Hati Frida semakin kalut lagi. Dia pun berjalan mundur hingga punggungnya menempel ke belakang dinding. Dia berusaha menenangkan pikirannya, lalu berkata, “Aku sudah bilang, aku nggak suka dengan pernikahan bisnis. Aku hanya ingin menikah dengan orang yang menyukaiku.”“Apa rasa sukaku kepadamu masih belum cukup?” Johan terus menatap Frida. “Aku tahu kamu sangat sibuk dan pemilih soal makanan. Itulah sebabnya aku datang memasak untukmu. Apa kamu kira aku nggak ada kerjaan? Kalau semua ini bukan suka, jadi apa yang dinamakan suka? Kalau No Word bisa melakukannya, aku juga bisa melakukannya. Kamu tinggal katakan saja!”Frida mengangkat kepalanya melihat Johan dengan terkejut. Apa dia sedang mengutarakan perasaannya?Tiba-tiba Johan menjilat gigit gerahamnya, lalu tersenyum menyeringai. “Jujur saja, aku nggak sanggup melihat kamu bersama dengan No Word. Aku nggak bisa nggak melihatmu dalam satu hari!”Ujung mata Johan mulai basah. “Aku nggak pernah mencium orang lain sebelumnya. Kamu itu
Frida mengerutkan keningnya. “Duduk yang bagus!”Johan sangat penurut. Dia duduk di samping sembari mengintip ke sisi Frida.Frida yang ditatap terus merasa deg-degan. Keningnya juga semakin berkerut. Beberapa saat kemudian, dia baru bertanya, “Apa benar kita akan pacaran?”“Tentu saja!” Johan segera mengangguk.Frida membalikkan kepalanya menghadap pemandangan malam di luar jendela. Dia menunduk beberapa saat, baru berkata, “Kita ngomong di awal dulu. Aku ini orangnya sangat membosankan. Berpacaran samaku pasti berbeda dengan berpacaran sama cewek lain. Apa kamu yakin?”Frida tidak pernah berpacaran sebelumnya. Hanya saja, dia pernah melihat sepasang kekasih yang menonton bioskop bersama, jalan-jalan bersama, atau melakukan hal-hal romantis lainnya.Namun, Frida tidak tertarik dengan semua itu. Dia hanya tertarik dengan mencari uang dan bermain gim saja!Mungkin semuanya bukan masalah di awal. Namun seiring berjalannya waktu, Frida tidak yakin Johan bisa menerimanya.“Aku yakin!” jawa
Johan mendekatkan bibirnya ke sisi Frida dengan perlahan. “Frida, ciuman, ya.”Awalnya Frida ingin menolak, tapi ketika melihat penampilan menggoda si lelaki, jantungnya berdegup kencang. Dia tidak bisa berbicara sama sekali.Melihat Frida tidak bersuara, Johan pun semakin berani lagi. Si lelaki mencoba mencium ujung bibirnya. Berhubung Frida tidak marah, Johan pun kembali menciumnya lagi sambil menahan kedua pundaknya, lalu menindihnya di atas sofa.“Johan,” jerit Frida. Namun, si lelaki langsung menyumpal mulutnya.Frida kembali berkata, “Dasar manja.”Kedua lengan Frida ditahan. Bibir dan lidahnya dikuasai oleh Johan. Samar-samar tercium aroma wangi dari tubuh lelaki. Sebelumnya mereka berdua juga pernah berciuman. Entah karena hubungan mereka telah berubah atau bagaimana, ciuman mereka hari ini terasa berbeda.Mereka dalam merasakan napas hangat masing-masing. Sekujur tubuh seketika merinding. Entah sudah berapa lama, Johan baru menghentikan aksinya. Dia membenamkan kepalanya di b
Sonia dan Reza tinggal di tempat Kelly selama satu malam. Keesokan harinya, mereka langsung menaiki pesawat kembali ke kota Jembara.Saat menuruni pesawat, hari pun telah malam. Sonia sedang duduk di mobil dengan mengantuk. Tiba-tiba dia menerima notifikasi dari aplikasi Aquila.[ Eka: Bos, Ariel, aku sudah berpacaran! Kali ini, aku benar-benar sudah punya pacar. Cepat beri doa restu kepadaku! ][ Sonia: Sama siapa? ][ Eka: Sama pacarku! ][ Sonia: Bukannya sudah putus? ][ Eka: Dia nggak merelakanku. Dia menangis minta balikan. Jadi, aku pun berbaik hati memaafkannya. Wanita memang lain di mulut, lain di hati! ][ Sonia: @Ariel Ternyata seperti itu, ya? ][ Ariel: Hehe! ][ Eka: @Ariel Kamu pasti iri sama aku. Pasti! ][ Sonia: Ariel sedang beri doa restu kepadamu! ][ Eka: Bos, tiba-tiba aku kepikiran satu ide. Setelah aku menikah nanti, kamu dan Ariel hadiri resepsi pernikahanku, ya? Kita ketemuan! Kalau kalian semua itu cowok, kalian bisa jadi pendampingku. Tapi kalau kalian semua
Sonia tersenyum tipis. “Terima kasih, Mandy!”“Nggak usah sungkan! Semuanya juga berkat kemampuanmu sendiri!” Mandy membalas dengan tersenyum, “Aku merasa kemungkinan besar kamu akan menjadi desainer kelas A!”Desainer di studio dibagi menjadi tiga kelas, yaitu kelas S, kelas A, dan kelas B. Selain Juno, hanya Rose yang berada di Amwrika yang merupakan desainer kelas S. Mandy adalah desainer kelas A. Dulunya, Mandy, Mellie, dan Silvia pun merupakan desainer kelas B. Berhubung dia pernah mengikuti desain dari syuting film, sekarang Mandy pun telah dipromosikan menjadi desainer kelas A.Masalah ini membuat Mellie merasa sangat menyesal. Seandainya waktu itu dia memilih Sonia untuk menjadi asistennya, bisa jadi yang dipromosikan menjadi desainer kelas A itu adalah Mellie.Mereka berdua mengobrol beberapa saat. Saat ini, asisten Juno datang untuk memberi tahu bosnya memanggil Sonia ke ruangan.Mandy berkata dengan tersenyum, “Cepat pergi sana! Bisa jadi Pak Juno ingin beri kamu hadiah hari
Hari ini Sonia menerima panggilan dari Hendri.Suara Hendri masih lembut seperti biasa. Namun, jika didengar dengan saksama, sepertinya dia menjadi lebih segan. “Sonia, hari ini ada kumpul keluarga di rumah. Kamu hadir, ya. Waktu hari raya kemarin, kamu tidak pulang ke rumah. Kakek dan nenekmu sangat merindukanmu.”Sonia membatin, ‘Apa benar Kakek dan Nenek merindukanku? Yakin bukan mengomeliku?’Sonia pun menolak dengan halus, “Sebelum hari raya, sepertinya kita sudah membicarakannya dengan sangat jelas. Aku nggak akan kembali ke Kediaman Dikara lagi. Mohon beri tahu Kakek dan Nenek.”Hendri berkata, “Sonia, bagaimanapun, hubungan darah tidak bisa dihapus. Ibumu hanya salah paham sama kamu. Kamu jangan masukkan ke hati! Ucapan ibumu waktu itu memang sangat kasar. Dia sendiri juga sudah menyesalinya. Kalau kamu tidak pulang-pulang, kakek dan nenekmu pasti akan keberatan!”Hendri membujuk Sonia supaya dia bisa pulang ke rumah. Sonia memang kelihatannya sangat lembut, tapi dia tidak gamp
Sonia menjawab, “Lumayan, dia sudah mulai terbiasa dengan kehidupan di luar. Hubungannya dengan ibu kos juga sangat baik.”Frida mengangguk. “Kelly itu anak baik, dia pasti akan diberkati keberuntungan!”“Iya!”Frida membalikkan badan hendak berjalan pergi. Tiba-tiba langkahnya terhenti. “Gina terus mencari Johan. Setiap kali bertemu dengan Gina, raut wajah Johan terlihat sangat muram. Aku rasa Gina pasti sedang menjelek-jelekkanmu. Aku akan mengawasi Johan. Kamu mesti lebih hati-hati!”Tatapan Sonia menjadi dingin. Dia mengangguk. “Aku mengerti!”Frida juga tidak berkata apa-apa lagi dan langsung berjalan pergi.Sonia duduk di toko kue hingga jam setengah sebelas. Dia membeli beberapa kue, lalu berangkat ke Vila Green Garden.Sebelumnya Sonia sudah menelepon Bi Rati. Begitu tiba, tampak Bi Rati, Pak Yanto, dan Bibo sedang berdiri di depan taman.Ketika melihat kedatangan Sonia, Bibo langsung berlari dan mengelilingi Sonia dengan kegirangan.Sonia menyerahkan kue kepada Bi Rati, kemudi
Juno menggandeng tangan Sonia, lalu mempersilakannya masuk ke mobil. Dari gerakan alami itu, sepertinya hubungan mereka tidak biasa.Gina mengenakan kacamata hitam yang besar menutupi kedua mata yang terbelalak akibat merasa kaget. Dia terus menatap mobil Juno yang berjalan pergi. Dia merasa bersemangat dan gembira. Jantungnya berdetak kencang. Dia merasa dirinya telah menemukan rahasia baru saja!Siapa lelaki itu? Apa hubungannya dengan Sonia?Sonia membelakangi Reza berpacaran dengan lelaki lain!Reza adalah sosok yang sangat arogan. Dia tidak mungkin mengizinkan terjadi hal seperti ini. Seandainya dia tahu masalah ini ….“Gina!”Asisten Gina memeluk satu buket bunga lili berjalan keluar toko. Dia berkata dengan tersenyum, “Bunga sudah dibeli. Ayo kita jalan!”Gina memasuki mobil dengan linglung. Dia duduk di baris belakang, lalu melihat ulang foto yang dipotretnya tadi. Hatinya seketika merasa girang.Si lelaki mengendarai mobil Maybach. Itu berarti lelaki tampan itu cukup kaya. Dia
Sonia menggigit kue cokelat di depannya, lalu bertanya, "Apa kamu sudah tanya, kapan Rayden akan kembali?"Kase menatapnya tajam sembari balik bertanya, "Kamu sangat suka cokelat?"Sonia mengangkat alis dengan tenang. Dia membalas, "Hampir semua wanita menyukainya."Senyum Kase penuh pesona ketika menimpali, "Kupikir, kamu berbeda dari yang lain."Sonia mengulang pertanyaannya, "Jadi, kapan Rayden akan kembali?"Kase mendekatkan tubuhnya ke arah Sonia, menatap matanya dengan intens, lalu berucap pelan, "Aku curiga Rayden sebenarnya masih ada di Istana Fers.""Lho?" Sonia mengangkat kepala. Dia jelas sangat terkejut.Mata Kase bertemu langsung dengan tatapan Sonia dan memancarkan kesan yang menggoda. Dia menjelaskan, "Winston adalah perwakilan Rayden, tapi untuk proyek sebesar ini, dia nggak mungkin mengambil keputusan sendiri.""Aku rasa Rayden sebenarnya nggak meninggalkan Istana Fers. Dia cuma nggak mau menemui orang." Dugaan Kase memang sangat sesuai dengan karakter Rayden yang dike
Kase mengangkat lengannya dan menoleh ke arah Sonia. Di balik kerudung sutra tipis itu, Sonia mengangkat tangan dan merangkul lengan Kase, lalu berjalan bersamanya menuju ruangan.Saat mereka masuk, di balik meja kerja besar, duduk seorang pria yang bukan Rayden. Melihat hal ini, Kase bertanya sambil tersenyum. "Kenapa bukan Rayden?"Pria di belakang meja itu berdiri. Dia terlihat seperti penduduk asli Benua Delta, dengan rambut agak keriting dan mengenakan setelan jas hitam. Dia menjawab dengan sopan, "Maaf sekali, Pak Rayden menerima pesan yang sangat mendesak pagi ini.""Satu jam yang lalu, dia sudah meninggalkan Istana Fers. Dia memintaku untuk menyambut Pak Kase dan melanjutkan pembahasan kerja sama. Perkenalkan, aku adalah sekretaris Pak Rayden. Namaku Winston," lanjut pria itu.Sonia merasa sedikit kecewa. Dia sempat berharap bisa bertemu Rayden secara langsung dan mungkin bisa mengenali suaranya atau postur tubuhnya untuk memastikan apakah dia adalah orang yang dia kenal. Namun
Hallie harus mencari tahu apa yang sebenarnya dilakukan Regan di tempat ini. Itu adalah urusan pribadi Hallie. Sonia tentu saja tidak bisa mencampuri.Apalagi, meski saat ini belum ada kepastian apakah Hallie adalah cucu dari gurunya, sekalipun sudah pasti, Sonia tetap tidak akan mengambil keputusan untuk gadis itu.Sonia membalas sambil mengangguk. "Apa pun yang ingin kamu lakukan, keputusan ada di tanganmu. Tapi, tempat ini sangat berbahaya. Aku yakin kamu sudah merasakannya semalam."Hallie menjawab dengan tegas, "Aku akan mencari cara untuk melindungi diriku sendiri."Kase mengeluarkan suara tawa kecil yang mencemooh. Ketika dia mendapati Hallie menatapnya dengan kening berkerut, dia segera berucap sambil tersenyum, "Jangan salah paham, Nona. Aku bukan lagi mengejekmu. Aku cuma tiba-tiba merasa ingin tertawa."Hallie merasa canggung mendengar itu. Sonia melirik sekilas ke arah Kase, lalu berucap, "Bantu dia."Kase mengangkat alis dan tersenyum penuh arti. Dia bertanya, "Apa keuntun
Kase balik bertanya sambil tersenyum, "Kamu bahkan nggak mengenali penyelamatmu?"Hallie tertegun menatapnya dan terlihat bingung. Di sisi lain, Sonia berucap, "Masih ada beberapa jam sebelum matahari terbit. Lebih baik kamu naik ke atas dan beristirahat dulu. Kita bicarakan hal lainnya besok."Hallie mengangguk dengan cemas, lalu mengikuti Sonia menuju lantai atas. Sonia menunjukkan kamar di sebelah kamarnya sendiri, lalu berucap, "Di dalam lemari, ada piama dan baju ganti. Kamu bisa memakainya sesukamu."Hallie memandang Sonia dengan penuh rasa terima kasih, lalu berujar, "Makasih banyak. Kamu sudah menyelamatkanku dua kali!""Jangan berterima kasih padaku. Kali ini, orang yang menyelamatkanmu adalah pria yang tadi di bawah," ujar Sonia.Hallie tertegun sebelum bertanya, "Dia yang menyelamatkanku? Apa tadi aku bersikap nggak sopan?"Suasana di bar tadi terlalu kacau. Hallie begitu ketakutan hingga tak tahu apa yang terjadi. Saat dibawa ke vila ini, dia masih merasa ketakutan bahkan s
Sonia menoleh ke arah Kase, lalu bertanya, "Bisakah kamu membantuku?""Kamu berbicara padaku sambil mengenakan baju seperti itu, tentu saja aku nggak akan menolak." Kase menyerahkan gelas minuman yang dipegangnya kepada Sonia, lalu menambahkan, "Minum ini dulu!"Sonia mengambilnya dan langsung menghabiskannya dalam satu tegukan. Mata Kase yang indah makin bersinar. Dia pun bertanya, "Katakan, apa yang harus aku lakukan untuk membantumu?""Tolong bantu aku menyelamatkan gadis itu. Bisakah kamu melakukannya?" tanya Sonia.Kase melirik ke arah panggung, lalu bertanya, "Itu gadis yang kamu selamatkan kemarin?" Dia mengernyit sebelum menambahkan, "Biar kuperingatkan, kamu sudah menyelamatkannya sekali."Bagi Kase, menyelamatkan seseorang untuk pertama kalinya masih bisa dimaklumi sebagai bentuk belas kasihan. Namun jika orang tersebut kembali terjebak dalam bahaya, itu berarti dia bodoh dan tak perlu diselamatkan lagi.Kase mengangkat alis, lalu menatap Sonia sambil melanjutkan, "Aku nggak
"Ivy, lihat! Itu gadis dari Cendania!" Gadis pirang di sebelah Sonia menggenggam tangannya dengan penuh semangat.Sonia dengan halus menghindari genggamannya, tetapi dia tertegun sejenak ketika melihat gadis di atas panggung. Itu ternyata gadis yang kemarin dia temui di luar toserba, Hallie. Dia telah ditangkap, lalu dijual ke tempat ini.Di Hondura, seorang gadis cantik bisa dijual hingga 5.000 dolar Amwrika. Sonia terlihat mengernyit. Sepertinya Hallie sama sekali tidak mendengarkan nasihatnya dan tetap keras kepala mencari pacarnya.Hallie terbangun di atas panggung. Melihat orang-orang di sekelilingnya yang memandangnya seperti serigala, dia sangat terkejut.Dengan ketakutan, Hallie berusaha bangkit untuk melarikan diri, tetapi setelah itu dia menyadari bahwa dirinya hanya mengenakan bikini. Dalam sekejap, dia memeluk tubuhnya erat-erat dan duduk kembali dengan cemas.Juru lelang mulai menyebutkan harga awal. Wajah Hallie kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba, dia
"Baiklah!" Sonia membawa kotak camilan ke dalam, diikuti oleh pria kulit putih itu. Selama waktu ini, Sonia mendengar suara percakapan pria dan wanita dari arah ruang tamu.Ekspresi Sonia tetap tenang. Setelah meletakkan makanan di atas meja, dia berbalik dan berjalan keluar. Pria itu mengikutinya dari belakang dan menutup pintu.Sonia kembali mendorong troli menuju lantai atas. Setelah mengantarkan 12 porsi camilan, dia tetap tidak menemukan orang yang sedang dia cari.Namun, Sonia tidak terburu-buru. Ini baru hari pertama. Saat dia hendak membawa troli kembali ke lantai satu, tiba-tiba seorang gadis lain yang juga mengenakan seragam pelayan berlari menghampirinya.Gadis itu menarik tangannya dengan penuh semangat, lalu berucap, "Jangan sibuk lagi. Malam ini ada lelang, sebentar lagi bakal dimulai!"Gadis itu menarik Sonia menuju lift. Mereka naik ke lantai 32 yang ternyata adalah sebuah bar. Istana Fers yang terlihat sunyi dan tak berpenghuni di siang hari, berubah menjadi tempat yan
Sonia tidak menghiraukannya dan hanya menunduk untuk melanjutkan makan steik. Kase memandang Sonia dengan ekspresi kesal dan tak berdaya. Dia menambahkan, "Eh, jangan menindasku seperti ini dong! Bicaralah sesuatu yang bisa aku mengerti!"Namun, Sonia tetap serius menyantap makanannya. Dia membiarkan pria itu terus mengoceh tanpa memberikan tanggapan.Setelah selesai makan, Sonia bertanya dengan tak acuh, "Apa orang-orang yang meneliti energi baru ini sangat hebat?""Tentu saja! Mereka adalah talenta kelas dunia!" balas Kase dengan penuh keyakinan.Sonia bertanya dengan penasaran, "Kalau begitu, bukannya negara-negara lain juga ingin mendapatkan mereka?"Kase tertawa sebelum menjawab, "Belum ada satu pun yang berhasil merebut mereka dari Istana Fers. Begitu hasil penelitian mereka sukses besar, Rayden akan kasih uang yang cukup untuk menghidupi mereka seumur hidup, lalu memberikan identitas baru agar mereka bisa menikmati sisa hidup dengan tenang."Sonia memandang ke luar jendela, lalu
Himawan menjabat tangan Sonia dengan senyuman ramah yang tulus, lalu berucap, "Selamat datang, Cantik. Semoga kamu bersenang-senang di sini!"Sonia membalas sambil mengangguk, "Makasih!"Kemudian, Himawan mengatur tempat tinggal untuk mereka berdua dan menyuruh pelayan untuk mengantar mereka.Tempat yang disiapkan untuk mereka adalah sebuah vila kecil. Lantai bawahnya terdiri dari ruang tamu dan ruang baca, sementara di lantai atas ada tiga kamar tidur. Dari tampilannya, tempat ini memang sengaja disediakan untuk para tamu yang berkunjung.Malam telah tiba. Begitu mereka masuk ke dalam, semua lampu di ruangan menyala secara otomatis.Seorang pelayan mendorong troli makan ke dalam, lalu menata berbagai makanan lezat di atas meja makan dan diakhiri dengan sebotol anggur merah Lafite yang mewah. Pelayan itu berujar dengan sikap hormat, "Semoga kalian menikmati makan malam ini."“Kehadiranku mungkin akan sedikit mengganggu seleramu, tapi malam ini kita harus makan bersama!" ucap Kase sambi