Home / Romansa / Jebakan Cinta Sang Pewaris / Chapter 037 [KESEPAKATAN KEDUA]

Share

Chapter 037 [KESEPAKATAN KEDUA]

last update Last Updated: 2024-12-18 14:43:46

“Jadi, bagaimana?” tanyanya, suaranya tenang namun penuh tekanan halus.

Seperti sedang menantang Valerie untuk memberikan jawaban. Aldrich duduk di tepi sofa, menyandarkan tubuhnya santai, tetapi matanya tidak lepas dari Valerie. Senyumnya tipis, seolah yakin bahwa ia sudah memenangkan perdebatan ini.

Valerie menelan ludah, mencoba mengusir rasa gugupnya. Tangannya secara refleks meraih gelas kosong di atas meja, lalu meletakkannya kembali tanpa minum. Ia tidak tahu kenapa, tapi kata-kata Aldrich terus berputar di kepalanya.

“Entahlah, Aldrich.” Valerie menghela napas panjang, kepalanya bersandar ke sofa. “Ini terlalu rumit. Kau tahu itu.”

“Rumit?” Aldrich menaikkan alisnya, menatap Valerie dengan tatapan menilai.

“Apa yang rumit? Aku hanya menawarkan sesuatu yang sederhana. Hubungan tanpa beban. Kita tidak melibatkan perasaan, hanya tubuh. Kita membuat perjanjian, kau akan tetap bebas seperti sekarang.”

“Tapi kita tidak seperti orang lain, Aldrich.” Valerie membalas, nada suaranya t
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 038 [SEPERTI YANG KAU INGINKAN]

    “Jadi, kau benar-benar setuju, ya?” Aldrich bertanya lagi, nada suaranya lebih lembut kali ini.Valerie mendesah pelan, merasa seperti harus mengulang jawabannya untuk kesekian kali. “Aku sudah bilang, aku setuju. Tapi kau tahu ini gila, kan?”Aldrich mengangguk, mengakui hal itu tanpa ragu. “Tentu saja ini gila. Tapi bukankah hidup kita sudah cukup gila sejak awal?”Valerie mengangkat bahu, setuju dengan ucapan Aldrich meski tidak mau mengakuinya. Dia menatap pria itu, matanya menyipit. “Tapi aku punya satu syarat lagi.”“Oh?” Aldrich menatapnya dengan ketertarikan baru. “Katakan.”“Jangan pernah melibatkan pekerjaan dalam... hubungan ini,” Valerie berkata dengan tegas. “Aku tidak mau semua ini memengaruhi profesionalisme kita di kantor.”Aldrich tertawa kecil, seolah-olah itu adalah hal paling mudah yang bisa dia lakukan. “Aku janji. Kau adalah karyawanku yang paling berharga. Aku tidak akan merusaknya hanya karena hubungan ini.”Valerie mendengus, tidak yakin apakah harus merasa

    Last Updated : 2024-12-18
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 039 [BUTUH DI CHARGER]

    “Permisi,” suara Valerie terdengar di balik pintu.Aldrich, yang duduk di belakang meja kerjanya, tengah tenggelam dalam tumpukan berkas. Kacamata kerja bertengger di hidungnya, menambah kesan serius, meski ketampanannya tetap terpancar tanpa usaha. Dia tidak langsung menjawab, sibuk menandatangani dokumen terakhir sebelum mengangkat kepalanya.“Masuk,” sahutnya, suara beratnya terdengar santai namun tegas.Valerie membuka pintu dan melangkah masuk. Tatapan Aldrich tetap terpaku pada dokumen, tidak sedikit pun meliriknya.Valerie mendekat, meletakkan sebuah map di meja. “Ini ada laporan yang harus Bapak tanda tangani,” katanya dengan nada formal.Baru saat itu Aldrich mengangkat wajahnya, melepas kacamatanya dengan gerakan perlahan yang elegan. Dia menatap Valerie dengan sorot mata yang sulit diterjemahkan, kemudian mengisyaratkan dengan dagunya. “Ke sini, lebih dekat.”Valerie mendengus, tapi menurut. Dia melangkah ke sisi meja Aldrich.“Apa itu?” tanya Aldrich dengan nada datar, m

    Last Updated : 2024-12-18
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 040 [ALDRICH... INI MASIH DI KANTOR]

    “Ada apa?” Valerie bertanya ketika dia masuk ke ruangan Aldrich. Suaranya datar, tetapi ada sisa-sisa nada kesal dari kejadian sebelumnya.Aldrich mendongak dari dokumen yang sedang dia baca. Matanya tajam di balik bingkai kacamata yang membuatnya terlihat semakin berwibawa. Namun, senyum kecil di sudut bibirnya tidak bisa disembunyikan, seolah menyimpan rahasia yang hanya dia tahu.“Masuk,” katanya, lalu bersandar santai di kursinya, mengamati Valerie dari ujung rambut hingga ujung kaki.Valerie melangkah mendekat, matanya langsung tertuju pada tumpukan dokumen di meja Aldrich. “Tadi kau bilang hanya perlu tanda tanganku untuk tambahan dokumen, tapi ini?” Dia melirik setumpuk kertas yang disodorkan Aldrich dengan alis terangkat. “Ini lebih mirip laporan keuangan lengkap!”Aldrich menyandarkan tubuhnya ke kursi, satu tangan menopang dagunya. “Anggap saja ini kontribusimu pada perusahaan. Atau mungkin... pada aku?” godanya ringan.Valerie mendengus. “Kalau ini strategi untuk membuat

    Last Updated : 2024-12-18
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 041 [SKENARIO]

    Aldrich menatap Valerie dengan penuh intensitas, bibirnya melengkung dalam senyum yang menggoda. "Kau tidak akan pergi ke mana-mana, bukan?" bisiknya, nadanya rendah namun tegas.Valerie mencoba merespon dengan ketegasan, tapi tubuhnya seolah membeku di tempat. Sebelum dia bisa menjawab, Aldrich sudah kembali mendekat, kedua tangannya memegang lembut wajah Valerie.Ciuman itu kembali hadir, tapi kali ini lebih dalam, lebih intens. Bibir Aldrich bergerak dengan keyakinan, memimpin ciuman mereka tanpa terburu-buru. Valerie merasakan dunia di sekitarnya memudar, seolah hanya ada mereka berdua dalam ruang itu.Tangan Aldrich perlahan turun ke punggung Valerie, menekan lembut, mendorongnya lebih dekat hingga tidak ada ruang di antara tubuh mereka. Valerie, meski awalnya ragu, membiarkan dirinya larut dalam kehangatan Aldrich. Jemarinya menggenggam kerah jas pria itu, seolah mencari pegangan.Aldrich berhenti sejenak, menatap Valerie dengan napas yang mulai tidak teratur. “Aku tidak bis

    Last Updated : 2024-12-18
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 042 [MALAM GALA]

    “Selamat malam, babe.”Suara Aldrich terdengar lembut namun penuh pesona ketika dia membuka pintu mobil untuk Valerie. Malam itu, Valerie tampak memukau dalam dress hitam elegan dengan potongan off-shoulder yang menonjolkan leher jenjang dan tulang selangkanya. Dress itu membalut tubuhnya dengan sempurna, memanjang hingga mata kaki dengan sedikit belahan di sisi kiri. Sebuah kalung berlian tipis menghiasi lehernya, sementara rambutnya ditata dengan gaya modern yang memberi kesan anggun dan memikat.Aldrich berdiri di samping mobil, tampak tak kalah memikat. Pria itu mengenakan setelan tuxedo hitam yang dijahit rapi, dipadukan dengan dasi kupu-kupu dan kemeja putih bersih. Rambut hitamnya ditata rapi ke belakang, memberikan kesan profesional dan maskulin. Sorot matanya yang tajam namun lembut menambah daya tariknya, membuatnya terlihat seperti tokoh utama di film klasik yang sempurna.“Luar biasa,” kata Aldrich pelan, matanya terpaku pada Valerie. “Dress ini terlihat lebih indah saa

    Last Updated : 2024-12-19
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 043 [IDENTITAS]

    "Ingat, Val. Ini hanya permainan!" batin Valerie.Mencoba meyakinkan dirinya sendiri saat langkahnya bergandengan dengan Aldrich menuju tengah ballroom. Dia tersenyum tipis pada para tamu yang menatap mereka dengan rasa ingin tahu, tetapi hatinya terus mengingatkan bahwa semua ini hanyalah sandiwara.Namun, suasana berubah ketika Bella, masih dengan gaun merah menyala yang mencolok, mendekati mereka lagi. Kali ini, wajahnya dipenuhi rasa tidak suka yang tak tersamarkan.“Valerie,” katanya dengan nada manis palsu. “Aku heran, apa yang Aldrich lihat darimu? Maksudku, kau hanya seorang sekretaris rendahan, kan?”Valerie menghela napas panjang, berusaha tetap tenang. Dia tahu Bella sengaja memancing keributan. Sebelum dia sempat membalas, Aldrich berbicara lebih dulu, suaranya tajam namun tetap tenang.“Bella, berhenti mempermalukan dirimu sendiri.”Bella terkekeh kecil, tidak menggubris peringatan Aldrich. Dia justru mendekat ke Valerie, menatapnya dari ujung kepala hingga kaki dengan

    Last Updated : 2024-12-19
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 044 [DANSA]

    Valerie mendelik ke arah ayahnya. “Ayah, sudah kubilang ini hanya sementara. Aku belum sepenuhnya setuju dengan—”“Aldrich adalah pilihan yang sempurna, Valerie,” potong Bastian dengan nada penuh keyakinan. “Dia pria yang cerdas, sukses, dan berasal dari keluarga terhormat. Aku tidak akan membiarkanmu melepaskan kesempatan emas ini.”Aldrich, meski terbiasa dengan situasi seperti ini, tetap menjaga sikapnya. “Tuan Bastian, saya sangat menghormati keputusan Anda. Tapi, tentu saja, kebahagiaan Valerie adalah prioritas utama saya.”Bastian tertawa kecil. “Itulah yang membuatku yakin padamu, Aldrich. Kau tahu bagaimana memperlakukan seorang wanita, terutama putriku. Jangan biarkan dia terlalu keras kepala.”Valerie menghela napas panjang, mencoba menahan ketidaksukaannya terhadap campur tangan ayahnya. Namun, dia tahu ini bukan waktu atau tempat untuk memperdebatkannya. “Ayah, aku bisa memutuskan sendiri. Aldrich tahu itu.”Bastian menatap Valerie sejenak, lalu tersenyum tipis. “Kau ter

    Last Updated : 2024-12-19
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 045 [MEMEGANG KENDALI]

    Setelah pulang dari pesta, Aldrich membawa Valerie kembali ke mansion nya. Kali ini, suasana di antara mereka terasa lebih santai, jauh dari kecanggungan seperti sebelumnya.Valerie melangkah ke dalam kamar utama Aldrich yang mewah, dengan dekorasi modern dan warna-warna netral yang menciptakan suasana nyaman.“Kau ingin membersihkan diri terlebih dahulu?” tanya Aldrich santai sembari membuka kancing kemejanya satu per satu.Valerie menggeleng, lalu melepaskan sepatu hak tingginya sebelum menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang besar berlapis seprai sutra putih. Dia memiringkan tubuhnya, menopang kepala dengan tangan, matanya tertuju pada Aldrich yang kini berdiri hanya beberapa langkah darinya.Aldrich melemparkan kemejanya sembarangan ke kursi di sudut ruangan, memperlihatkan tubuh atletisnya dengan otot-otot yang terdefinisi sempurna. Cahaya lampu di kamar itu mempertegas lekukan tubuhnya, membuat Valerie tanpa sadar mengamati lebih lama dari yang seharusnya.“Menikmati pemandangan

    Last Updated : 2024-12-19

Latest chapter

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 213

    Ruang interogasi siang itu tak terlalu ramai. Hanya ada dua penyidik, satu pengacara pendamping dari pihak kepolisian, dan Aldrich yang duduk dengan ekspresi tegas di sisi kanan meja.Jennifer duduk di seberang, tangannya terikat borgol, tapi senyumnya masih setengah mengejek seperti biasa. Rambutnya diikat asal, dan tatapannya tajam menusuk ke arah Aldrich.“Jadi,” ujar penyidik, membuka catatan. “Kita ingin memastikan, benar bahwa semua rencana penjebakan, pengawasan, penyebaran video tak senonoh itu berasal dari Anda?”Jennifer menyandarkan tubuh ke sandaran kursi, menarik napas panjang, lalu melirik Aldrich sejenak. Bibirnya terangkat dalam senyum malas.“Ya,” katanya enteng. “Itu semua ideku.”Ruangan mendadak sunyi.Aldrich hanya memiringkan kepala sedikit, menatapnya lebih dalam. “Kenapa, Jennifer?”Jennifer mendecakkan lidah pelan. “Kenapa? Serius nanya begitu?”Ia mengangkat alis, lalu melipat tangan di atas meja. “Kau tahu, dulunya aku dan Valerie itu sahabat. Bestie, begitu

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 212

    “Karena… kamu sangat cantik pagi ini. Dan aku butuh waktu untuk menikmati itu tanpa disela siapa pun,” jawabnya jujur, dengan suara rendah dan dalam.Valerie tertawa kecil, menunduk menahan senyum. “Gombal!”“Tidak.” Aldrich melangkah mendekat. “Kamu makin bersinar sejak hamil. Kulitmu, matamu, senyummu… aku bahkan tidak yakin bisa berkonsentrasi bekerja hari ini.”Valerie menegakkan dagunya, pura-pura berani. “Berarti salahku kamu jadi malas kerja?”“Tentu.” Aldrich menatap mata Valerie begitu dekat sekarang. “Dan karena itu…”Tiba-tiba, ia mencondongkan tubuhnya cepat dan mencuri satu kecupan ringan di bibir Valerie, hanya sekelebat, nyaris tak tersentuh angin.Valerie terkejut. “Aldrich!”Tapi sebelum ia bisa berkata apa-apa lagi, Aldrich sudah menjauh setengah langkah dengan senyum tak berdosa. “Apa? Aku hanya mengambil hakku sebagai tunangan.”“Kalau dilihat Bunda, aku bisa dikunci di kamar sebulan!” Valerie menepuk dada Aldrich dengan gemas, tapi rona merah sudah merayap sampai

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 211

    Suara bel utama mansion menggema lembut ke seluruh penjuru rumah, membuyarkan tawa keluarga kecil itu di ruang makan.Salah satu maid segera berjalan cepat menuju pintu depan. Tak lama, ia kembali sambil tersenyum, membungkuk sedikit kepada Valerie.“Maaf, Nona Valerie… ada tamu. Tuan Aldrich sudah tiba.”Wajah Valerie seketika berubah. Matanya membulat kecil. “Ha? Aldrich?”Sebelum ia bisa berdiri dari kursinya, langkah-langkah mantap terdengar mendekat. Di ambang ruang makan yang luas dan berlapis marmer itu, Aldrich muncul, membawa sebuket bunga peony berwarna putih kekuningan yang indah, dengan satu kantong kertas berisi botol minuman herbal yang tampaknya dikemas dengan cantik.“Pagi semuanya.” Suaranya rendah dan tenang, tapi senyumnya penuh kelembutan, terarah hanya pada satu orang—Valerie.Valerie yang semula bersandar santai kini duduk lebih tegak. Wajahnya langsung merona. Tangannya refleks menyentuh pipinya yang terasa hangat, lalu menatap Aldrich dengan cemberut malu-malu

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 210

    Begitu ia menginjak lantai marmer utama, aroma masakan segar langsung menyergap lebih kuat. Valerie menuju ruang makan, dan saat pintu geser dibuka oleh seorang pelayan lain, matanya langsung dimanjakan oleh pemandangan yang menggugah selera.Ruang makan itu luas, dengan langit-langit tinggi dan lampu kristal utama bergaya baroque menggantung anggun di tengah ruangan. Meja makan panjang dari kayu walnut mengkilat ditata sempurna dengan taplak putih bersih dan peralatan makan perak. Di tengah meja, berjejer aneka masakan yang menggoda. Omelette keju, salmon panggang, salad buah segar, aneka roti dan croissant hangat, potongan alpukat dan telur rebus, bubur ayam kampung, serta teh melati dan kopi hitam yang masih mengepul.Di ujung meja, sang ayah, Bastian, sudah duduk santai dengan koran pagi terbuka di depan wajahnya, namun begitu Valerie masuk, ia menurunkannya dan langsung tersenyum lebar.“Lihat siapa yang akhirnya bangun!” serunya sambil berdiri. “Nak, daddymu curiga, bundamu s

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 209

    Cahaya matahari pagi menyelinap masuk lewat celah tirai kamar Valerie, menyapu lembut wajahnya yang tenang dan sedikit mengantuk. Kulitnya tampak lebih bercahaya dari biasanya, dengan pipi yang merona alami, sebuah pesona baru yang muncul sejak ia mengandung. Rambutnya yang sedikit berantakan justru membingkai wajah ovalnya dengan manis, membuatnya terlihat semakin menawan meski baru saja terbangun.Ia mengenakan daster satin berwarna lembut—biru muda dengan renda tipis di bagian lengan dan kerah. Bahannya yang jatuh mengikuti lekuk tubuh membuatnya tampak anggun meski dalam kesederhanaan. Valerie menggeliat pelan di atas ranjang, lalu meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas.Senyuman tipis langsung mengembang di wajahnya begitu layar menyala, ada notifikasi dari Aldrich.Aldrich [07.02 AM]:Pagi, sayang. Sudah bangun?Valerie mengetik dengan cepat, senyumnya makin lebar.Valerie [07.03 AM]:Sudah. Tapi belum mandi. Masih mager di kasur.Kenapa tidak bangunkan aku langsung saja?

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 208

    Malam telah turun dengan damai, membungkus mansion megah milik keluarga Bastian dalam kehangatan yang elegan. Di ruang makan utama, cahaya lampu gantung berkilau keemasan, memantulkan bayangan hangat di dinding-dinding tinggi yang dihiasi lukisan klasik.Di meja makan panjang yang ditata rapi dengan peralatan makan mewah berlapis emas, duduklah Valerie, Aldrich, Bastian, dan sang Bunda. Wanita anggun itu mengenakan blus sutra krem yang memancarkan ketenangan, duduk di samping suaminya dengan tatapan penuh cinta pada anak semata wayangnya.Makan malam berlangsung dalam obrolan ringan dan senyum yang tak putus-putus. Sampai akhirnya Valerie meletakkan garpunya perlahan, menatap kedua orang tuanya dengan ekspresi hangat yang terselip gugup.“Ayah, Bunda…” ucap Valerie lirih. “Aku ingin memberitahu sesuatu.”Bunda Valerie segera menatap putrinya itu dengan lembut. “Apa, sayang?”Valerie meraih tangan ibunya, lalu melirik Aldrich yang duduk di sebelahnya, memberi anggukan kecil penuh duku

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 207

    Langit mulai beranjak senja saat rombongan mobil hitam mewah memasuki gerbang besar bergaya klasik Eropa yang berdiri megah di ujung jalan pribadi sepanjang hampir satu kilometer. Pagar besi berornamen emas terbuka perlahan, menampilkan pemandangan mansion Bastian yang seperti diambil dari halaman majalah arsitektur kelas dunia.Mansion itu berdiri tiga lantai dengan dominasi marmer putih krem, jendela-jendela tinggi berbingkai emas matte, dan pilar-pilar kokoh menjulang. Air mancur dengan patung kuda berlapis perunggu menjadi pusat taman depan, dengan rumput yang dipangkas sempurna dan lampu-lampu taman mulai menyala hangat seiring langit menggelap.Saat mobil berhenti, beberapa bodyguard berbadan tegap segera membuka pintu. Valerie turun terlebih dahulu, mengenakan dress soft pink selutut yang membentuk tubuh rampingnya. Flat shoes putihnya menyentuh marmer dengan langkah anggun. Di belakangnya, Aldrich turun dengan gaya khasnya—jas casual warna arang, kemeja putih berpotongan pas

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 206

    Suasana lorong rumah sakit yang tadinya hanya dipenuhi langkah tenang dan percakapan pelan berubah dalam sekejap. Seorang wanita dengan balutan blouse ketat berwarna merah marun dan rok pensil hitam selutut berjalan mendekat. Tubuhnya tinggi, lekuknya jelas, dan aroma parfum mahal yang menyengat langsung menyelimuti udara di sekitarnya. Sepasang stilettosnya berdetak nyaring di lantai, membuat beberapa kepala menoleh.Tatapannya langsung tertuju pada Aldrich, seperti sasarannya sudah terkunci sejak awal.“Hai,” ujarnya dengan suara mendesah yang dibuat-buat. “Boleh aku minta nomor teleponmu?”Tanpa memperdulikan Valerie, wanita itu dengan santainya meraih lengan Aldrich. Bahkan, saat Valerie hendak bicara, wanita itu mendorong bahunya perlahan ke samping sambil menambahkan.“Adik manis, kau minggir dulu.”Sentuhan itu tak keras, tapi cukup membuat Valerie sedikit terkejut dan melangkah setengah mundur. Aldrich yang menyadari gerakan itu langsung menoleh cepat ke arah Valerie, dan sa

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 205

    “Jadi, apa yang ingin kau katakan tentang Charlos kemarin malam?” tanya Valerie pelan, matanya tetap tertuju pada layar, tapi perhatiannya jelas hanya untuk pria di sebelahnya.Aldrich menghabiskan sisa popcorn di dalam mulutnya, lalu menoleh menatap Valerie. Dengan santai namun penuh intensi, tangannya yang berada di bahu Valerie menarik wanita itu semakin mendekat. Tanpa berkata apa-apa terlebih dulu, Aldrich menunduk dan melabuhkan satu kecupan lembut di bibir Valerie.Ciuman itu singkat, tapi cukup untuk membuat darah Valerie berdesir. Wajahnya otomatis memerah, namun ia dengan cepat mengontrol ekspresinya, pura-pura tetap biasa saja meski jantungnya berdebar dua kali lebih kencang.Aldrich tersenyum kecil atas reaksi Valerie, lalu menjawab dengan nada tenang, “Dia mengakui semuanya, sayang. Dan kemungkinan sidang pertamanya tidak akan lama lagi.”Valerie mengangguk pelan, lalu memiringkan tubuhnya agar bisa lebih fokus mendengarkan. Tatapan Aldrich berubah serius saat melanjutka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status