Jejaka bergerak cepat meninggalkan Perguruan Mawar Merah dengan perasaan resah.
Ke mana harus mencari Gonggola? Mencari seseorang di dunia yang luas ini laksana mencari sebuah jarum di tumpukan jerami! Jelas kalau iblis itu telah mengasingkan diri.
Hanya ada satu patokan yang bisa dijadikan pegangan Jejaka Emas ini. Gonggola adalah iblis yang merajai daerah Timur. Jadi, kemungkinan besar tetap berada di wilayah kekuasaannya.
Tapi wilayah Timur sangat luas. Apalagi, jangan-jangan dia telah menyepi. Perasaan putus asa mulai merayapi hari Jejaka. Ke mana ia harus mencari iblis itu?
Plakkk! Jejaka menepak kepalanya sendiri. Betapa bodohnya ia!. Mengapa bingung-bingung? Jejaka pernah mendengar Gonggola memiliki perguruan. Mengapa harus pusing-pusing? Ya, datangi saja perguruan itu! Wajah pemuda bermata biru ini pun kembali cerah. Dengan langkah penuh semangat, kembali dilanjutkan pencariannya.
Beberapa hari kemudian, pemuda ini sudah sampai pada sebuah
Dengan langkah lebar, dihampirinya sebuah pohon yang cukup besar. Dan..."Hup!" Sekali mengenjotkan kaki, tubuh Jejaka Emas ini melayang ke atas dan hinggap ringan pada sebuah cabang besar.Baru setelah itu dibaringkan tubuhnya. Tanpa sengaja pandangan mata Jejaka menerawang jauh ke arah rumah-rumah penduduk yang berada di depannya.Dan seketika matanya yang sudah merem-melek itu membelalak lebar.Dari ketinggian di atas cabang pohon itu, pemuda ini melihat asap tebal dan hitam yang membumbung tinggi. Sekali lihat saja Jejaka tahu kalau asap itu berasal dari rumah yang terbakar.Dan tidak hanya satu buah! Jelas, ada kejanggalan di sini! Naluri Jejaka Emas sebagai seorang pendekar langsung bangkit.Lenyap seketika rasa lelahnya. Bergegas pemuda itu melompat turun. Ringan sekali kedua kaki Jejaka Emas hinggap di tanah, sehingga tak terdengar suara sedikit pun. Bahkan tak ada debu yang beterbangan dari injakan kakinya. Sungguh sempurna ilmu per
Seperti yang diduga Jejaka, api itu memang tidak wajar. Di depan rumah yang terbakar itu, tampak tengah terjadi pertempuran yang tidak seimbang. Jejaka memperhatikan orang-orang yang bertempur itu sejenak.Tampak seorang yang bertubuh bagai raksasa, berwajah kasar, dan memakai kalung bermatakan tengkorak kepala bayi, tengah dikeroyok belasan orang bersenjata.Melihat senjata yang mereka gunakan, Jejaka Emas itu dapat menduga kalau para pengeroyok itu adalah penduduk desa yang rata-rata tidak memiliki ilmu olah kanuragan.Si tinggi besar yang tidak lain dari Raksasa Kulit Baja ini tertawa-tawa. Dibiarkan saja hujan senjata menghantam tubuhnya. Dan setiap senjata yang mengenai tubuh raksasa ini, selalu terpental balik.Sebaliknya, setiap Raksasa Kulit Baja ini melakukan serangan balasan, sudah dapat dipastikan ada satu tubuh yang tumbang. Beberapa di antaranya, dengan tulang tangan atau kaki patah. Malah ada pula yang menyemburkan darah dari mulut.S
Jejaka Emas mencondongkan tubuhnya ke kanan sehingga serangan itu lewat di depan dadanya. Dan cepat bagai kilat kaki kanannya terayun deras ke arah perut lawan.Dagh...! Tendangan cepat yang dilakukan Jejaka Emas tidak mampu dielakkan Raksasa Kulit Baja yang memiliki gerakan terlampau lambat. Dengan telak tendangan itu mengenai perutnya. Tapi lagi-lagi tendangan Jejaka Emas tidak menghasilkan apa-apa.Tubuh manusia raksasa itu hanya terhuyung dua langkah ke belakang. Kini ia kembali menerjang dengan serangan-serangan buas dan brutal. Sadarlah Jejaka kalau lawannya ini benar-benar memiliki kekebalan tubuh.Pemuda itu kini tidak ragu-ragu lagi untuk menyarangkan serangan pada sasaran-sasaran yang berbahaya dan bertenaga dalam penuh. Hanya saja, Jejaka Emas ini masih belum ingin menggunakan ilmu andalannya.Beberapa jurus telah berlalu. Dan entah sudah berapa kali serangan Jejaka Emas mendarat di berbagai bagian tubuh Raksasa Kulit Baja. Namun tak nampak tan
Seketika sepasang mata Jejaka Emas membelalak. “Ternyata manusia raksasa itu tidak terluka sama sekali! "Ilmu iblis!" Desah Jejaka, antara takjub dan ngeri."Ha ha ha...! Keluarkan semua ilmumu, Jejaka Emas!" Raksasa Kulit Baja tertawa pongah. "Sekarang kau baru tahu kehebatan ilmu 'Tameng Waja'ku! Kalau saja ilmu ini sudah kumiliki sejak dulu, mungkin akulah yang akan menjadi raja kaum sesat! Ha ha ha...!"Jejaka Emas menarik napas dalam-dalam. Dikumpulkannya segenap tenaganya. Kemudian..."Hiyaaa...!"Jejaka berteriak keras, kemudian mendorongkan kedua tangannya ke depan. 'Tenaga Inti Api'! kembali dikerahkan dengan tenaga yang lebih tinggi.Wuttt...! Angin panas berhembus keras menyambar tubuh Raksasa Kulit Baja yang tengah melangkah menghampirinya.Bresss...! Pukulan jarak jauh yang dilepaskan pemuda bermata biru itu telak menghantam dada saudara angkat Bajing Ireng.Akibatnya hebat sekali! Tubuh Raksasa Kulit Baja melayang
“Ha ha ha...!” Jejaka tertawa melihat hal itu. Jejaka memang tau kalau 'Tenaga Inti Api'!nya memang tidak berpengaruh pada lawannya, tapi tak mungkin tak berpengaruh pada pakaian yang dikenakan oleh lawannya. Hasilnya sosok si tinggi besar ini jadi telanjang bulat!."Keparat!" Raksasa Kulit Baja berteriak memaki."Kali ini kau mujur, Jejaka Emas! Tapi, jangan harap lain kali akan seberuntung ini!"Setelah berkata demikian, Raksasa Kulit Baja melesat kabur dari situ. Dia merasa malu melanjutkan pertarungan tanpa penutup tubuh. Jejaka masih tertawa terpingkal-pingkal melihat hal itu.-o0o-SIANG ini udara begitu panas. Matahari menyengat kulit sejuruh makhluk yang ada di permukaan maya-pada ini. Demikian pula dengan Jejaka. Pemuda itu tengah mempercepat langkahnya ketika beberapa tombak di depannya membentang sebuah sungai. Ingin rasanya segera mandi atau setidak-tidaknya membasuh muka untuk menyegarkan diri. Sekujur tubuhny
Pemuda bermata biru ini yakin, masih banyak lagi hal baru yang akan dijumpai dalam petualangannya. Ia memang belum berpengalaman, sehingga banyak hal yang tidak diketahuinya. Berbeda dengan Begawan Tapa Pamungkas, Kakeknya itu banyak pengalaman dalam dunia persilatan.Mungkin kalau Begawan Tapa Pamungkas yang menghadapi, Raksasa Kulit Baja belum tentu akan mampu menandingi.Jejaka terus menyusuri sepanjang sungai itu. Melihat betapa jernihnya air itu, maka dia berniat mandi untuk menyegarkan tubuh.Tentu saja untuk itu, harus dicari tempat yang tersembunyi sehingga tidak dapat dilihat orang. Hampir saja pemuda itu bersorak ketika melihat ada tempat tersembunyi, yang terletak di kelokan sungai.Rerimbunan semak dan pepohonan, rapat menutupinya. Bergegas Jejaka Emas menghampiri tempat itu. Ketika rerimbunan semak-semak dan pepohonan disibak, mendadak wajah Jejaka memerah.Ternyata di dalam sungai itu ada seorang wanita yang tengah mandi! Memang
Jejaka memasuki sebuah kedai dengan langkah lunglai. Memang, sejak pertemuannya dengan gadis yang ditemuinya di sungai, Jejaka jadi sering merasa lesu. Bahkan jadi sering melamun.Kadang-kadang tersenyum sendiri, bila teringat pada raut wajah gadis itu sewaktu dipergoki tengah mandi di sungai. Tapi di lain saat, wajah pemuda berambut keperakan ini menjadi murung, mengingat betapa gadis itu seperti jadi membencinya karena persoalan itu."Hhh...!" Desah Jejaka pelan.Pemuda itu menghenyakkan tubuhnya di salah satu kursi dalam kedai. Sering dicobanya untuk mengusir bayangan gadis itu dari pelupuk matanya, tapi tidak mampu. Selalu terbayang kembali di benaknya, senyum sinis gadis itu. Juga, keterkejutannya sewaktu dipergokinya tengah mandi. Apalagi sikapnya yang begitu dingin. Dan anehnya, semua tingkah laku itu di matanya sangat menarik."Mau pesan apa, Tuan?" Sebuah suara, pelan dan sopan menyadarkan Jejaka dari lamunan. Dengan suara agak gagap, disebutkan
Srattt! Dicabut pedangnya, dan ditodongkan ke dada Jejaka."Keluarkan senjatamu, Jejaka Emas! Atau kau lebih suka mati sia-sia di tanganku!" Teriak Larasati yang dijuluki Bidadari Penyebar Maut itu. Namun demikian, suaranya terdengar agak gemetar. Bukan karena perasaan marah, tapi karena harus berperang melawan perasaannya sendiri.Tak heran kalau dia mencabut pedang, karena untuk lebih menguatkan hatinya."Nini," Ucap Jejaka sambil menengadahkan kepala.Sesaat tak ada suara yang keluar dari mulut pemuda itu. Dia hanya menatap wajah cantik yang berdiri di depannya. Pandangan matanya sayu. Memang pemuda ini merasa terpukul melihat gadis yang dikagumi ini nampak membencinya. Dan sekarang bahkan memusuhinya."Bukankah telah kukatakan padamu, kalau peristiwa itu terjadi tidak sengaja. Aku....""Aku tidak meributkan masalah itu lagi!" Potong Larasati cepat. Wajahnya seketika menyemburat merah."Lalu masalah apa, Nini? Rasanya baru dua kali
Klanggg...!"Hugh...!?"Tubuh Jejaka Emas terjengkang ke belakang beberapa tombak jauhnya. Selintas tadi terlihat Algojo Hijau menempelkan kedua tapak tangannya di punggung Ratu Bulan, begitu Jejaka memapak serangan tusukan tombak berujung bulan sabit. Melihat hal ini Jejaka Emas terperanjat. Dia tahu kalau kakek berkepala gundul itu tengah menyalurkan tenaga dalam. Tenaganya disatukan dengan tenaga nenek itu, lalu bersama-sama menghadapi tenaga Jejaka.Tak pelak lagi, perpaduan dua tenaga dalam dahsyat itu tidak dapat ditahan Jejaka Emas. Untung saja beradunya tenaga dalam tadi terjadi secara tidak langsung melainkan melalui perantara. Sehingga akibatnya tidak terlalu berarti bagi Jejaka Emas. Pemuda berpakaian merah keemasan ini hanya merasa sedikit sesak pada dadanya.Dengan bantuan gelang dewanya, gerakan sesulit apa pun akan sama seperti gerakan biasa. Sehingga walaupun Jejaka berada dalam keadaan kritis, dan serangan Ratu Bulan kembali menyambar cep
Sekali mengelak, Jejaka Emas telah berada di belakang Ratu Bulan. Tapi sebelum pemuda itu sempat melepaskan serangan, Algojo Hijau telah terlebih dulu menyerangnya. Terpaksa Jejaka mengurungkan niat untuk menyerang Ratu Bulan. Dan dengan cepat pula dielakkannya serangan kakek itu. Dan belum juga sempat membalas, kembali serangan Ratu Bulan telah mengancam. Tentu saja hal ini membuat Jejaka Emas kewalahan menghadapi hujan serangan dahsyat yang saling susul.Tak tanggung-tanggung, Jejakapun langsung menggunakan jurus-jurus gelang dewanya untuk menyerang lawannya. Tapi rupanya kedua lawannya sangat tangguh, sehingga dalam beberapa gebrak kemudian, ketiga orang ini pun sudah terlibat sebuah pertarungan berat sebelah. Jejaka Emas terus-menerus didesak lawannya, tanpa mampu balas menyerang.Untunglah pemuda bermata biru ini memiliki jurus 'Naga Pamungkas' yang sangat aneh sehingga dapat mengelakkan serangan yang bagaimanapun sulitnya. Dan berkat jurus inilah Jejaka Emas mamp
Algojo Hijau manggut-manggut."Bisa kuterima alasanmu, Jejaka Emas""Terima kasih, Kek!""Jangan'terburu-buru berterima kasih, Jejaka Emas!" sergah Ratu Bulan cepat. "Urusan kami denganmu kini tidak hanya satu macam!" Jejaka mengerutkan keningnya."Apa maksudmu, Nek?""Tidak usah berpura-pura, Jejaka Emas!Bukankah kau yang telah membunuh majikan kami!”"Membunuh majikan kalian"! Aneh"! Kalau boleh kutahu, siapa majikan kalian?" tanya Jejaka. Kerut pada dahinya pun semakin dalam."Seorang pemuda bersenjata sepasang kapak warna perak mengkilat!""Dia majikan kalian?" tanya Jejaka Emas Nada suaranya mengandung keheranan yang besar. "Ya! Karena begitulah bunyi perjanjian antara kami dengannya!" selak Algojo Hijau. "Kami bertemu dan bertempur. Dengan licik dia memancing kami ke dalam suatu perjanjian. Yaitu, apabila dalam tiga puluh jurus kami tidak berhasil merobohkannya, dia akan menjadi majikan kami! Jadi, terpaksa
Tapi untuk yang kesekian kalinya, dengan mempergunakan jurus 'Naga Pamungkas' Jejaka berusaha menghindarinya. Dan tahu-tahu tubuh Jejaka telah berada di belakang Darba. Sebelum pemuda berbaju coklat itu sadar, Jejaka sudah melancarkan serangan baliknya.Wuuut..! Hantaman tangan Jejaka melayang ke arah kepala Darba. Murid Ki Jatayu ini terperanjat kaget Maka sedapat dapatnya dirundukkan kepalanya untuk menghindari sambaran tangan lawan.Wusss...! Usaha untung-untungannya berhasil juga. Tangan itu lewat di atas kepalanya. Tapi, Jejaka tidak tinggal diam. Segera dilancarkan serangan susulan.Bukkk...!"Huakkk...!"Telak sekali pukulan tangan kiri Jejaka Emas mendarat di punggung Darba. Keras bukan main, sehingga tubuh pemuda itu terjerembab ke depan.Cairan merah kental terlontar keluar dari mulutnya. Jelas pemuda berbaju coklat itu terluka dalam!Namun kekuatan tubuh murid Ki Jatayu ini memang patut dipuji. Sekalipun sudah terluka parah
Jejaka terpaku sesaat. Tapi tak lama kemudian amarahnya melonjak."Hiyaaa...!"Sambil berteriak melengking nyaring memekakkan telinga, Jejaka Emas menerjang Darba.Wut...! Ketika serangan gelang dewa Jejaka Emas terayun deras ke arah kepala Darba, pemuda berbaju coklat itu menarik kepalanya ke belakang tanpa menarik kakinya.Wusss...! Gelang dewa itu meluncur deras beberapa rambut di depan wajah Darba. Begitu kerasnya tenaga yang terkandung dalam serangan itu, sehingga rambut berikut seluruh pakaian Darba berkibar keras. Dan cepat-cepat pemuda berbaju coklat itu memberi serangan balasan yang tidak kalah berbahayanya.Wuuut...! Cepat bagai kilat kakinya melesat ke arah dada Jejaka Emas. Sadar akan bahaya besar mengancam, Jejaka segera menangkis serangan itu dengan tangan kirinya disertai tetakan ke bawah.Takkk...! Tubuh Darba melintir. Memang bila dibanding Jejaka Emas, posisi pemuda berbaju coklat itu lebih tidak menguntungkan.Namun
Sementara itu pertarungan antara Cakar Garuda menghadapi pengeroyokan anak buah Darba, berlangsung tidak seimbang. Kepandaian Wakil Ketua Perguruan Garuda Emas itu, memang terlalu tangguh untuk para pengeroyoknya. Setiap kali besi berbentuk cakar di tangannya bergerak, setiap kali pula ada satu nyawa melayang. Jerit kematian terdengar saling susul."Aaa...!"Pekik nyaring melengking panjang, mengiringi rubuhnya orang terakhir para pengeroyok itu. Cakar Garuda memandangi tubuh-tubuh yang terkapar itu sejenak, baru kemudian beralih pada pertarungan antara Jejaka Emas menghadapi Darba. Terdengar suara bergemeletuk dari gigi-gigi Wakil Ketua Perguruan Garuda Emas ini. Amarahnya langsung bangkit ketika melihat orang yang dicari-carinya, karena telah membasmi perguruannya."Hiyaaa...!"Diiringi pekik kemarahan laksana binatang terluka, Cakar Garuda melompat menerjang Darba, ketika pemuda itu tengah melentingkan tubuhnya ke belakang untuk menghindari serangan Je
Bergegas Jejaka berlari menghampiri. Sesaat kemudian Jejaka Emas telah berada dalam jarak tiga tombak dari arena pertempuran. Dari sini dapat terlihat jelas, siapa orang yang tengah dikeroyok itu. Dan ini membuat pemuda berbaju merah keemasan ini menjadi agak terkejut.Orang yang tengah dikeroyok itu berusia sekitar empat puluh tahun. Tubuhnya tegap dan kekar. Pada baju hitam bagian dada sebelah kiri terdapat sulaman cakar burung garuda dari benang emas. Di tangannya tergenggam sebuah baja hitam berbentuk cakar baja hitam dikibas-kibaskan dengan ganas. Ke mana saja cakar baja hitam bergerak, di situ pasti ada sesosok tubuh yang rubuh."Cakar Garuda...," desah Jejaka.Tapi pemuda ini tidak bisa berlama-lama mengamati pertarungan. Ternyata Darba yang memang ada di situ dan tengah dicarinya, bergerak menghampiri."Heh"! Kau lagi, Jejaka Emas" Rupanya kau tidak kapok juga. Atau, kali ini bersama-sama temanmu akan mengeroyokku?" ejek Darba memanas-manasi. Sepa
Seketika berubah wajah Jejaka."Maksud, Kakek?" tanya Jejaka Emas.Wajah Algojo Hijau berubah serius."Sejak puluhan tahun yang lalu, kami adalah sepasang tokoh yang tidak terkalahkan. Kami pun gemar bertanding, sehingga tak terhitung lawan yang rubuh di tangan kami. Sampai akhirnya, kami bertemu dengan Begawan Tapa Pamungkas. Melalui suatu pertarungan yang sengit, kami berhasil dikalahkannya. Tentu saja hal ini membuat penasaran, di samping malu yang besar. Maka kami katakan padanya, bahwa sepuluh tahun lagi kami akan datang menantang untuk menentukan siapa yang lebih unggul. Tapi rupanya kami sedang sial, karena lagi-lagi berhasil dikalahkan gurumu. Semenjak itu kami pun kembali giat berlatih, memperdalam ilmu-ilmu kesaktian. Tapi siapa sangka, di waktu kami telah merasa yakin akan dapat mengalahkannya, Begawan Tapa Pamungkas telah lebih dulu pergi ke alam baka. Siapa yang tidak kesal. Untunglah ada dirimu yang menjadi muridnya. Tapi tentu saja kau akan kami b
Nenek berpakaian putih itu menganggukkan kepalanya. "Aku juga tahu. Kalau tidak salah, pemuda itu berjuluk Jejaka Emas!"“Tepat” Ratu Bulan termenung."Dan ciri-ciri Jejaka Emas mirip pemuda ini!" sambung Algojo Hijau lagi."Ahhh...! Kau benar!" nenek tinggi kurus ini mulai teringat. Sementara itu, Jejaka juga terkejut melihat nenek berpakaian serba putih itu. Kelihaian nenek ini sudah dirasakannya. Sekarang dia datang berdua dengan kawannya yang sekali lihat saja diketahui kalau kepandaiannya tidak rendah.Larasati memegang pundak Jejaka dengan lembut agar Jejaka bisa meredam amarahnya. Jejaka sekarang tengah dilanda kemarahan yang meluap-luap. Tapi, tentu saja sebagai seorang pendekar menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, pemuda ini tidak meluapkan amarahnya secara sembarangan. Maka Jejaka yang memang tidak ingin mencari permusuhan, mencoba bersikap tenang. Ditunggu bagaimana tindakan Ratu Bulan terhadapnya. Jelas terlihat kalau nenek it