Share

Bab 36

Penulis: putri utara
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-22 02:14:34

Wet! Sing! Bret! “Aaakh!”

Teriakan mengerikan kembali melengking ke angkasa. Kali ini tidak hanya sekali atau dua kali. Tapi, puluhan jeritan susul-menyusul terdengar dari orang-orang tak berdosa yang dijagal. Bau anyir darah membasahi tanah. Warna merah mulai menodai bumi, sebagai tanda keangkaramurkaan manusia.

Tak cukup hanya membantai jiwa-jiwa manusia. Para penunggang kuda berjiwa iblis itu juga menjarah harta penduduk. Selesai menguras harta, rumah pun dibakar. Maka seketika api membumbung ke langit, memberi warna merah jelaga bercampur hitam di cakrawala.

Suasana makin hingar-bingar. Gemeletak kayu termakan api, jeritan ngeri para wanita, tangisan meninggi anak-anak kecil, ringkik derap kaki kuda, serta teriakan penunggangnya. telah membaur dalam sebuah untai kekacauan.

Apakah jiwa manusia sudah terlalu tak berarti bagi sementara pihak? Atau nilai manusia sudah lebih hina daripada seekor anjing? Dalam setiap peperangan dan kezaliman pertanyaan itu selalu pantas dilontarkan.

Tap
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jejaka Emas   Bab 37

    “Hiaaat!”“Hiaaat!”Meski serbuan kelima belas lelaki itu makin dekat, tapi orang bercaping itu tampak masih berdiri tenang. Sedikit pun tak terlihat tubuhnya bergerak. Tapi ketika para penyerangnya tinggal tiga tombak dari tempatnya berdiri, tubuhnya melenting cepat, lalu berputar ke depan beberapa kali. Pada saat melayang di udara itulah, tangannya kembali bergerak. Dan....Zing! Zing! Zing! Zing! Zing! Zing!Enam orang penyerang seketika rontok seperti daun kering, terhujam senjata rahasia orang ber- caping ini. Tepat di dada masing-masing tampak menancap pisau kecil yang langsung menghentikan kerja jantung mereka. Kuda-kuda mereka menjadi panik, ketika enam tubuh berdebum menimpa tanah. Tanpa dapat dikendalikan, kuda-kuda itu menendang-nendang dengan kaki depan disertai ringkikan riuh.Pada saat itu orang bercaping ini sudah menjejakkan kaki di antara lawan-lawannya. Dan tanpa banyak kesulitan, sepasang pisau kecil di ta

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-23
  • Jejaka Emas   Bab 38

    Di antara ringkikan kuda, teriakan mengerikan ikut mengimbangi. Sampai akhirnya, kuda-kuda itu berlarian liar tanpa penunggang sama sekali. Dan kini, tinggal pemimpin pasukan yang terpaku di atas kudanya, melihat seluruh anak buahnya berkalang tanah!“Cepatlah kau ke sini! Aku tak mau membuang- buang waktu!” seru orang bercaping itu pada si pemimpin.Menyadari keadaannya terjepit, pemimpin pasukan itu segera menghentakkan tali kekang kuda, hendak lari.“Hiaaa...!”Begitu kudanya berbalik ke belakang dengan kecepatan penuh, si pemimpin itu melesat cepat. Namun belum lagi jauh dia sudah terpental dari punggung kuda. Rupanya, orang bercaping telah melemparkan sepasang pisau di tangannya lalu menembus bokong pemimpin pasukan.“Aaakh!” Brukkk!Sekali lagi, bumi dihantam oleh tubuh tak bernyawa. Darah mengalir tampak dari lubang tembusan pisau di tubuh pemimpin pasukan yang menyusul anak buahnya ke neraka.

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-23
  • Jejaka Emas   Bab 39

    Waktu berlalu tanpa dapat ditahan. Suka atau tidak hari bergulir terus. Dan sudah sepuluh hari terlewati, sejak kejadian di Desa Karangwesi. Sementara di Kerajaan Karang Setra sedang diadakan pertemuan di dalam ruang kehormatan, setelah Srikandi mengusulkan untuk mengadakan penyambutan sederhana untuk kedatangan Jejaka. Itu pun tanpa sepengetahuan Jejaka. Srikandi tahu, Jejaka tidak bakal menyukainya. Dalam pribadinya yang sering ugal-ugalan. Jejaka memang menyimpan kerendahan hati.Ruang kehormatan yang luas ini terletak di tengah istana, berbatasan dengan Taman Anjangsana keluarga raja. Di tengah ruangan tampak meja persegi yang besar dan panjang. Di sisinya tersusun kursi-kursi jati berukir, ditambah kursi khusus untuk Bayureksa di ujung meja. Dinding ruang itu diperindah oleh lukisan keluarga istana dan lukisan-lukisan panorama negeri Karang Setra.Setelah para dayang menyajikan makanan serta minuman yang ditata dengan apik, para undangan memasuki ruangan besar ini

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-23
  • Jejaka Emas   Bab 40

    Memang, sewaktu pertama kali Srikandi memperkenalkannya pada anak muda itu, Jejaka langsung memotong ucapan Srikandi. Sehingga, Srikandi tidak sempat menyebutkan, siapa Jejaka sebenarnya.“Pendekar muda kita ini berniat membantu kita memecahkan masalah pemberontakan Bajing Ireng dan gerombolannya. Mereka telah terlalu banyak menimbulkan penderitaan rakyat. Terlalu banyak membuat keangkaramurkaan. Karena itu, hati anak muda ini rupanya tergerak untuk segera mengulurkan tangan. Bukan begitu, Jejaka?” sambung Prabu Jaya Mahesa.Jejaka sebentar terkesiap.“Oh! Ng... iya. Begitulah..., kira-kira,” jawab pemuda itu terbata.“Apa kau tak ingin memperkenalkan julukanmu pada para pembesar kerajaan? Agar kami bisa lebih dekat mengenalmu?” tambah Prabu Jaya Mahesa.Jejaka segera berdiri. Dan dia sendiri tak tahu, kenapa harus berdiri. Pokoknya, hanya ingin berdiri saja.“Aku sebenarnya tidak pernah dijuluki ole

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-23
  • Jejaka Emas   6 | Berakhirnya Riwayat Bajing Ireng

    JEJAKA sulit mengerti, mengapa Rintih Jelita menyusulnya hingga ke istana. Setelah memohon diri pada Prabu Jaya Mahesa dan para pembesar kerajaan, Jejaka dan Srikandi segera menemui wanita itu lalu mengajaknya ke taman istana. Mereka lalu berjalan beriring menuju taman istana.“Ada apa Rintih Jelita?” tanya Jejaka, begitu tiba di taman istana.“Rintih Manja! Rupanya kau...,” timpal Srikandi. Srikandi lalu memandang Jejaka. Dia masih bingung kenapa Jejaka memanggil wanita itu Rintih Jelita? Bukankah dia bernama Rintih Manja?“Sudah dua kali kau menyebut Rintih Manja dengan panggilan Rintih Jelita. Apa memang dia punya dua nama?” tanya Srikandi pada Jejaka.“Ah! Aku hampir lupa,” tukas Jejaka bergegas. Jejaka memang lupa untuk menjelaskan pada Srikandi tentang saudara kembar Rintih Manja, yaitu Rintih Jelita. “Ini Rintih Jelita, saudara kembar Rintih Manja.”.“Jadi Rintih Manja benar-b

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-24
  • Jejaka Emas   Bab 2

    “Sungguh! Aku memang Rintih Manja,” jawab gadis itu lagi. Dipandangnya wajah pemuda tampan itu lekat-lekat. Wajah dan bias mata gadis itu sulit digambarkan dengan kata-kata, bagai memendam sebongkah kekalutan serta kehilangan.Jejaka mengernyitkan kening dalam-dalam. “Aku pasti salah dengar,” gumam Jejaka.“Tapi Jejaka...,” sela Rintih Manja. “Bisa kubuktikan kalau aku adalah Rintih Manja! Aku kenal Srikandi atau Naga Wanita. Dia pernah bertempur denganku sewaktu pertama kali berjumpa. Kalau aku Rintih Jelita, mana mungkin kenal Srikandi?”Jejaka menghentikan langkahnya. Tubuhnya mematung, membelakangi Rintih Manja dan Srikandi. Tampak, hatinya masih belum percaya kalau Rintih Manja masih hidup. Masih dapat dirasakan puing-puing kehancuran dalam hatinya, ketika mendengar berita kematian Rintih Manja, orang yang menanam benih cinta pertamanya. Sampai kini, luka di hatinya masih menganga. Dan tiba-tiba saja, wanita d

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-24
  • Jejaka Emas   Bab 3

    “Aku sudah memiliki dendam pada Bajing Ireng waktu itu!” penggal Jejaka kasar. “Kakekku dan orang-orang perguruan mekar bumi. Saudari-saudari perguruanmu juga gurumu, Nyai Lirih Dewi, gurumu. Mereka dibunuh oleh keparat itu! Dan itu cukup menjadi pembakar semangatku untuk menjalani penyempurnaan”Dada Jejaka turun naik. Napasnya kontan berhembus cepat. Kegusaran yang tiba-tiba membludak berusaha dihelanya.Sementara Srikandi jadi tercekat. Sungguh tidak disangka Jejaka yang selama ini dikenal sebagai anak muda ugal-ugalan, ternyata dapat meledak-ledak seperti itu.Sementara itu, Rintih Manja menundukkan kepala dalam-dalam. Matanya terhujam pada rerumputan halus di sekitar kakinya. Taman yang asri, berhias ragam bunga aneka warna tidak membuatnya menjadi nyaman. Kegalauan seketika mengepungnya dari setiap sudut.“Kalau begitu, maafkan aku, Jejaka. Aku mengira..”Rintih Manja terdiam sesaat. Seperti ada sesua

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-24
  • Jejaka Emas   Bab 4

    Desa Sekarepwetan direbahi cahaya jingga. Matahari memang telah begitu redup tanda datangnya senja. Di saat seperti itu, penduduk desa itu seorang demi seorang meninggalkan sawah, memanggul cangkul masing-masing. Mereka melenggang ke rumah, menemui keluarga tercinta yang telah menunggu.Desa Sekarepwetan yang berbatasan dengan kotaraja bagian utara ini memerlukan waktu beberapa hari perjalanan untuk menuju ke pusat pemerintahan Karang Setra. Karena letaknya cukup dekat dengan pelabuhan di pesisir selatan, maka Desa Sekarepwetan selalu menjadi jalan tembus bagi kereta-kereta kerajaan yang datang dari dermaga.Seperti juga hari ini, sebuah kereta yang ditarik empat ekor kuda meluncur cepat di jalan tanah yang membelah Desa Sekarepwetan. Di belakangnya, enam prajurit berkereta mengawal penuh waspada.“Hiaaa...!”Kusir kereta kuda berteriak lantang, seraya menghentakkan tali kekang. Memang muatan ini mesti secepatnya dibawa ke kerajaan. Dorongan t

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-24

Bab terbaru

  • Jejaka Emas   Bab 31

    Klanggg...!"Hugh...!?"Tubuh Jejaka Emas terjengkang ke belakang beberapa tombak jauhnya. Selintas tadi terlihat Algojo Hijau menempelkan kedua tapak tangannya di punggung Ratu Bulan, begitu Jejaka memapak serangan tusukan tombak berujung bulan sabit. Melihat hal ini Jejaka Emas terperanjat. Dia tahu kalau kakek berkepala gundul itu tengah menyalurkan tenaga dalam. Tenaganya disatukan dengan tenaga nenek itu, lalu bersama-sama menghadapi tenaga Jejaka.Tak pelak lagi, perpaduan dua tenaga dalam dahsyat itu tidak dapat ditahan Jejaka Emas. Untung saja beradunya tenaga dalam tadi terjadi secara tidak langsung melainkan melalui perantara. Sehingga akibatnya tidak terlalu berarti bagi Jejaka Emas. Pemuda berpakaian merah keemasan ini hanya merasa sedikit sesak pada dadanya.Dengan bantuan gelang dewanya, gerakan sesulit apa pun akan sama seperti gerakan biasa. Sehingga walaupun Jejaka berada dalam keadaan kritis, dan serangan Ratu Bulan kembali menyambar cep

  • Jejaka Emas   Bab 30

    Sekali mengelak, Jejaka Emas telah berada di belakang Ratu Bulan. Tapi sebelum pemuda itu sempat melepaskan serangan, Algojo Hijau telah terlebih dulu menyerangnya. Terpaksa Jejaka mengurungkan niat untuk menyerang Ratu Bulan. Dan dengan cepat pula dielakkannya serangan kakek itu. Dan belum juga sempat membalas, kembali serangan Ratu Bulan telah mengancam. Tentu saja hal ini membuat Jejaka Emas kewalahan menghadapi hujan serangan dahsyat yang saling susul.Tak tanggung-tanggung, Jejakapun langsung menggunakan jurus-jurus gelang dewanya untuk menyerang lawannya. Tapi rupanya kedua lawannya sangat tangguh, sehingga dalam beberapa gebrak kemudian, ketiga orang ini pun sudah terlibat sebuah pertarungan berat sebelah. Jejaka Emas terus-menerus didesak lawannya, tanpa mampu balas menyerang.Untunglah pemuda bermata biru ini memiliki jurus 'Naga Pamungkas' yang sangat aneh sehingga dapat mengelakkan serangan yang bagaimanapun sulitnya. Dan berkat jurus inilah Jejaka Emas mamp

  • Jejaka Emas   Bab 29

    Algojo Hijau manggut-manggut."Bisa kuterima alasanmu, Jejaka Emas""Terima kasih, Kek!""Jangan'terburu-buru berterima kasih, Jejaka Emas!" sergah Ratu Bulan cepat. "Urusan kami denganmu kini tidak hanya satu macam!" Jejaka mengerutkan keningnya."Apa maksudmu, Nek?""Tidak usah berpura-pura, Jejaka Emas!Bukankah kau yang telah membunuh majikan kami!”"Membunuh majikan kalian"! Aneh"! Kalau boleh kutahu, siapa majikan kalian?" tanya Jejaka. Kerut pada dahinya pun semakin dalam."Seorang pemuda bersenjata sepasang kapak warna perak mengkilat!""Dia majikan kalian?" tanya Jejaka Emas Nada suaranya mengandung keheranan yang besar. "Ya! Karena begitulah bunyi perjanjian antara kami dengannya!" selak Algojo Hijau. "Kami bertemu dan bertempur. Dengan licik dia memancing kami ke dalam suatu perjanjian. Yaitu, apabila dalam tiga puluh jurus kami tidak berhasil merobohkannya, dia akan menjadi majikan kami! Jadi, terpaksa

  • Jejaka Emas   Bab 28

    Tapi untuk yang kesekian kalinya, dengan mempergunakan jurus 'Naga Pamungkas' Jejaka berusaha menghindarinya. Dan tahu-tahu tubuh Jejaka telah berada di belakang Darba. Sebelum pemuda berbaju coklat itu sadar, Jejaka sudah melancarkan serangan baliknya.Wuuut..! Hantaman tangan Jejaka melayang ke arah kepala Darba. Murid Ki Jatayu ini terperanjat kaget Maka sedapat dapatnya dirundukkan kepalanya untuk menghindari sambaran tangan lawan.Wusss...! Usaha untung-untungannya berhasil juga. Tangan itu lewat di atas kepalanya. Tapi, Jejaka tidak tinggal diam. Segera dilancarkan serangan susulan.Bukkk...!"Huakkk...!"Telak sekali pukulan tangan kiri Jejaka Emas mendarat di punggung Darba. Keras bukan main, sehingga tubuh pemuda itu terjerembab ke depan.Cairan merah kental terlontar keluar dari mulutnya. Jelas pemuda berbaju coklat itu terluka dalam!Namun kekuatan tubuh murid Ki Jatayu ini memang patut dipuji. Sekalipun sudah terluka parah

  • Jejaka Emas   Bab 27

    Jejaka terpaku sesaat. Tapi tak lama kemudian amarahnya melonjak."Hiyaaa...!"Sambil berteriak melengking nyaring memekakkan telinga, Jejaka Emas menerjang Darba.Wut...! Ketika serangan gelang dewa Jejaka Emas terayun deras ke arah kepala Darba, pemuda berbaju coklat itu menarik kepalanya ke belakang tanpa menarik kakinya.Wusss...! Gelang dewa itu meluncur deras beberapa rambut di depan wajah Darba. Begitu kerasnya tenaga yang terkandung dalam serangan itu, sehingga rambut berikut seluruh pakaian Darba berkibar keras. Dan cepat-cepat pemuda berbaju coklat itu memberi serangan balasan yang tidak kalah berbahayanya.Wuuut...! Cepat bagai kilat kakinya melesat ke arah dada Jejaka Emas. Sadar akan bahaya besar mengancam, Jejaka segera menangkis serangan itu dengan tangan kirinya disertai tetakan ke bawah.Takkk...! Tubuh Darba melintir. Memang bila dibanding Jejaka Emas, posisi pemuda berbaju coklat itu lebih tidak menguntungkan.Namun

  • Jejaka Emas   Bab 26

    Sementara itu pertarungan antara Cakar Garuda menghadapi pengeroyokan anak buah Darba, berlangsung tidak seimbang. Kepandaian Wakil Ketua Perguruan Garuda Emas itu, memang terlalu tangguh untuk para pengeroyoknya. Setiap kali besi berbentuk cakar di tangannya bergerak, setiap kali pula ada satu nyawa melayang. Jerit kematian terdengar saling susul."Aaa...!"Pekik nyaring melengking panjang, mengiringi rubuhnya orang terakhir para pengeroyok itu. Cakar Garuda memandangi tubuh-tubuh yang terkapar itu sejenak, baru kemudian beralih pada pertarungan antara Jejaka Emas menghadapi Darba. Terdengar suara bergemeletuk dari gigi-gigi Wakil Ketua Perguruan Garuda Emas ini. Amarahnya langsung bangkit ketika melihat orang yang dicari-carinya, karena telah membasmi perguruannya."Hiyaaa...!"Diiringi pekik kemarahan laksana binatang terluka, Cakar Garuda melompat menerjang Darba, ketika pemuda itu tengah melentingkan tubuhnya ke belakang untuk menghindari serangan Je

  • Jejaka Emas   Bab 25

    Bergegas Jejaka berlari menghampiri. Sesaat kemudian Jejaka Emas telah berada dalam jarak tiga tombak dari arena pertempuran. Dari sini dapat terlihat jelas, siapa orang yang tengah dikeroyok itu. Dan ini membuat pemuda berbaju merah keemasan ini menjadi agak terkejut.Orang yang tengah dikeroyok itu berusia sekitar empat puluh tahun. Tubuhnya tegap dan kekar. Pada baju hitam bagian dada sebelah kiri terdapat sulaman cakar burung garuda dari benang emas. Di tangannya tergenggam sebuah baja hitam berbentuk cakar baja hitam dikibas-kibaskan dengan ganas. Ke mana saja cakar baja hitam bergerak, di situ pasti ada sesosok tubuh yang rubuh."Cakar Garuda...," desah Jejaka.Tapi pemuda ini tidak bisa berlama-lama mengamati pertarungan. Ternyata Darba yang memang ada di situ dan tengah dicarinya, bergerak menghampiri."Heh"! Kau lagi, Jejaka Emas" Rupanya kau tidak kapok juga. Atau, kali ini bersama-sama temanmu akan mengeroyokku?" ejek Darba memanas-manasi. Sepa

  • Jejaka Emas   Bab 24

    Seketika berubah wajah Jejaka."Maksud, Kakek?" tanya Jejaka Emas.Wajah Algojo Hijau berubah serius."Sejak puluhan tahun yang lalu, kami adalah sepasang tokoh yang tidak terkalahkan. Kami pun gemar bertanding, sehingga tak terhitung lawan yang rubuh di tangan kami. Sampai akhirnya, kami bertemu dengan Begawan Tapa Pamungkas. Melalui suatu pertarungan yang sengit, kami berhasil dikalahkannya. Tentu saja hal ini membuat penasaran, di samping malu yang besar. Maka kami katakan padanya, bahwa sepuluh tahun lagi kami akan datang menantang untuk menentukan siapa yang lebih unggul. Tapi rupanya kami sedang sial, karena lagi-lagi berhasil dikalahkan gurumu. Semenjak itu kami pun kembali giat berlatih, memperdalam ilmu-ilmu kesaktian. Tapi siapa sangka, di waktu kami telah merasa yakin akan dapat mengalahkannya, Begawan Tapa Pamungkas telah lebih dulu pergi ke alam baka. Siapa yang tidak kesal. Untunglah ada dirimu yang menjadi muridnya. Tapi tentu saja kau akan kami b

  • Jejaka Emas   Bab 23

    Nenek berpakaian putih itu menganggukkan kepalanya. "Aku juga tahu. Kalau tidak salah, pemuda itu berjuluk Jejaka Emas!"“Tepat” Ratu Bulan termenung."Dan ciri-ciri Jejaka Emas mirip pemuda ini!" sambung Algojo Hijau lagi."Ahhh...! Kau benar!" nenek tinggi kurus ini mulai teringat. Sementara itu, Jejaka juga terkejut melihat nenek berpakaian serba putih itu. Kelihaian nenek ini sudah dirasakannya. Sekarang dia datang berdua dengan kawannya yang sekali lihat saja diketahui kalau kepandaiannya tidak rendah.Larasati memegang pundak Jejaka dengan lembut agar Jejaka bisa meredam amarahnya. Jejaka sekarang tengah dilanda kemarahan yang meluap-luap. Tapi, tentu saja sebagai seorang pendekar menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, pemuda ini tidak meluapkan amarahnya secara sembarangan. Maka Jejaka yang memang tidak ingin mencari permusuhan, mencoba bersikap tenang. Ditunggu bagaimana tindakan Ratu Bulan terhadapnya. Jelas terlihat kalau nenek it

DMCA.com Protection Status