Setelah mendengar jawaban Jason, Kelly baru menerimanya. “Terima kasih!”Reza membantu Kelly untuk meletakkan kotak ke dalam mobilnya, lalu menggandeng Sonia masuk ke mobil.Tempat tinggal Kelly agak jauh dari pusat kota. Apalagi ditambah dengan macet panjang, mereka baru tiba di rumah kontrakan Kelly setelah satu jam perjalanan.Berhubung sudah larut malam, Kelly tidak mengundang Sonia untuk ke rumahnya lagi. “Kalian cepat pulang sana!”Sonia tahu Kelly sedang merasa sedih, hanya saja dia tidak tahu bagaimana menghibur Kelly. Dia hanya bisa berkata dengan lembut, “Mulai sekarang, semuanya akan semakin membaik!”Kelly mengangguk dengan terisak-isak. “Emm!”Kelly memeluk hadiah pemberian Jason, lalu berpamitan dengan Sonia dan Reza. Reza merangkul pundak Sonia. “Mari kita pulang!”Area ini adalah area yang cukup kuno. Jadi, mobil dilarang parkir di luar gedung. Tiba-tiba tatapan Sonia tertuju pada sepeda-sepeda di luar gedung. Dia lalu berbisik terhadap Reza, “Tunggu sebentar!”…Setel
Para lelaki di dalam ruangan, ada yang merokok, dan ada yang sedang meneguk alkohol. Mereka semua melirik Sonia dengan tatapan mesum. “Cewek dari mana?”Lelaki lainnya tersenyum dan berkata, “Pacarku, cantik, ‘kan?”“Heh! Mana mungkin!”Semua orang langsung tertawa terbahak-bahak.Wanita yang duduk di samping Monica berdiri dan bertanya, “Siapa kamu?”Kemudian, lelaki yang berdiri di belakang berkata, “Siapa yang cariin cewek secantik ini buat aku? Ternyata kalian semua baik banget sama aku!”Semua orang kembali tertawa.Sonia melirik orang-orang di dalam ruangan dengan tenang. “Semuanya keluar! Kalau nggak, aku akan lapor polisi!”“Lapor polisi?” Seorang wanita memegang rokok, lalu menekannya di atas meja tamu. Kemudian, dia mengambil botol anggur hendak melayangkannya ke sisi Sonia.Sonia masih tetap berdiri di tempat, dan tetap tidak terlihat ekspresi apa pun di wajahnya. Saat botol hampir mengenai kepala Sonia, tiba-tiba Sonia meraih pergelangan tangan wanita itu, merebut botol ter
“Kami bersihkan sekarang! Tenang, kami akan bersihkan sampai bersih!” Wajah Michael tampak berkerut lantaran kesakitan dan ketakutan. Dia bahkan tidak berani menatap Sonia, langsung berdiri pergi mengambil sapu.Sementara, teman-teman yang lain juga mengikuti langkah Michael untuk mulai membereskan rumah.Saat ini, Sonia bersandar di dinding sambil memantau mereka semua. Monica sedang menyapu di dekat Sonia. Wajah sebelah kiri Monica tampak membengkak. Ketika menyapu di dekat Sonia, dia menatap belakang kepala Sonia dengan sangat galak.Saat Monica baru saja mengangkat sapu di tangannya, Monica merasa ada sesuatu yang menancap di dalam pergelangan tangannya. Rasa sakit seketika dirasakan Monica.Monica menjerit kesakitan. Sapu yang digenggamnya tadi pun sudah jatuh di lantai. Saat Monica melihat pergelangan tangannya, dia pun menyadari pergelangan tangannya sudah ditusuk oleh kunci.Sonia menoleh dan tampak Reza yang sedang berdiri di depan pintu rumah. Dia melirik Reza sekilas, lalu m
Sonia mengangkat Monica, lalu melemparnya di atas lantai. Kemudian, dia membalikkan badannya untuk melirik orang-orang di dalam rumah. Mereka semua semakin ketakutan lagi.Tak sampai setengah jam, rumah sudah dibersihkan dengan sangat bersih. Bahkan, kompor di dapur juga sudah digosok hingga mengkilap.Padahal mereka semua tidak pernah melakukan pekerjaan rumah. Hanya saja, mereka semua melakukannya dengan terpaksa dan menyelesaikannya dengan sangat baik.Selesai membereskan rumah, mereka semua berbaris dengan rapi seperti tentara saja.Reza masih bersandar di dahan pintu menyaksikan orang-orang yang sedang ketakutan lantaran diberi pelajaran oleh Sonia. Dia spontan ingin tertawa.Sonia menyuruh Kelly untuk memeriksa setiap kamar.Kelly pergi memeriksanya, lalu kembali dan berkata, “Semuanya sudah bersih.”Sonia mengangguk, lalu berkata pada semuanya, “Pulang sana!”Mereka semua bagai burung yang dibebaskan dari sangkar saja, langsung berbondong-bondong meninggalkan rumah. Sepertinya k
Beberapa saat kemudian, Reza baru berhenti. Jari-jari tangannya mengelus ujung bibir Sonia. Dia lalu berkata dengan suara serak, “Sonia, sewaktu di bawah, kamu sudah tahu orang-orang itu akan menindas Kelly, ‘kan? Lain kali kalau kamu bertemu kejadian seperti ini lagi, meski kamu ingin bantu Kelly, bisa nggak kamu ajak aku juga?”Hati Sonia sedikit tergerak. “Maaf!”Tatapan Reza sangat tajam. “Aku nggak mau ucapan maaf dari kamu. Aku ingin kamu ingat kalau aku itu pacarmu!”Sonia menggigit bibirnya. “Aku bisa selesaikan sendiri ….”Belum sempat Sonia menyelesaikan omongannya, dia pun menyadari Reza sedang mengerutkan keningnya. Sonia segera terdiam, lalu berkata, “Iya, iya!”“Pintar!” Ujung bibir Reza spontan melengkung ke atas. Dia lalu bertanya, “Sepertinya kamu bukan cuma pernah latihan seni bela diri?”Sonia sedikit terkejut, lalu bertanya dengan pelan, “Apa kamu sangat terkejut dengan kehebatanku?”Reza menatap Sonia. “Emm, agak terkejut. Tapi aku lebih merasa kasihan dan bingung.
Sonia turun di dua stasiun bus baru sampai di Arkava Studio. Sonia berangkat pada pukul 07.40, dan tiba di Arkava Studio hampir jam 08.30.Awalnya Sonia mengira Winnie yang interview bersamanya tidak akan datang hari ini. Siapa sangka Sonia akan bertemu dengannya di depan gedung.Winnie tidak menyukai Sonia. Dia pun mendengus langsung berjalan ke dalam gedung.Resepsionis memberi tahu Sonia bahwa dia disuruh untuk menunggu di ruang rapat. Nanti Wakil Direktur, Wendy, akan mengatur pekerjaan. Kemudian, resepsionis memberinya satu set daftar nama pekerja di studio.Sonia berterima kasih, lalu berjalan pergi ke ruang rapat.Saat ini Winnie juga sedang berada di dalam ruang rapat. Ketika melihat Sonia berjalan memasuki ruangan, dia sengaja memalingkan kepalanya, seolah-olah ingin membuat jarak dengan Sonia yang tidak profesional itu.Sonia membaca daftar nama pekerja di studio. Bos Arkava Studio: Juno dan King.Direktur Desainer: King dan Rose.Wakil Direktur Desainer: Wendy.Desainer: Ma
Rapat mingguan dimulai. Wendy mengatur pekerjaan untuk desainer, lalu memuji Stella. Dia mengatakan hasil desain Stella sangat bagus, dan mendapat pujian dari pelanggan.Stella sedang duduk di samping Silvia. Dia pun berlagak rendah hati. “Itu semua berkat bimbingan Kak Silvia.”Silvia pun tersenyum sungkan.Setelah rapat hampir selesai, Wendy pun mengatur pekerjaan untuk Sonia dan Winnie. “Sonia, kamu jadi asistennya Mellie.”Desainer yang bernama Mellie langsung menolak. “Aku nggak mau!”Wendy mengerutkan keningnya. “Kenapa?”Mellie melirik Sonia sekilas, dan berkata dengan ekspresi risi, “Aku baru menerima proyek berlian. Belakangan ini aku sangat sibuk, nggak ada waktu buat ajari anak baru. Aku juga nggak mungkin berharap dia bisa membantuku! Kamu atur dia jadi asisten yang lain saja!”Stella menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan senyumannya.Sementara itu, Winnie malah tidak menyembunyikan senyumannya.Mandy melirik Sonia, dan tampak ekspresi tenangnya. Dia tidak terlihat kes
Waktu sehari berlalu dengan cepat. Setelah Sonia pulang kerja, dia pun pergi ke swalayan di seberang Imperial Garden untuk belanja bahan makanan. Sonia berencana untuk masak malam ini.Begitu Sonia memasuki rumah, tampak lampu di dapur dalam keadaan menyala. Setelah berjalan mendekat, Sonia baru menyadari ternyata Reza sedang memasak sup. Aroma wangi sup tercium sampai ke luar dapur. Tidak dipungkiri, Reza yang sedang memasak itu terlihat sangat tampan.Reza memasukkan iga daging dan jagung ke dalam sup, lalu berjalan ke sisi Sonia. Dia mencium kening Sonia, lalu bertanya, “Kamu sudah pulang? Aku sudah masak untuk rayain hari pertama kamu bekerja.”Sonia mengulurkan tangannya untuk memeluk Reza. “Kenapa kamu baik sekali, sih?”“Kalau kamu merasa aku baik sama kamu, peluknya yang erat. Jangan lepasin!” Reza tersenyum.Sonia tersenyum, mengangkat kepalanya untuk mengecup dagu Reza. “Aku pergi mandi dulu.”“Pergi sana!”Setelah Sonia melepaskan Reza, dia pun pergi ke kamar.Reza sudah me
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m