Matahari sangat panas. Mbak Cla tidak ingin aku mengikat rambutku. Dia berpikir para pemain golf pria menyukai rambut yang digerai. Tapi tidak bagiku, sangat panas di luar sini. Aku mengambil es batu dalam box pendingin dan menggosokkan ke leherku. Aku hampir berada di lubang 15 untuk ketiga kalinya.
Tidak ada yang bangun pagi ini ketika aku keluar dari kamar. Piring-piring kotor masih ada di meja. Aku membereskannya dan membuang makanan yang ada di panci yang dia tinggalkan sepanjang malam. Membuatku sedih melihat makanan itu dibuang. Baunya sangat enak semalam saat aku pulang.
Lalu aku membuang botol amggur kosong dan mengambil gelas-gelas diluar disamping meja tempat aku menyaksikan Rudy melakukan hal itu dengan seorang gadis.
Kembali ke lapangan yang panas, aku berhenti disamping kelompok pemain golf di lubang ke 15. Mereka masih muda. Aku pernah melihat mereka berada di lubang ke 3. Mereka membeli banyak minuman dan memberi banyak tips.
"Itu dia." Salah satu orang berteriak saat aku berhenti di samping mereka dan tersenyum.
"Ah, gadis favoritku kembali. Disini sangat panas seperti neraka. Aku butuh minuman dingin satu, atau mungkin dua."
Aku memarkir kereta dan keluar memutar kebelakang dan mengambil pesanan mereka.
"Kau ingin Bir?" Aku bertanya padanya.
"Ya, sayang aku mau." Dia mengedipkan mata dan berjalan mendekatiku membuatku sedikit tidak nyaman.
"Hei aku juga ingin satu Martin. Mundur." Kata pria lain dan aku terus tersenyum saat aku menyerahkan bir dan dia menyodorkan lima puluh ribu. "Simpan saja kembaliannya."
"Terima kasih." Jawabku, menyelipkan uang ke sakuku. Aku melihat ke pria yang lainnya. "Siapa lagi?"
"Aku." Seorang pria dengan rambut cokelat pendek dan mata hijau yang cantik berkata sambil melambaikan tangannya.
"Kau ingin bir yang jeruk kan?" tanyaku meraih minuman di box pendingin dan menarik keluar minuman yang dipesannya saat terakhir kali.
"Kurasa aku jatuh cinta. Dia cantik dan dia ingat bir apa yang kuminum. Lalu dia membukanya untukku." Aku tahu dia hanya menggoda sambil menyodorkan uang ditanganku dan mengambil bir dariku. "Kembaliannya untukmu cantik."
Aku melihat uang lima puluh ribu rupiah saat kumasukkan kedalam sakuku. Para pria ini benar-benar tidak keberatan membuang-buang uang.
"Siapa namamu?" Seseorang bertanya dan aku berpaling untuk melihat seorang pria berambut hitam gelap sedang menunggu pesanannya.
"Aileen."Jawabku mengambil bir dari box pendingin dan membukanya untuknya.
"Kau punya pacar Aileen?" Tanyanya saat mengambil minuman dariku.
"Um, tidak." Jawabku, tidak yakin apakah mungkin lebih baik berbohong dalam situasi seperti ini.
Pria itu mendekat ke arahku dan mengulurkan tangannya membayar dengan tip. "Aku Raka." Pandangan insten dalam matanya yang gelap membuatku gugup. Apa dia sedang menggodaku?
"Tidak adil. Mundur bro. Kau harus berusaha maksimal dengan gadis satu ini. Hanya karena ayahmu pemilik tempat ini, tidak berarti kau harus yang pertama." Canda salah satu pria. Aku pikir dia sedang bercanda.
Raka mengabaikan temannya dan tetap fokus padaku. "Jam berapa kau selesai bekerja?"
Jika ayah Raka adalah bos utamaku. Aku tidak perlu menghambiskan waktuku dengan putra pemilik klub golf ini. Aku bisa bayangkan akan terjadi sesuatu yang buruk.
"Aku bekerja sampai tutup." Aku menjelaskan padanya.
"Kenapa kau tidak membiarkan aku menjemputmu dan mengajakmu untuk makan malam?" Kata Raka, berdiri sangat dekat denganku sekarang.
Maaf aku lelah. Aku ingin istirahat."
Napas hangan menggelitik telingaku. "Apa kau takut padaku? Jangan. Aku tidak berbahaya."
Aku tidak yakin apa yang harus kulakukan. "Kau tidak menakutiku. Aku hanya tidak terbiasa dengan hal semacam ini." Jawabku, aku tidak tahu bagaimana harus meresponnya.
"Hal apa itu?" Dia bertanya, penasaran.
"Pria dan rayuan. Setidaknya itu yang kupikir sedang terjadi sekarang." Aku terdengar seperti orang bodoh. Senyum perlahan-lahan terlihat diwajah Raka membuatku ingin merangkak dibawah mobil golf dan bersembunyi.
"Tentu saja aku sedang merayumu. Dan bagaimana bisa orang yang luar biasa seksi sepertimu tidak terbisa dengan hal semacam ini."
Aku menggeleng. "Aku sibuk beberapa tahun terakhir. Aku harus pergi, pemain berikutnya mungkin sudah marah karena menungguku."
"Raka mengangguk dan mengambil langkah mundur. "Aku belum selesai denganmu, tapi untuk sekarang aku akan membiarkanmu kembali bekerja."
Aku bergegas kembali kesisi pengemudi kereta dan menaikinya. Lubang berikutnya adalah sekelompok pria pensiunan. Aku tidak pernah mencari perhatian untuk dilirik-lirik pria-pria tua dalam hidupku tapi setidaknya mereka tidak menggoda.
Selesai bekerja, ketika aku berjalan ke trukku malam itu aku merasa lega melihat tidak ada tanda-tanda Raka. Seharusnya aku tahu dia hanya menggoda. AKu telah mendapat tips beberapa ratus rupiah hari ini dan aku memutuskan untuk memperlakukan diriku dengan makanan yang benar-benar enak. Aku menuju ke drive-thru Mc Donals dan memesan sebuah cheeseburger dan kentang goreng.Aku makan dengan senang dalan perjalanan kembali ke rumah Rudy. Tidak ada mobil diluar malam ini.
Aku tidak ingin masuk saat dia berhubungan intim dengan seorang gadis. Tapi mungkin saja, dia menjemput seorang gadis dengan mobilnya.. Aku berjalan dan berhenti di ruang tamu. Tidak ada televisi. Tidak ada suara sama sekali, tapi pintu terbuka. AKu tidak harus menggunakan kunci yang disembunyikannya.
Aku berkeringat. Aku harus mandi sebelum pergi tidur. Aku melangkah kedapur dan memeriksa untuk memastikan tidak ada petualangan intim diluar sana. Mandi akan terasa nyaman.
Aku masuk ke kamarku dan meraih boxer lama milik Bobi dan tank top yang kupakai di malam hari. Bobi memberikannya padaku ketika kami masih muda dan konyol. Sekarang jauh lebih ketat daripada dulu. Tubuhku berkebang sejak usia 15.
Aku menarik napas dalam-dalam dari udara laut saat aku melangkah keluar. Ini adalah malam ketiga aku ketika aku disini dan aku benar-benar belum pernah turun ke air laut. Aku sangat lelah ketika pulang, jadi tidak punya tenaga untuk pergi kelaut. Aku menuruni tangga dan meletakkan piyamaku dikamar mandi sebelum melepas sepatuku.
Pasirnya masih hangat dari sinar matahari.Aku berjalan dalam kegelapan sampai ke tepi air mengenai kakiku. Rasa dingin mengejutkanku.
Ibuku tersenyum bercerita tentang saat dia bermain dilaut muncul dalam ingatanku dan aku memiringkan kepalaku ke langit dan tersenyum. Aku akhirnya disini. Aku disini untuk kita bedua.
Sebuah suara disisi kiri memecahkan pikiranku. AKu berbalik untuk memandang ke arah suara. Cahaya bulan dari langit bersinar ketika Rudy sedang berlari dalam kegelapan.
Sekali lagi, ia bertelanjang dada. Celana pendek yang ia kenakan di pinggangnya dan aku terpesona olehnya saat dia berlari kearahku. Aku tidak yakin, apakah aku harus berbalik menjauh. Kakinya melambat dan dia berhenti disampingku. Keringat di dadanya berkilau dalam cahaya lembut bulan. Anehnya aku ingin menyentuhnya.
"Kau kembali." Katanya sambil mengambil napas.
"Aku baru saja pulang kerja." Jawabku, berusaha keras untuk menjaga mataku padanya dan tidak pada dadanya.
"Jadi kau mendapat pekerjaan?"
"Ya, kemarin."
"Dimana itu?"
Aku tidak yakin tentang bagaimana memberitahunya. Dia bukan teman. Dan jelas aku tidak pernah dianggap sebagai keluarganya. Orangtua kami mungkin menikah tapi dia sepertinya tidak ingin berhubungan dengan ayahku atau aku.
"Rooftop klub." Jawabku.
Alis Rudy terangkat dan ia mengambil langkah mendekatiku. dia menyelipkan tangan dibawah daguku dan memeringkan wajahku.
"Kau memakai maskara." Katanya, sambil mengamatiku.
"Ya." Aku menarik daguku dari genggamannya. Dia mungkin membiarkanku tidur dirumahnya tapi aku tidak suka dia menyentuhku tanpa ijinku. Atau mungkin aku menyukai dia menyentuhku dan itulah masalahnya.
"Itu membuatmu terlihat lebih tua." Dia melangkah mundur dan perlahan-lahan mengamatiku. "Kau gadis kereta di lapangan golf."
"Bagaimana kau tahu." Tanyaku.
Dia melambaikan tangannya padaku. "Pakaian itu.Celana pendek putih kecil dan kaus polo. Ini seragam."
Aku senang karena gelap. aku yakin wajahku memerah.
"Kau mendapat keuntungan besar. Benarkan?" Tanyanya dengan nada geli.
Aku menghasilkan lebih dari lima ratus ribu rupiah dalam dua hari. Itu bukan keuntungan besar untuknya. Tapi untukku. iya.
Aku mengangkat bahu. "Kau akan lega jika tahu kalau aku akan keluar dari sini dalam waktu kurang dari sebulan."
"Dia tidak menanggapi. Aku mungkin harus meninggalkannya dan pergi untuk mandi. Aku mulai mengatakan sesuatu ketika dia mengambil langkah mendekatiku. "Aku mungkin seharusnya lega. Benar-benar lega. Tapi aku tidak lega. Aku tidak lega Aileen." Dia berhenti dan membungkuk dan berbisik ditelingaku. "kenapa begitu?"
Bagaimana aku tahu itu! Aku ingin meraih dan memegang tangannya agar aku tidak jatuh ke tanah. Tapi aku menahan diri.
"Jaga jarak dari, Aileen. Semalam." Dia menelan ludah. "Kejadian semalam menghantuiku. Kau melihatnya. Membuatku gila. Jadi menjauhlah. Aku melakukan yang terbaik untuk menjauh darimu." Dia berbalik dan berlari kembali kerumah saat aku berdiri disana mencoba untuk tidak terjatuh di pasir pantai.
Apa maksudnya? Bagaimana dia tahu aku melihat mereka? Ketika aku melihat pintu rumah tertutup dibelakangnya aku masuk dan mandi. Kata-katanya terus membuatku terjaga sepanjang malam.
Menjauh dari Rudy tidaklah mudah apalagi kami tinggal di bawah atap yang sama. Walaupun fia berusaha menjaga jarak, kami tetap bertemu. Dia juga menghindari kontak mata denganku, tapi semua itu makin membuatku terpesona padanya.2 hari setelah percakapan kami di pantai, aku melangkah memasuki dapur setelah memakan roti isi mentega kacangku dan kembali disambut oleh gadis setengah telanjang lain lagi. Rambutnya berantakan, dia adalah gadis yang cantik.Gadis itu berbalik dan melihatku. Ekspresi terkejutnya dengan cepat berubah menjadi tidak suka. Dia berkacak pinggang, "Apakah kau baru saja keluar dari tempat penyimpanan?""Ya. Apakah kau baru saja turun dari tempat tidur Rudy?" Kataku. Itu keluar begitu saja dari mulutku sebelum aku dapat menghentikan diriku. Rudy sendiri sudah menegaskan bahwa kehidupan seksualnya sama sekali bukan urusanku. Aku seharusnya menutup mulutku.Gadis itu menaikkan alisnya yang berbentuk sempurna kemudian senyum terlihat di bi
Aku duduk diatas tempat tidur mendengar tawa dan musik yang berasal dari dalam rumah. Aku ragu mengambil keputusan untuk datang ke pesta seharian. untuk terakhir kalinya aku mengambil keputusan untuk datang dan mengenakan satu-satunya gaun terbagus yang kumiliki. Gaun itu berwarna biru yang ketat pada bagian dada dan pinggangu,dan ujungnya tergantung disekitar pahaku. Aku membeli gaun ini ketika Bobi mengajakku ke pesta perpisahan sekolah.Kemudian dia di nominasikan sebagai raja angkatan itu dan seorang gadis bernama Grace menjadi ratunya. Grace ingin menghadiri acara itu bersama dengan Bobi, yang kemudian Bobi menelponku dan bertanya apakah dia boleh pergi ke acara itu dengan Grace saja. Aku menyrtujuinya lalu menggantung kembali gaun itu. Malam itu aku dan ibuku menonton 2 film sambil makan brownies. Keesokkan harinya semua orang berbicara mereka menang dan mereka terlihat keren karena hadir sebagai pasangan. Itu adalah salah satu kenangan yang kuingat ketika ibuku t
Rumah itu sekali lagi berantakan ketika aku bangun keesokan harinya. Kali ini aku meninggalkan kekacauan itu dan langsung pergi bekerja. Aku tidak ingin terlambat. Aku membutuhkan pekerjaan ini. Ayahku belum menelpon untuk memeriksaku dan aku yakin Rudy tidak bicara dengan ibunya atau dengan ayahku. Aku tidak ingin bertanya padanya karena aku tidak ingin kemarahannya pada ayahku akan dilampiaskan padaku.Mungkin saja suatu haru Rudy akan mengusirku pergi saat aku kembali bekerja. Dia terlihat tidak senang ketika dia keluar dari kamarku tadi malam. Apa lagi setelah kejadian semalam.Oh Tuhan apa yang kupikirkan?Aku tidak bisa berpikir hal lain. Itulah masalahnya! Aku tidak bisa mengendalikan diri. Bisa saja, saat aku pulang nanti aku akan melihat tasku diteras luar. Setidaknya, sekarang ak sudah punya cukup uang untuk tinggal di hotel.Memakai celana pendek dan kaus polo, aku berjalan dari kantor menuju ke pintu depan. Aku perlu mengisi absen agar bi
Beberapa mobil diparkir di luar ketika aku pulang ke rumah Rudy setelah bekerja. Paling tidak aku tidak akan memergokinya sedang berhubungan. Aku membuka pintu dan melangkah masuk. Musik terdengar sangat keras. Aku mulai melangkah ke arah dapur ketika aku mendengar suara seorang perempuan. Perutku terasa tidak nyaman. Aku mencoba untuk mengabaikannya, tapi kakiku rasanya tertanam di lantai. Aku tidak bisa bergerak.Aku melihat mereka di sofa. Aku tidak bisa melihat ini lagi. Aku harus keluar dari sini. Sekarang.Aku berputar kembali ke pintu depan, tidak peduli aku melakukannya dengan diam-diam atau tidak. Seketika aku sudah berada di dalam trukku dan keluar dari jalan masuk sebelum salah satu dari mereka menyadari keberadaanku.Dia tahu jam berapa aku pulang bekerja. Faktanya adalah, dia ingin aku melihatnya. Dia sedang mengingatkanku bahwa aku tidak bisa memilikinya. Sekarang aku tidak menginginkannya.Aku menyetir ke arah kota dengan marah pada diriku
Mbak Cla tidak senang aku pindah ke restoran. Dia ingin aku tetap di lapangan. Dia juga ingin aku mengawasi Beti. Kata Bet, dia sudah tidak bersama Martin lagi. Dia bertemu Martin karena Martin menelponnya 20 kali sore itu. Dia bilang padanya jika dia adalah rahasia kecil, mereka sudah berakhir.Martin meminta dan memohon padanya, tapi dia menolak untuk mengakui Beti dalam lingkaran pertemanannya, dan.. Beti langsung mencampakkannya.Aku sangat bangga.Besok adalah hari liburku dan Beti sudah datang mencariku untuk memastikan kami akan pergi ke klub.Tentu saja kami akan pergi.Aku butuh seseorang untuk mengalihkan perhatianku dari Rudy.Aku mengikuti Jery sepanjang hari. Dia mengajarkanku dan memberitahu apa yang harus kulakukan. Dia tampan, tinggi, dan gay. Para wanita tidak tahu itu, tentu saja. Dia menggoda para wanita tanpa malu-malu. Dan anehnya, mereka menyukai itu. Dia akan melihat dan mengedipkan mata ke arahku ketika seseorang mencoba merayunya. P
Aku menghabiskan roti selai kacang terakhirku dan membersihkan remah-remahnya dipangkuanku. Aku harus pergi ke toko dan membeli makanan. Roti selai kacang ini sudah hampir kadaluarsa.Aku libur hari ini. Aku berbaring di tempat tidur memikirkan Rudy. Apa yang sudah dia lakukan untuk meyakinkanku kalau dia hanya ingin berteman denganku? Dia mengucapkan itu lebih dari sekali. Aku harus berhenti berusaha agar dia bisa melihatku lebih dari sekedar teman.Aku membuka pintu tempat penyimpanan dan melangkah ke dalam dapur. Wangi dari nasi goreng menghampiri hidungku dan aku melihat Rudy yang sedang berdiri di depan kompor hanya memakai celana piyamanya saja, aku pasti sudah menikmati aroma lezat ini. Pemandangan indah dari punggungnya sudah mengusir aroma nasi goreng.Dia menoleh dari bahunya dan tersenyum. "Selamat pagi. Hari ini pasti kau libur."Aku mengangguk dan berdiri disana memikirkan apa yang harus dikatakan seorang teman. Aku tidak mau membuatnya menja
Aku mungkin tidak punya baju untuk ke pesta-pesta Rudy tapi aku punya banyak untuk pergi ke klub murah. Sudah lama sekali aku tidak memakai rok pendek jeans biruku dan sepatu bootku.Rudy pergi dari tadi pagi ketika aku sedang mandi dan dia belum kembali sampai sekarang. Aku penasaran, apakah teman-temannya akan memakai kamarku kalau dia mengadakan pesta disini. Aku tidak suka kalau ada orang asing yang memakai tempat tidurku. Aku benci pikiran ini.Pergi sebelum Rudy kembali artinya aku tidak akan tahu apa yang akan terjadi. Bisa saja dia akan mengadakan pesta malam ini. Haruskah aku memcuci seprei saat aku pulang? Ide itu membuatku ngeri. Ketika kakiku menyentuh anak tangga terbawah, pintu terbuka dan Rudy berjalan masuk ke dalam. Dia memperhatikan penampilanku dan membeku."Wow." Katanya dan menutup pintu di belakangnya.Aku tidak bergerak."Kau mengenakan baju itu untuk clubbing?" Tanyanya.Aku mengangguk.Rudy menjala
Beti menunjukan arah pada Rudy menuju ke sebuah klub favoritnya. Untuk pergi kesana kami membutuhkan waktu 40 menit.klub itu sangat besar dan sebagian besar terbuat dari papan kayu. Ternyata tempat ini lumayan terkenal. Lagu "Down Let Me Down" milik The Chainsmokers berdentum keras melalui speaker saat kami masuk ke dalam."Mereka akan live musik sekitar 30 menit lagi. Ayo temukan tempat yang bagus untuk duduk." Teriak Beti.Aku tidak pernah minum minuman keras. Tidak pernah. Tapi malam ini aku akan mencobanya. Aku ingin bebas. Melupakan semua yang telah terjadi dan menikmati malam ini. Rudy bergerak dibelakangku dan tangannya ada di pinggangku. Ini bukan yang di lakukan seorang teman,.. benarkan?Aku memutuskan untuk membiarkannya, aku tidak ingin bicara dengan keras di tengah-tengah musik yang keras. Rudy mengajak kami ke meja kosong yang berada jauh dari lantai dansa. Dia berdiri dan menyuruhku duduk. Beti duduk di seberangku sedangkan Rudy dudu
Aku benar-benar ingin keluar dari rumah. Rudy tidak ingin aku membawa keenan keluar sejak aku adalah sumber makanan bagi Keenan. Dia tetap menolak menggunakan botol bayi. Keenan hanya ingin aku. Sama seperti ayahnya yang sangat protektif terhadap kami berdua jika ada orang lain yang datang untuk menggendongnya.Minggu pertama saat kami pulang ke rumah sangat mudah. Aku kelelahan dan Keenan tidak tidur saat malam jadi aku terjebak bersamanya di tempat tidur saat siang hari. Aku merasa tidak enak karena tidak pergi ke pemakaman ayah Raka. Raka dalah temanku dan aku tidak suka melihatnya bersedih karena dia kehilangan ayahnya. Rudy meyakinkanku kalau Raka akan baik-baik saja.Aku menaruh Keenan di sofa saat dia tidur di ruang keluarga, aku akan menggunakan waktu itu untuk melakukan beberapa yoga. Aku ingin mengembalikan tubuhku sama seperti aku belum hamil Keenan.Bell pintu berbunyi sebelum aku bisa membuka vidionya jadi aku menyimpan kembali ponselku
Dia sangat sempurna. Rudy menghitung jari kaki dan jari tangannya dan aku mengecup salah satu tangannya. Dia juga sangat kecil. Aku tidak tahu kalau seorang bayi bisa sangat sekecil ini."Kita harus memutuskan sebuah nama untuknya sekarang." Kataku melihat Rudy setelah aku akhirnya di pindahkan ke ruangan perawatan.kami sudah melihat beberapa ide untuk sebuah nama tapi tidak ada yang cocok. jad kami memutuskan untuk menunggu hingga saatnya dia lahir dan memberinya sebuah nama saat melihatnya."Aku tahu, kita sudah melihatnya sekarang. Kita harus memberinya nama. Apa yang kau pikirkan?" Tanya Rudy."Aku pikir dia terlihat cocok dengan Joshua." Kataku dan tersenyum padanya. Rudy terlihat tidak menyukai nama itu."Kau memikirkan kakakmu?" Tanya Rudy.Aku tersenyum konyol padanya. "Aku ingin namamu ada padanya tapi jika kita menamainya Joshua itu akan terdengan aneh."Rudy terlihat bahagia. Dia menyukai ide tentang namanya ada pada bayi
Aku sangat ketakutan. Dan itu tidak membantu ketika aku berbalik ke arah Rudy dan dia sudah terlihat panik dan lebih takut. Aku butuh dia untuk lebih tenang. Aku sudah cukup lelah dengan bereriak karena kesakitan.Rasa sakit lainnya kembali datang dan aku memegang dengan erat pinggiran tempat tidur rumah sakit dan membiarkan air mata keluar. Terakhir kali perawat datang dan mengecek aku baru pembukaan tujuh. Aku butuh sampai ke pembukaan sepuluh."Apakah aku harus pergi memangil perawat? Apakah kau membutuhkan es? Kau ingin meremas tanganku?" Rudy tetap bertanya padaku. Aku tahu dia bermaksud untuk membuatku merasa lebih baik tapi untuk saat ini aku benar-benar tidak peduli. Aku meremas bajunya dan menariknya agar wajahnya dekat padaku."Aku bersyukur karena aku tidak punya pistolku di sini karena saat ini mungkin aku akan menembakmu agar membuatmu tetap diam." Bentakku dan melepaskan bajunya dan memegang perutku saat kontraksi lain datang."Saatnya
Aku senang akhirnya kami kembali lagi ke rumah setelah tiga bulan tidak tinggal di sini. Rudy membawaku keluar kota untuk honeymoon. kami membeli banyak baju dan mainan untuk anak kami nanti. Kami belum mempunyai nama untuknya dan kami pikir kami akan menamainya setelah dia lahir ketika melihatnya. Kami berdua menikmati waktu dengan membongkar belanjaan untuk si bayi dan menaruhnya di lemari.Jafin akhirnya datang dan membawa Rudy untuk pergi bermain golf setelah dia tau kalau kami sudah kembali. Tidak makanan di sini dan aku kelaparan. Aku memutuskan untuk pergi ke restoran klub dan menemui Jery. Aku mengambil kunci mobilku. Rudy memberlikanku sebuah mobil Mercedes Benz. Aku mengambil pistolku dan menyimpannya di bawah kursi. Aku harus memindahkannya saat anakku mulai belajar berjalan nanti.Saat aku sampai di ruang makan restoran, Jery berjalan keluar dari dapur dan tersenyum padaku. "Lihat dirimu. Kau terlihat sangat sexy walaupun kau mempunyai bola basket yan
"Aku punya sesuatu untukmu." kata Rudy.Aku mengangguk bingung dan membawaku menaiki tangga dan berhenti tepat di depankamar yang dulunya pernah aku tinggali. Aku tidak pernah ke sini sejak terakhir kali aku menunjukkan kamar ini untuk Elen sebelum pernikahan. Rudy memberikanku sinyal untuk membuka pintu kamar itu. Aku benar-benar bingung sekarang.Aku membuka pintu kamar perlahan dan membiarkan pintu itu terbuka lebar. hal pertama yang ku lihat adalah tempat tidur bayi di tengah-tenga ruangan dan beberapa ornamen binatang menghiasi menggantung di atas tempat tidur itu.Rudy menyalakan lampu dan hiasan itu berputar dan memainkan lagu saat aku melangkah ke altar pernikahan namun dengan suara Rudy yang menyanyikannya. Semua yang bisa kulakukan hanya menutup mulutku dengan tanganku.Aku melangkah masuk dan sebuah kursi goyang ada di pinggir jendela dengan sebuah selimut tipis berwarna biru diatasnya. Sebuah tempat untuk mengganti popok, beberapa lemari
"Aku harap kita tidak memiliki banyak tamu malam ini." Kataku."Tidak usah pedulikan itu. Kita tidak akan tinggal di sini." Jawab Rudy.Aku menatapnya bingung. "Apa maksudmu?"Dia tersenyum. "Kau benar-benar berpikir kalau aku akan berbagi rumah dengan semua orang ini saat malam pertamaku? Tentu saja tidak. Kita akan pergi ke apartemen klub yang sedang menunggu kita saat kita meninggalkan tempat ini.""Baguslah." jawabku.Dia tertawa dan aku melihat sekeliling dan kembali melihat semua teman kami ada di sini. Di respsi pernikahan kami. Semua yang kami cintai kecuali adik perempuannya dan ibunya. mereka berdua tidak akan menerima ini. Aku merasa bersalah karena mereka tidak ada di hari besar Rudy. Aku hanya berharap mereka bisa tetap menjadi bagian dari kehidupan kami untuk Rudy. Aku tahu itu walaupun Rudy tidak pernah mengungkitnya lagi.Mataku terkunci pada mata Bobi yang berdiri tidak jauh dari tempat kami berdansa."Aku mungk
Ayahku mengangkat lengannya ke arahku dan tersenyum."Sekarang saatnya untuk kita keluar." Katanya padaku sebelum membuka pintu. Aku menggandeng tangannya dan mengikutinya menuruni tangga dan keluar dari ruangan. Aku keluar dari dalam rumah dan menuju ke sebuah jalan yang telah di hiasi bunga mawar berwarna pink. Aku membiarkan ayahku memimpin jalan untukku.Beti dan Jery berjalan di depan kami memegang bucket mereka. Rudy berdiri di ujung altar dengan Jafin yang berdiri di sampingnya. Teman-teman kami duduk di kursi yang sudah di sediakan berepuk tangan dan tersenyum padaku. Bahkan Bobi dan neneknya juga hadir.Aku melangkah pelan di samping ayahku di iringi lagu dari Jason Mraz "I Won't Give Up" dan berharap aku tidak terjatuh karena menginjak gaun panjangku. Aku menatap ke depan dan melihat Rudy tersenyum sambil berkali-kali mengusap matanya. Jafin memberinya selembar kain putih dan membisikkan sesuatu ke telinga Rudy membuat Rudy menyenggol rusuk
Kami tinggal selama seminggu agar aku lebih mengenal saudara laki-lakiku. Karlos mudah bergaul saat aku menyadari kalau dia tidak melihatku dengan pandangan mesum tapi dia menunjukkan ketertarikan untuk mengenalku sebagai saudara perempuannya. Aku mengerti itu. Tapi aku juga senang akhirnya aku dan Rudy sudah pulang kembali ke bali.kami segera merencanakan pernikahan. Beti dan jery akan menjadi pendamping wanitaku dan Jafin akan menjadi pendamping pria untuk Rudy. Rudy memberi waktu seminggu untuk mengatur semuanya. Aku bahkan tidak beradu pendapat dengannya. Keyakinan di matanya mengatakan padaku kalau berdebat dengannya tidak akan ada gunanya. Aku lebih dari siap untuk menikahi pria ini tapi aku juga khawatir kalau mungkin aku akan berbalik dan kabur. Terutama setelah apa yang sudah terjadi pada adiknya baru-baru ini.kami akan menikah sepuluh hari sebelum valentine day.beruntungnya, Rudy mempunyai banyak uang untuk membuat pernikahan ini t
"Rudy." Kataku saat merasakan sebuah pelukan dari belakang. Aku berdiri di teras menatap ke arah lautan. Aku akan menjemput Rudy di bandara jam 7 malam ini tapi dia sudah ada di sini lebih awal.Dia membenamkan wajahnya di rambutku dan menaruh kedua tangannya di atas perutku. "Maafkan aku, Aileen. Aku sangat menyesal. Aku mencintaimu. Hal ini tidak akan terjadi lagi."Aku meringis, kata-kata itu terdengar familiar, karena dia sudah sering mengatakannya sebelumnya. "Aku mencintaimu." Jawabku."Aku mencintaimu juga." Jawabnya sambil memelukku dan kami berdiri di sana dalam diam menatap matahari yang hampir tenggelam di atas air laut.Suara batuk keras membuatku kaget. Aku perlahan mundur dari pelukannya dan mengintip dari balik bahunya. Aku tahu kalau wajahku mungkin saja sekarang sudah berubah warna menjadi merah dan aku segera menundukkan kepalaku di dada Rudy.Rudy menoleh ke belakang dan melihat seorang pria sedang mengawasi kam