar suara keras Dewa Abadi. “Cepat tinggalkan tempat ini, sebelum aku tidak bisa mengendalikan kekuatan petir ini”“Tidak! Aku harus menghentikanmu Dewa Abadi”“Kau takkan mampu Jejaka, jurus terdahsyat yang kau miliki ‘Titisan Siluman Ular Naga’-mu saja tak bisa membunuhku”“Aku masih banyak memiliki jurus-jurus dahsyat lainnya Dewa Abadi” kata Jejaka lagi dengan tegas. Hal ini membuat paras wajah Dewa Abadi berubah. Matanya yang berubah menjadi kilatan-kilatan lidah petir tampak semakin berkilat-kilat dahsyat.“Benarkah?! Ayo kerahkan serangan terkuatmu Jejaka, bunuh aku!” kata Dewa Abadi lagi seraya mengembangkan kedua tangannya kearah Jejaka.Tanpa menunggu waktu lagi. Jejaka segera mengerahkan dua ilmu andalannya, 'Tenaga Inti Api' dan 'Tenaga Inti Es' dimana kini tangan kanan Jejaka tampak berubah menjadi memerah, sedangkan tangan kiri berubah menjadi putih keperakan.“Heaaa...!”Wusshh... Wusshh...!Dua leret sinar merah dan putih menyala melesat kearah sosok De
“Benar-benar gila Sukma Abadi itu” batin Jejaka menyadari kalau ilmu surya pamungkas miliknyapun tak bisa membuat Dewa Abadi terbunuh, bahkan terluka saja tidak.“Hebat juga jurus pukulanmu ini Jejaka” terdengar suara serak Dewa Abadi seraya mengangkat wajahnya, terlihat wajah Dewa Abadi penuh bersimbah darah. Kedua matanya tidak lagi mengeluarkan lidah petir seperti sebelumnya. Rupanya serangan terakhir Jejaka sudah membuatnya terluka dalam. “Tapi belum cukup untuk membunuhku” sambung Dewa Abadi bangkit berdiri, tapi serangan dahsyat itu tidak mampu melukai tubuhnya, bahkan satu helai rambutnya tidak jatuh dari kepalanya.“Berikan aku yang lebih kuat dari ini Jejaka!” pintu Dewa Abadi dengan tatapan sayu. Jejaka yang sebelumnya masih terlongo kaget dengan kekuatan yang dimiliki oleh Dewa Abadi, terkejut mendengar kata-kata Dewa Abadi.“Lebih kuat dari ini...” ulang Jejaka teringat akan sesuatu. Lalu menyambung ucapan ; “Kau yakin Dewa Abadi?”“Jika memang ada, keluarkanlah Jejaka, ak
JEJAKA berkelebat cepat melintasi perbukitan, melintasi pegunungan dan melewati lembah-lembah, tujuannya Cuma satu yaitu hutan situ waras yang menjadi petunjuk Dewa Abadi sebelum kematiannya. Di gendongannya terlihat sosok Ningrum yang masih pingsan. Kondisi tubuh gadis itu persis seperti nenek umur seratus tahun lebih. Tubuh yang begitu lemah, tubuh yang semula segar menggemaskan, sekarang berubah menjadi hitam, kering kerontang tanpa daya. Tidak ada yang menarik sedikit pun dari sosok renta berbaju hijau tersebut.“Uuhhh...” Ningrum tersadar dari pingsannya. Ningrum sedikit terkejut saat merasakan tubuhnya bagaikan dibawa terbang oleh seseorang, dan saat Ningrum melihat siapa orang itu. Rupanya Jejaka. Sesaat Ningrum menatap keadaan dirinya didalam gendongan Jejaka."Jejaka..." kata Ningrum terbata-bata dengan linangan air mata berlinang membasahi pipi keriput saat menyadari keadaan dirinya yang saat ini berada dipangkuan Jejaka.“Aku disini, Ningrum,""Jejaka ... hidupku ... tidak
Ke tempat itulah Jejaka membawa Ningrum! Jejaka masuk kedalam air, untung saja air kolam itu dangkal, hanya sebatas pinggang Jejaka. Jadi sosok Ningrum yang ada dipondongannya tidak basah kaerna air. Di tepian Batu Pualam Hitam. Dengan lembut, Jejaka meletakkan tubuh Ningrum di atas Batu Pualam Hitam.Plekk!Begitu menyentuh bagian atas Batu Pualam Hitam, sebentuk hawa hangat bergulung-gulung menerobos masuk ke raga lemah Ningrum yang tergolek pingsan.Werr ... wess ... !Meski hanya sekejap, tapi sudah membuat tubuh gadis itu mulai menghangat, dan tanpa tempo lama gadis yang dulunya cantik jelita terbangun dari mimpi indah."Kau sudah sadar Ningrum?," sapa Jejaka. Ningrum hanya tersenyum samar.“Di... dimana kita?”“Kita sudah sampai ditempat yang Dewa Abadi maksud Ningrum” kata Jejaka lagi. Sejenak Ningrum tampak memperhatikan keadaan dirinya yang saat ini setengah berendam terbaring diatas Batu Pualam Hitam
Jejaka duduk termenung ditepian kolam kecil itu, matanya memandang lurus kearah Ningrum yang tengah tertidur pulas diatas Batu Pualam Hitam. Entah kenapa melihat sosok Ningrum yang terlihat begitu renta, Jejaka menjadi kasihan, Jejaka merasa karena dirinya yang tak sanggup melindungi, Ningrum jadi seperti saat ini.“Apakah kemampuanku masih kurang sehingga untuk melindungi seorang saja, aku masih tak mampu” batin Jejaka menyesali dirinya sendiri setelah mengingat-ingat apa yang telah terjadi pada Ningrum.Teringat akan hal-hal yang lalu, wajah Jejaka tiba-tiba saja kembali berubah. Jejaka teringat akan kata-kata wasiat Dewa Abadi padanya."..... Kalau kau tertarik, sekalian ajak gadis itu mempelajari kitab-kitab peninggalan ku. Asal, jangan Kitab Sukma Abadi! Itu amat berbahaya, Anak Muda. Kukira hanya itu pesanku, Anak Muda!” Jejaka tiba-tiba saja bangkit berdiri dari tempat duduknya saat ini. “Ast
“Apa ini?" Tangan kanannya memegang-megang setangkai ranting bunga seperti kuncup bunga. Di sepanjang ranting, tampak buah-buah kecil seperti buah ceremai.Jejaka kembali mendekatkan hidungnya kearah kuncup bunga itu.“Harum sekali...” ucapnya lagi, karena memang seumur hidupnya. Belum pernah Jejaka merasakan harum bunga seperti itu.Kruukk! Krukkk!Kembali terdengar suara perut Jejaka yang sudah merintih-rintih minta di isi. Jejaka segera mengangkat ranting bunga dengan banyak buah-buah kecil menggantung diranting tersebut.“Lebih baik daripada tidak sama sekali” kata Jejaka seraya memutik-mutik buah-buah kecil tersebut.“Enak dimakan nggak ya?" katanya. "Coba dulu ah ... moga-moga aja tidak beracun."Kress!"Suaranya nyaring juga, kayak dipotong dengan pisau, padahal bentuknya kecil" katanya sambil memasukkan satu buah ke dalam mulut. Setelah mengunyah sebentar, langsung ditelan, dan langsu
Di dalam gua bawah tanah ...“Aaaaaahh ... "Sebuah lengkingan keras terdengar. Bahkan lengkingan kali ini lebih besar dari sebelumnya. Tubuh Jejaka kembali tersentak-sentak bahkan lebih keras dari sebelumnya dan ketika sampai pada titik kekuatan yang dimilikinya ... Ia pingsan! Meski ia memiliki kesaktian yang tidak rendah, bahkan terbilang mumpuni. Yang namanya laut saja ada pantainya, seperti halnya Jejaka, kekuatan yang dimilikinya juga ada batasnya. Jiwa dan raganya ambruk, takluk oleh kekuatan yang maha dahsyat. Justru karena ia makan buah-buah yang dibilangnya mirip ceremai dan bunga kuncup aneh itulah yang sebenarnya merupakan keberuntungan tidak terduga bagi Jejaka. Bunga itu bernama Bunga Kuncup Surgawi, sedangkan buahnya dikatakan sebagai ‘Si Penakluk Hawa’.Siksaan raga dan batin hanyalah proses penyatuan kekuatan ke dalam tubuhnya. Setelah penyatuan berakhir, maka berakhir pula siksa derita yang dialami Jejaka. Tanpa disadari sendi
“Sang Hyang Guru Dewa, kak ?”“Benar, Sang Hyang Guru Dewa”“Itu artinya, kekuatanku yang sekarang sama dong dengan Sang Hyang Guru Dewa, kak”“Ya. Bisa dikatakan seperti itu. Tapi ingat kau jangan jumawa Jejaka. Seiring dengan kekuatan yang besar, datang juga tanggung jawab yang besar."“Ya, terima kasih atas nasehatnya kak...”"Bunga Kuncup Surgawi juga akan membuat pemiliknya tak bisa disakiti oleh perempuan mana pun! Seorang perempuan tak akan tega melukai hati pria yang memiliki Bunga Kuncup Surgawi. Tubuhmu akan Harum walaupun kau tak pernah mandi, dan akan tercium dari jarak tiga puluh langkah!"“Wiw... hebat sekali kak”“Tapi jangan pula kau tak mandi gara-gara hal itu”“Ha ha ha...! iya kak”, dan menyambung ; “Lalu bagaimana dengan buah si penakluk hawa itu kak, apa gunanya ?”“C