Home / Romansa / Jebakan Cinta Sang Pewaris / Chapter 039 [BUTUH DI CHARGER]

Share

Chapter 039 [BUTUH DI CHARGER]

last update Last Updated: 2024-12-18 16:54:03

“Permisi,” suara Valerie terdengar di balik pintu.

Aldrich, yang duduk di belakang meja kerjanya, tengah tenggelam dalam tumpukan berkas. Kacamata kerja bertengger di hidungnya, menambah kesan serius, meski ketampanannya tetap terpancar tanpa usaha.

Dia tidak langsung menjawab, sibuk menandatangani dokumen terakhir sebelum mengangkat kepalanya.

“Masuk,” sahutnya, suara beratnya terdengar santai namun tegas.

Valerie membuka pintu dan melangkah masuk. Tatapan Aldrich tetap terpaku pada dokumen, tidak sedikit pun meliriknya.

Valerie mendekat, meletakkan sebuah map di meja. “Ini ada laporan yang harus Bapak tanda tangani,” katanya dengan nada formal.

Baru saat itu Aldrich mengangkat wajahnya, melepas kacamatanya dengan gerakan perlahan yang elegan. Dia menatap Valerie dengan sorot mata yang sulit diterjemahkan, kemudian mengisyaratkan dengan dagunya.

“Ke sini, lebih dekat.”

Valerie mendengus, tapi menurut. Dia melangkah ke sisi meja Aldrich.

“Apa itu?” tanya Aldrich dengan nada datar, m
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 040 [ALDRICH... INI MASIH DI KANTOR]

    “Ada apa?” Valerie bertanya ketika dia masuk ke ruangan Aldrich. Suaranya datar, tetapi ada sisa-sisa nada kesal dari kejadian sebelumnya.Aldrich mendongak dari dokumen yang sedang dia baca. Matanya tajam di balik bingkai kacamata yang membuatnya terlihat semakin berwibawa. Namun, senyum kecil di sudut bibirnya tidak bisa disembunyikan, seolah menyimpan rahasia yang hanya dia tahu.“Masuk,” katanya, lalu bersandar santai di kursinya, mengamati Valerie dari ujung rambut hingga ujung kaki.Valerie melangkah mendekat, matanya langsung tertuju pada tumpukan dokumen di meja Aldrich. “Tadi kau bilang hanya perlu tanda tanganku untuk tambahan dokumen, tapi ini?” Dia melirik setumpuk kertas yang disodorkan Aldrich dengan alis terangkat. “Ini lebih mirip laporan keuangan lengkap!”Aldrich menyandarkan tubuhnya ke kursi, satu tangan menopang dagunya. “Anggap saja ini kontribusimu pada perusahaan. Atau mungkin... pada aku?” godanya ringan.Valerie mendengus. “Kalau ini strategi untuk membuat

    Last Updated : 2024-12-18
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 041 [SKENARIO]

    Aldrich menatap Valerie dengan penuh intensitas, bibirnya melengkung dalam senyum yang menggoda. "Kau tidak akan pergi ke mana-mana, bukan?" bisiknya, nadanya rendah namun tegas.Valerie mencoba merespon dengan ketegasan, tapi tubuhnya seolah membeku di tempat. Sebelum dia bisa menjawab, Aldrich sudah kembali mendekat, kedua tangannya memegang lembut wajah Valerie.Ciuman itu kembali hadir, tapi kali ini lebih dalam, lebih intens. Bibir Aldrich bergerak dengan keyakinan, memimpin ciuman mereka tanpa terburu-buru. Valerie merasakan dunia di sekitarnya memudar, seolah hanya ada mereka berdua dalam ruang itu.Tangan Aldrich perlahan turun ke punggung Valerie, menekan lembut, mendorongnya lebih dekat hingga tidak ada ruang di antara tubuh mereka. Valerie, meski awalnya ragu, membiarkan dirinya larut dalam kehangatan Aldrich. Jemarinya menggenggam kerah jas pria itu, seolah mencari pegangan.Aldrich berhenti sejenak, menatap Valerie dengan napas yang mulai tidak teratur. “Aku tidak bis

    Last Updated : 2024-12-18
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 042 [MALAM GALA]

    “Selamat malam, babe.”Suara Aldrich terdengar lembut namun penuh pesona ketika dia membuka pintu mobil untuk Valerie. Malam itu, Valerie tampak memukau dalam dress hitam elegan dengan potongan off-shoulder yang menonjolkan leher jenjang dan tulang selangkanya. Dress itu membalut tubuhnya dengan sempurna, memanjang hingga mata kaki dengan sedikit belahan di sisi kiri. Sebuah kalung berlian tipis menghiasi lehernya, sementara rambutnya ditata dengan gaya modern yang memberi kesan anggun dan memikat.Aldrich berdiri di samping mobil, tampak tak kalah memikat. Pria itu mengenakan setelan tuxedo hitam yang dijahit rapi, dipadukan dengan dasi kupu-kupu dan kemeja putih bersih. Rambut hitamnya ditata rapi ke belakang, memberikan kesan profesional dan maskulin. Sorot matanya yang tajam namun lembut menambah daya tariknya, membuatnya terlihat seperti tokoh utama di film klasik yang sempurna.“Luar biasa,” kata Aldrich pelan, matanya terpaku pada Valerie. “Dress ini terlihat lebih indah saa

    Last Updated : 2024-12-19
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 043 [IDENTITAS]

    "Ingat, Val. Ini hanya permainan!" batin Valerie.Mencoba meyakinkan dirinya sendiri saat langkahnya bergandengan dengan Aldrich menuju tengah ballroom. Dia tersenyum tipis pada para tamu yang menatap mereka dengan rasa ingin tahu, tetapi hatinya terus mengingatkan bahwa semua ini hanyalah sandiwara.Namun, suasana berubah ketika Bella, masih dengan gaun merah menyala yang mencolok, mendekati mereka lagi. Kali ini, wajahnya dipenuhi rasa tidak suka yang tak tersamarkan.“Valerie,” katanya dengan nada manis palsu. “Aku heran, apa yang Aldrich lihat darimu? Maksudku, kau hanya seorang sekretaris rendahan, kan?”Valerie menghela napas panjang, berusaha tetap tenang. Dia tahu Bella sengaja memancing keributan. Sebelum dia sempat membalas, Aldrich berbicara lebih dulu, suaranya tajam namun tetap tenang.“Bella, berhenti mempermalukan dirimu sendiri.”Bella terkekeh kecil, tidak menggubris peringatan Aldrich. Dia justru mendekat ke Valerie, menatapnya dari ujung kepala hingga kaki dengan

    Last Updated : 2024-12-19
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 044 [DANSA]

    Valerie mendelik ke arah ayahnya. “Ayah, sudah kubilang ini hanya sementara. Aku belum sepenuhnya setuju dengan—”“Aldrich adalah pilihan yang sempurna, Valerie,” potong Bastian dengan nada penuh keyakinan. “Dia pria yang cerdas, sukses, dan berasal dari keluarga terhormat. Aku tidak akan membiarkanmu melepaskan kesempatan emas ini.”Aldrich, meski terbiasa dengan situasi seperti ini, tetap menjaga sikapnya. “Tuan Bastian, saya sangat menghormati keputusan Anda. Tapi, tentu saja, kebahagiaan Valerie adalah prioritas utama saya.”Bastian tertawa kecil. “Itulah yang membuatku yakin padamu, Aldrich. Kau tahu bagaimana memperlakukan seorang wanita, terutama putriku. Jangan biarkan dia terlalu keras kepala.”Valerie menghela napas panjang, mencoba menahan ketidaksukaannya terhadap campur tangan ayahnya. Namun, dia tahu ini bukan waktu atau tempat untuk memperdebatkannya. “Ayah, aku bisa memutuskan sendiri. Aldrich tahu itu.”Bastian menatap Valerie sejenak, lalu tersenyum tipis. “Kau ter

    Last Updated : 2024-12-19
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 045 [MEMEGANG KENDALI]

    Setelah pulang dari pesta, Aldrich membawa Valerie kembali ke mansion nya. Kali ini, suasana di antara mereka terasa lebih santai, jauh dari kecanggungan seperti sebelumnya.Valerie melangkah ke dalam kamar utama Aldrich yang mewah, dengan dekorasi modern dan warna-warna netral yang menciptakan suasana nyaman.“Kau ingin membersihkan diri terlebih dahulu?” tanya Aldrich santai sembari membuka kancing kemejanya satu per satu.Valerie menggeleng, lalu melepaskan sepatu hak tingginya sebelum menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang besar berlapis seprai sutra putih. Dia memiringkan tubuhnya, menopang kepala dengan tangan, matanya tertuju pada Aldrich yang kini berdiri hanya beberapa langkah darinya.Aldrich melemparkan kemejanya sembarangan ke kursi di sudut ruangan, memperlihatkan tubuh atletisnya dengan otot-otot yang terdefinisi sempurna. Cahaya lampu di kamar itu mempertegas lekukan tubuhnya, membuat Valerie tanpa sadar mengamati lebih lama dari yang seharusnya.“Menikmati pemandangan

    Last Updated : 2024-12-19
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 046 [DESAHAN YANG BERSAUTAN]

    "Ahh...."Valerie menutup mulutnya dengan tangan, mencoba meredam desahannya. Wajahnya bersemu merah, seolah panas dari tubuh Aldrich telah menjalar ke seluruh tubuhnya. Sebelah tangannya yang lain meremas selimut, mencengkeramnya dengan kuat, sementara kain itu sudah kusut tak beraturan.Aldrich menundukkan tubuhnya, wajahnya tenggelam di lekukan leher Valerie. Napasnya terasa berat, dan bibirnya menyentuh kulit Valerie dengan lembut namun penuh intensitas. Dia menyesap aroma lembut Valerie, campuran parfum dan esensi alami wanita itu yang membuat pikirannya kacau. Rasanya candu, sebuah ketergantungan yang tak bisa dia jelaskan.“Katakan kau juga menginginkanku, babe,” bisik Aldrich dengan suara serak, hampir seperti perintah, tapi lebih seperti permohonan yang tidak bisa dia tahan lagi.Valerie membuka matanya perlahan, napasnya tersengal. Dia menggigit bibir bawahnya, enggan memberikan jawaban. Dia tahu Aldrich memegang kendali, namun sikapnya yang santai membuat Valerie merasa

    Last Updated : 2024-12-19
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 047 [MASAKAN PERTAMA]

    Pagi itu, Valerie terbangun lebih dulu. Tubuhnya terasa kaku dan nyeri di setiap sendi, mengingat malam yang panjang. Dia melirik wajah Aldrich yang tertidur dengan tenang, seolah tidak pernah menyiksa dirinya beberapa jam sebelumnya. Matanya lalu berpindah pada jam dinding yang menunjukkan pukul 05.30. Itu artinya dia hanya tidur dua jam."Tenaganya benar-benar tidak masuk akal," keluh Valerie sambil menggelengkan kepala.Perlahan, dia memungut pakaian yang berserakan di lantai dan melangkah menuju kamar mandi. Begitu membuka pintu, aroma khas kayu cedar dan mint menyambutnya. Kamar mandinya luas dan modern, dengan dinding marmer hitam yang memantulkan cahaya lembut dari lampu gantung kecil. Shower berbentuk persegi besar menggantung di langit-langit, mengalirkan air seperti hujan deras yang menyegarkan. Valerie memutar keran dan membiarkan air hangat mengalir deras di atas kepalanya, meluruhkan lelah dan sisa malam tadi. Uap mulai memenuhi ruangan, membungkusnya dalam kehangatan

    Last Updated : 2024-12-19

Latest chapter

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 147

    Valerie melangkah masuk ke lobi perusahaan dengan penuh percaya diri. Sepasang kaki jenjangnya yang terbungkus stiletto hitam mengayun anggun, berpadu dengan rok pensil selutut yang membentuk lekuk tubuhnya. Blus putih berpotongan rapi membalut tubuh rampingnya dengan sempurna, dipermanis dengan blazer tipis yang menggantung di lengannya. Rambut panjangnya yang bergelombang jatuh sempurna di bahu, mempertegas aura elegan seorang wanita yang tahu betul caranya membawa diri.Namun, baru saja ia hendak menuju ruangannya, suara nyaring yang sudah tak asing lagi terdengar memenuhi ruangan.“Kau datang ke perusahaan ini seolah milik ayahmu saja!”Valerie menghela napas pelan sebelum mengangkat dagunya sedikit. Di hadapannya berdiri Alicia, dengan ekspresi sinis dan tangan yang terlipat di dada. Wanita itu mengenakan gaun ketat berwarna merah marun, dengan potongan rendah yang menonjolkan setiap lekuk tubuhnya. Rambut panjang lurusnya tergerai, dengan riasan yang sedikit berlebihan untuk

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 146

    Valerie berdiri di depan pantry dengan wajah sedikit mengantuk, mengenakan kemeja Aldrich yang kebesaran di tubuhnya. Kancing atas terbuka, memperlihatkan sedikit tulang selangkanya yang indah, sementara ujung kemeja jatuh hingga pertengahan pahanya. Rambut panjangnya berantakan, bukti dari malam yang panjang dan panas bersama Aldrich.“Garam, penyedap... apalagi ya?” gumamnya pelan, mengetuk-ngetukkan jari di meja sambil berpikir.Dia bukan seseorang yang ahli dalam memasak. Seumur hidupnya, selalu ada pelayan atau chef yang menyiapkan makanan untuknya. Namun, setelah hidup mandiri dan semakin dekat dengan Aldrich, Valerie merasa ingin mencoba sesuatu yang baru—termasuk membuat nasi goreng dadakan pagi ini.Lagipula, Aldrich juga pernah memasakkan sesuatu untuknya. Rasanya tidak adil jika dia hanya menerima tanpa memberi balasan.Menghela napas, Valerie membuka kulkas, mengeluarkan beberapa bahan yang menurutnya bisa digunakan. Dia menatap bawang merah dan bawang putih di tangannya

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 145

    Aldrich menyeringai kembali, matanya berbinar penuh hasrat. Tanpa ragu, ia menarik tengkuk Valerie, memperdalam ciuman mereka setelah mendengar wanita itu mengatakan tidak akan pulang malam ini.Ciumannya semakin dalam, semakin menuntut. Aldrich melumat bibir Valerie dengan intensitas yang membuat napas mereka saling bercampur. Tangannya merambat ke punggung Valerie, menekan tubuhnya lebih erat ke dadanya yang bidang.Saat Valerie mulai kehilangan kendali, Aldrich pun melepaskan ciumannya, hanya untuk menurunkan bibirnya ke rahang Valerie, menelusuri garis lembutnya sebelum akhirnya mendarat di leher jenjang wanita itu. Ia mengecapnya pelan, kemudian menggigit kecil, menikmati bagaimana tubuh Valerie menegang di bawah sentuhannya."Vanila yang kurindukan," bisiknya, suaranya serak dan dalam, menggema di kulit Valerie, membuat bulu kuduknya meremang.Tanpa memberi kesempatan Valerie untuk berpikir, Aldrich kemudian melingkarkan lengannya di pinggang wanita itu dan dengan mudah merebah

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 144

    "Kau benar-benar tidak tertarik padaku?" tanya Aldrich, suaranya lebih dalam dari biasanya.Menatap Valerie dengan mata yang sulit ditebak. Ada keraguan, ada penasaran, dan sedikit—hanya sedikit—kesedihan yang terselip di sana.Valerie terkekeh, nada tawanya sedikit berat karena efek alkohol yang mulai menguasai dirinya. Ia mengangkat gelas wine ke dahinya, membiarkan dinginnya menyentuh kulitnya sejenak sebelum matanya terpejam. Beberapa detik berlalu, lalu ia membuka matanya lagi, menatap Aldrich dengan sorot yang sulit diartikan."Aku suka," katanya, suaranya samar dan menggoda.Aldrich mencondongkan tubuhnya ke depan, ekspresinya berubah serius. "Lalu mengapa kau menolakku?" tanyanya, ada nada sedih.Valerie tersenyum miring, lalu mencondongkan tubuhnya juga, jari-jarinya menyentuh bahu Aldrich dengan lembut. "Dengar," katanya pelan, suaranya hampir seperti bisikan. Ia kemudian meletakkan gelasnya ke atas meja, seolah ingin lebih fokus pada percakapan mereka. "Kau itu lelaki pil

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 143

    "Aku tidak tahan!"Valerie hampir saja berdiri, tapi sebelum dia sempat menggeser kursinya, Jennifer dan Charlos sudah lebih dulu bangkit. Wanita itu menempel mesra di lengan Charlos, tangannya melingkar erat seolah menandai kepemilikannya.Valerie menyipitkan mata, mengamati keduanya yang berjalan keluar dari kafe dengan penuh percaya diri, seakan tak peduli dengan tatapan orang-orang sekitar. Jennifer bahkan tertawa kecil sambil menepuk dada Charlos sebelum mereka benar-benar menghilang di balik pintu kaca."Akhirnya mereka pergi juga," keluh Valerie, lalu menjatuhkan dirinya kembali ke kursi dengan napas panjang.Aldrich, yang sejak tadi menyaksikan reaksinya dengan ekspresi terhibur, terkekeh santai. "Apa kau juga ingin pergi? Tidak perlu menebak, mereka pasti berakhir di hotel malam ini."Valerie menoleh cepat, menatap Aldrich dengan wajah setengah kesal. "Aku tidak peduli!" ketusnya, memutar bola mata.Tapi Aldrich tidak tertipu. Dia melihat bagaimana Valerie meneguk minumannya

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 142

    “Aku tidak tahu mengapa bisa sebuta itu dan menyukai dia!” keluh Valerie, sebelum meneguk minumannya dengan gerakan cepat dan kesal.Di hadapannya, Aldrich hanya terkekeh kecil. Saat pelayan datang membawa cangkir espresso keduanya, ia mengangguk singkat sebagai tanda terima kasih, lalu kembali memusatkan perhatiannya pada Valerie.“Wajar saja jika manusia khilaf,” komentarnya santai, nada suaranya penuh hiburan melihat ekspresi kesal Valerie.Valerie menghela napas panjang, lalu diam-diam mengangguk, mengakui kebenaran ucapan Aldrich. Dahulu, ia benar-benar menganggap Charlos sebagai pria baik. Seseorang yang ia pikir akan selalu ada untuknya. Namun kenyataannya, pria itu dengan mudah mengkhianatinya, memilih sahabatnya sendiri, Jennifer—dan meninggalkan Valerie begitu saja.Dan sekarang? Mendengar sendiri rencana busuk serta percakapan menjijikkan antara Charlos dan Jennifer membuatnya ingin menertawakan dirinya sendiri. Dulu, ia begitu bodoh hingga menangisi pria brengsek seperti

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 141

    "Jadi?" Charlos menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap Jennifer dengan penuh selidik. "Apa rencanamu?"Jennifer tersenyum kecil, matanya bersinar licik. Dengan gerakan anggun, ia mengaduk kopinya perlahan sebelum menjawab, "Kita akan memainkan kesetiaan sebagai senjata. Buat Aldrich percaya bahwa Valerie masih mencintaimu, bahwa hubungan kalian belum benar-benar berakhir."Charlos mengangkat alis, belum sepenuhnya yakin. "Dan kau yakin itu akan berhasil?"Jennifer tertawa pelan, suara lembutnya penuh racun. "Tentu saja." Ia menatap Charlos tajam. "Valerie meninggalkanmu karena perselingkuhanmu denganku. Sekarang, bagaimana jika Aldrich berpikir Valerie masih berharap kembali padamu? Pria sepertinya tak akan tahan dengan pengkhianatan. Dia pasti akan membenci Valerie."Charlos mengusap dagunya, perlahan senyum terbentuk di wajahnya. Membayangkan skenario itu, membayangkan Valerie yang kaya raya dan terluka, kembali dalam genggamannya, terdengar sangat menarik.Dulu, ia meningga

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 140

    “Kau tersenyum?” tanya Valerie tak percaya.Aldrich baru saja memintanya menemani lembur, tapi tiba-tiba pria itu malah sibuk dengan ponselnya, mengabaikan Valerie yang menunggu dengan tumpukan berkas di depan. Jam sudah menunjukkan pukul 19.00, kantor mulai sepi, hanya tersisa mereka berdua di ruangan ini.Aldrich yang baru saja menerima pesan dari mata-matanya tentang pergerakan Charlos dan Jennifer terkekeh pelan. Ia mengunci ponselnya dan meletakkannya di atas meja sebelum menatap Valerie dengan senyum yang membuat wanita itu kesal sekaligus penasaran.“Maaf, babe. Aku terlalu fokus.” Suaranya terdengar ringan, tapi ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya.Valerie mendengus, lalu melipat tangan di depan dada, sikapnya seperti seseorang yang sedang merajuk. Namun, detik berikutnya, ia tersadar akan reaksinya sendiri. Mengapa ia bisa bertingkah seperti ini di depan Aldrich dengan begitu alami? Padahal, saat pria itu menyatakan perasaannya, ia dengan tegas menolak.Namun kini, me

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 139

    Charlos mengambil ponsel dan menjawab panggilan itu tanpa basa-basi.“Kau lihat sendiri, kan?” tanya Jennifer di seberang telepon, suaranya penuh dengan kemarahan yang terpendam. “Valerie benar-benar beruntung. Dia mendapatkan Aldrich, sementara aku kehilangan segalanya.”Charlos menyeringai tipis. “Jadi, kau ingin bekerja sama?”Jennifer tertawa kecil. “Aku sudah punya rencana. Kau hanya perlu melakukan bagianmu.”Charlos menyipitkan mata, tertarik. “Apa yang kau rencanakan?”Jennifer tidak langsung menjawab. Hening sesaat sebelum ia berkata dengan suara yang lebih pelan dan berbahaya, “Percayalah, setelah ini, Aldrich tidak akan lagi percaya pada Valerie.”Senyum Charlos semakin lebar. “Kedengarannya menarik.”Mereka berdua akhirnya sepakat untuk bertemu di tempat yang lebih aman untuk membahas rencana mereka lebih lanjut.Sementara itu, di dalam kantor, Aldrich sedang menelpon seseorang dengan ekspresi dingin.“Aku ingin semua gerak-gerik Charlos diawasi,” katanya pada orang di se

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status