Wajah Kelly seketika memucat. “Kenapa dia berbuat seperti itu? Atas dasar apa dia gantiin aku untuk ambil keputusan?”Sonia dan yang lainnya spontan melirik ke sisi Kelly.Sandora menjawab dengan merasa bersalah, “Masalah ini salah kakak iparmu. Gara-gara masalah ini, kakakmu juga sudah bertengkar sama dia. Kenzo suruh Yvonne balikin uang itu. Tapi dia bilang dia sudah habisin uangnya, nggak bisa dibalikin lagi! Dia juga bilang, kalau kamu nggak mau cabut gugatanmu, dia akan putus sama kakakmu! Ibu sudah kehabisan akal, makanya Ibu telepon kamu!”Dapat terdengar suara isak tangis Sandora dari ujung telepon. “Kelly, masalah ini sampai di sini saja, ya? Anggap Ibu lagi mohon sama kamu! Nanti Ibu akan suruh Yvonne kasih kamu 40 juta sebagai tebusan untukmu, anggap saja sebagai biaya ganti rugi untukmu. Kamu suruh Pak Jason cabut gugatannya, ya? Kita nggak permasalahkan masalah ini lagi!”Kelly terbengong di tempat, hatinya terasa sangat sakit. Dia sudah tidak tahu harus berkata apa lagi.
Setelah mendengar jawaban Jason, Kelly baru menerimanya. “Terima kasih!”Reza membantu Kelly untuk meletakkan kotak ke dalam mobilnya, lalu menggandeng Sonia masuk ke mobil.Tempat tinggal Kelly agak jauh dari pusat kota. Apalagi ditambah dengan macet panjang, mereka baru tiba di rumah kontrakan Kelly setelah satu jam perjalanan.Berhubung sudah larut malam, Kelly tidak mengundang Sonia untuk ke rumahnya lagi. “Kalian cepat pulang sana!”Sonia tahu Kelly sedang merasa sedih, hanya saja dia tidak tahu bagaimana menghibur Kelly. Dia hanya bisa berkata dengan lembut, “Mulai sekarang, semuanya akan semakin membaik!”Kelly mengangguk dengan terisak-isak. “Emm!”Kelly memeluk hadiah pemberian Jason, lalu berpamitan dengan Sonia dan Reza. Reza merangkul pundak Sonia. “Mari kita pulang!”Area ini adalah area yang cukup kuno. Jadi, mobil dilarang parkir di luar gedung. Tiba-tiba tatapan Sonia tertuju pada sepeda-sepeda di luar gedung. Dia lalu berbisik terhadap Reza, “Tunggu sebentar!”…Setel
Para lelaki di dalam ruangan, ada yang merokok, dan ada yang sedang meneguk alkohol. Mereka semua melirik Sonia dengan tatapan mesum. “Cewek dari mana?”Lelaki lainnya tersenyum dan berkata, “Pacarku, cantik, ‘kan?”“Heh! Mana mungkin!”Semua orang langsung tertawa terbahak-bahak.Wanita yang duduk di samping Monica berdiri dan bertanya, “Siapa kamu?”Kemudian, lelaki yang berdiri di belakang berkata, “Siapa yang cariin cewek secantik ini buat aku? Ternyata kalian semua baik banget sama aku!”Semua orang kembali tertawa.Sonia melirik orang-orang di dalam ruangan dengan tenang. “Semuanya keluar! Kalau nggak, aku akan lapor polisi!”“Lapor polisi?” Seorang wanita memegang rokok, lalu menekannya di atas meja tamu. Kemudian, dia mengambil botol anggur hendak melayangkannya ke sisi Sonia.Sonia masih tetap berdiri di tempat, dan tetap tidak terlihat ekspresi apa pun di wajahnya. Saat botol hampir mengenai kepala Sonia, tiba-tiba Sonia meraih pergelangan tangan wanita itu, merebut botol ter
“Kami bersihkan sekarang! Tenang, kami akan bersihkan sampai bersih!” Wajah Michael tampak berkerut lantaran kesakitan dan ketakutan. Dia bahkan tidak berani menatap Sonia, langsung berdiri pergi mengambil sapu.Sementara, teman-teman yang lain juga mengikuti langkah Michael untuk mulai membereskan rumah.Saat ini, Sonia bersandar di dinding sambil memantau mereka semua. Monica sedang menyapu di dekat Sonia. Wajah sebelah kiri Monica tampak membengkak. Ketika menyapu di dekat Sonia, dia menatap belakang kepala Sonia dengan sangat galak.Saat Monica baru saja mengangkat sapu di tangannya, Monica merasa ada sesuatu yang menancap di dalam pergelangan tangannya. Rasa sakit seketika dirasakan Monica.Monica menjerit kesakitan. Sapu yang digenggamnya tadi pun sudah jatuh di lantai. Saat Monica melihat pergelangan tangannya, dia pun menyadari pergelangan tangannya sudah ditusuk oleh kunci.Sonia menoleh dan tampak Reza yang sedang berdiri di depan pintu rumah. Dia melirik Reza sekilas, lalu m
Sonia mengangkat Monica, lalu melemparnya di atas lantai. Kemudian, dia membalikkan badannya untuk melirik orang-orang di dalam rumah. Mereka semua semakin ketakutan lagi.Tak sampai setengah jam, rumah sudah dibersihkan dengan sangat bersih. Bahkan, kompor di dapur juga sudah digosok hingga mengkilap.Padahal mereka semua tidak pernah melakukan pekerjaan rumah. Hanya saja, mereka semua melakukannya dengan terpaksa dan menyelesaikannya dengan sangat baik.Selesai membereskan rumah, mereka semua berbaris dengan rapi seperti tentara saja.Reza masih bersandar di dahan pintu menyaksikan orang-orang yang sedang ketakutan lantaran diberi pelajaran oleh Sonia. Dia spontan ingin tertawa.Sonia menyuruh Kelly untuk memeriksa setiap kamar.Kelly pergi memeriksanya, lalu kembali dan berkata, “Semuanya sudah bersih.”Sonia mengangguk, lalu berkata pada semuanya, “Pulang sana!”Mereka semua bagai burung yang dibebaskan dari sangkar saja, langsung berbondong-bondong meninggalkan rumah. Sepertinya k
Beberapa saat kemudian, Reza baru berhenti. Jari-jari tangannya mengelus ujung bibir Sonia. Dia lalu berkata dengan suara serak, “Sonia, sewaktu di bawah, kamu sudah tahu orang-orang itu akan menindas Kelly, ‘kan? Lain kali kalau kamu bertemu kejadian seperti ini lagi, meski kamu ingin bantu Kelly, bisa nggak kamu ajak aku juga?”Hati Sonia sedikit tergerak. “Maaf!”Tatapan Reza sangat tajam. “Aku nggak mau ucapan maaf dari kamu. Aku ingin kamu ingat kalau aku itu pacarmu!”Sonia menggigit bibirnya. “Aku bisa selesaikan sendiri ….”Belum sempat Sonia menyelesaikan omongannya, dia pun menyadari Reza sedang mengerutkan keningnya. Sonia segera terdiam, lalu berkata, “Iya, iya!”“Pintar!” Ujung bibir Reza spontan melengkung ke atas. Dia lalu bertanya, “Sepertinya kamu bukan cuma pernah latihan seni bela diri?”Sonia sedikit terkejut, lalu bertanya dengan pelan, “Apa kamu sangat terkejut dengan kehebatanku?”Reza menatap Sonia. “Emm, agak terkejut. Tapi aku lebih merasa kasihan dan bingung.
Sonia turun di dua stasiun bus baru sampai di Arkava Studio. Sonia berangkat pada pukul 07.40, dan tiba di Arkava Studio hampir jam 08.30.Awalnya Sonia mengira Winnie yang interview bersamanya tidak akan datang hari ini. Siapa sangka Sonia akan bertemu dengannya di depan gedung.Winnie tidak menyukai Sonia. Dia pun mendengus langsung berjalan ke dalam gedung.Resepsionis memberi tahu Sonia bahwa dia disuruh untuk menunggu di ruang rapat. Nanti Wakil Direktur, Wendy, akan mengatur pekerjaan. Kemudian, resepsionis memberinya satu set daftar nama pekerja di studio.Sonia berterima kasih, lalu berjalan pergi ke ruang rapat.Saat ini Winnie juga sedang berada di dalam ruang rapat. Ketika melihat Sonia berjalan memasuki ruangan, dia sengaja memalingkan kepalanya, seolah-olah ingin membuat jarak dengan Sonia yang tidak profesional itu.Sonia membaca daftar nama pekerja di studio. Bos Arkava Studio: Juno dan King.Direktur Desainer: King dan Rose.Wakil Direktur Desainer: Wendy.Desainer: Ma
Rapat mingguan dimulai. Wendy mengatur pekerjaan untuk desainer, lalu memuji Stella. Dia mengatakan hasil desain Stella sangat bagus, dan mendapat pujian dari pelanggan.Stella sedang duduk di samping Silvia. Dia pun berlagak rendah hati. “Itu semua berkat bimbingan Kak Silvia.”Silvia pun tersenyum sungkan.Setelah rapat hampir selesai, Wendy pun mengatur pekerjaan untuk Sonia dan Winnie. “Sonia, kamu jadi asistennya Mellie.”Desainer yang bernama Mellie langsung menolak. “Aku nggak mau!”Wendy mengerutkan keningnya. “Kenapa?”Mellie melirik Sonia sekilas, dan berkata dengan ekspresi risi, “Aku baru menerima proyek berlian. Belakangan ini aku sangat sibuk, nggak ada waktu buat ajari anak baru. Aku juga nggak mungkin berharap dia bisa membantuku! Kamu atur dia jadi asisten yang lain saja!”Stella menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan senyumannya.Sementara itu, Winnie malah tidak menyembunyikan senyumannya.Mandy melirik Sonia, dan tampak ekspresi tenangnya. Dia tidak terlihat kes
Langit biru jernih membentang luas. Sungai kecil mengalir deras. Rerumputan hijau tumbuh lebat di tepiannya. Bayangan pohon willow keemasan terpantul di permukaan air, mengikuti aliran sungai. Sementara di seberang sungai sana, pegunungan menjulang dengan lanskap yang begitu luas dan megah.Theresia berjalan ke tepi sungai. Airnya kelihatan sungguh nyata. Saking jernihnya, terlihat batu-batu kerikil yang indah di bawah sana. Bahkan, beberapa ekor ikan kecil dan udang juga kelihatan sedang berenang di dalamnya.Apakah mereka benar-benar sedang berada di lantai 12 bawah tanah?Wanita berambut pirang duduk di bawah tenda. Di atas taplak meja yang bersih itu diletakkan berbagai jenis buah-buahan dan juga camilan. Ada juga ayunan dengan dua tempat duduk di sebelah. Sepertinya biasanya wanita berambut pirang dan Tensiro sering bersantai di sini.Setelah duduk beberapa saat di sini, wanita berambut pirang membawa Sonia dan Theresia kembali ke koridor. Pintu yang satu lagi dibuka, terlihat pa
Rayden membawa orang-orang untuk berjalan melewati koridor. Pada akhirnya, mereka tiba di sebuah ruangan yang sangat amat luas. Di dalamnya terdapat ruang baca, ruang tamu, ruang makan, dan juga kamar.Saat ini, ada seorang pria berusia sekitar 40-an berpakaian putih dan bermasker sedang duduk di ruang tamu. Dia berdiri di depan komputernya. “Tuan Rayden.”Rayden memperkenalkan kepada mereka, “Dia adalah penanggung jawab di sini, Profesor Tensiro!”Tensiro kelihatan sangat waspada ketika melihat kedatangan banyak orang. Dia mengamati mereka sejenak, lalu mengangguk dengan perlahan.Sonia spontan menurunkan tangannya. Pria itu memang mengenakan masker, tetapi Sonia bisa mengenali pria itu dari sepasang matanya. Pantas saja Sonia tidak bisa menemukannya selama ini!Ketika melihat lingkungan sekitar, sepertinya pria ini akan selalu tinggal di tempat ini. Kedua mata Sonia berkilauan. Dia menatap bayangan punggung Reza. Tiba-tiba dia bisa mengajukan untuk berkunjung ke laboratorium gelomba
Himawan datang untuk menyapa, “Tuan Kase, Nona Ruila, Tuan Rayden tahu kalian akan ke sini. Dia sudah menunggu kalian dari tadi!”Kase pun berkata dengan tersenyum, “Kalau begitu, ayo kita ke atas!”“Silakan, Tuan Kase!” Himawan sedikit menunduk. Rambut ikal cokelat keemasan yang agak panjang tergerai di sisi telinganya, membuatnya kelihatan sangat tegas dan serius.Semua orang berjalan bersama menuju lantai atas dan masuk ke kantor Rayden. Saat ini, Rayden dan Winston langsung melangkah maju untuk menyambut mereka.Setelah berbasa-basi, mereka duduk di tempat. Kali ini, Rayden berkata dengan serius, “Pertama-tama, aku ucapkan selamat datang kepada Raja Bondala dan Tuan Kase ke Istana Fers. Kalau jamuanku kurang memuaskan, aku harap kalian bisa memakluminya.”“Anggota Istana Fers, sudah mengerahkan tenaga dan uang banyak dalam pengembangan energi terbarukan. Sekarang kami butuh kalian berdua sebagai mitra kerja sama untuk mengembangkannya ke pasaran. Kalau kalian punya persyaratan atau
Sonia yang sedang duduk di depan meja makan merasa tidak sanggup untuk menelan lagi. Dia segera meminum sup, lalu berdiri. “Semuanya, aku ambil barang sebentar di atas!”Kase juga ikut berdiri. “Aku juga pergi ganti pakaian dulu. Mohon Raja Bondala tunggu sebentar!”Kase pun berjalan pergi.Kening Reza semakin berkerut ketika menatap bayangan punggung Kase. Betapa inginnya dia menggebuki pria di hadapannya ini. Theresia spontan tertawa.Reza meliriknya. “Apa lucu?”“Nggak!” Theresia menggeleng. “Aku hanya merasa Sonia bahagia sekali!”Reza menurunkan kelopak matanya. Raut wajahnya masih kelihatan muram, hanya saja tatapannya sudah berubah melembut.…Sonia memasuki kamar. Kase juga mengikutinya, lalu berpesan, “Nanti saat kita pergi menemui Rayden, kamu naik bersamaku. Kamu jangan beraksi sendiri. Kamu mesti berhati-hati dengan Rayden dan juga Raja Bondala.”Sonia mengangkat-angkat alisnya. “Ada apa dengan Raja Bondala?”“Aku juga tidak tahu bagaimana mengatakannya, tapi aku merasa di
Lantai tangga dan ruang tamu memang dilapisi karpet, tetapi tubuh Kase tetap terasa pegal. Dia berdiri dengan merintih kesakitan. Pada saat ini, dia kebetulan bertatapan dengan Bondala, raut wajahnya semakin muram lagi!Kase menepuk-nepuk pakaiannya, lalu tersenyum berlagak tidak terjadi apa-apa. “Aku tidak sengaja tergelincir. Tidak apa-apa, aku tidak merasa sakit sama sekali!”Theresia takut dirinya tidak bisa menahan tawanya. Dia segera memalingkan kepalanya ke sisi jendela menatap ke halaman di luar.Reza selalu bersikap tenang. “Aku kira begini cara Keluarga Milana memberi hormat kepada tamu!”Kali ini, Theresia benar-benar tidak bisa menahan tawanya lagi. Dia keceplosan dan segera menutup mulutnya.…Sonia baru saja selesai mandi. Saat dia mengambil pakaiannya, dia melihat obat yang diletakkan Kase di atas nakas. Terlihat cairan di dalam botol kaca berwarna cokelat transparan. Sonia spontan kepikiran dengan celotehan Kase tadi.Namun, apa yang dikatakan Kase memang benar. Sekaran
Setelah tiba di luar kamar Sonia, Kase juga tidak mengetuk pintu, sebab dia tahu Sonia masih belum bangun.Sekarang asalkan Sonia tidur, dia pun tidak bisa bangun dengan sendirinya, mesti ada yang membangunkannya.Kase berjalan ke dalam, lalu duduk di samping ranjang. Ketika menatap ekspresi kesakitan di wajah Sonia, hati Kase terasa bagai sedang diremuk saja.Entah apa yang sedang dimimpikan Sonia hingga dia begitu ketakutan?Kase sudah mengutus anggotanya untuk mencari obat untuk menetralisir racun di dalam tubuh Sonia, tetapi semua obat yang ditemukannya tidak berkhasiat sama sekali. Sonia masih saja terjebak dalam mimpinya.Biasanya Sonia sangat suka tidur. Namun sekarang, tidur sudah menjadi siksaan baginya.Hati Kase semakin penat lagi, juga semakin menyesal. Dia spontan berkata dengan lembut, “Ruila, bangunlah!”“Sayangku, sudah pagi, sudah saatnya untuk bangun!”“Matahari sudah terbit!”…Pada akhirnya, Kase terpaksa menggoyang lengan Sonia. Sonia pun baru terbangun dengan kage
Sonia menatap Reza yang berada di dalam layar mulai memejamkan matanya. Bulu mata lentiknya mulai menutup bola mata indahnya. Reza benar-benar sudah kecapekan!Sonia tahu betapa Reza mencemaskannya selama beberapa hari ini. Dia juga mengerti betapa bersabarnya Reza selama beberapa saat ini! Sonia juga tahu betapa Reza mencintainya.Sonia menatap wajah Reza yang sedang tidur. Rasa gembira dan pilu meluap di dalam hatinya. Matanya spontan menjadi basah. Kemudian, Sonia bergumam, “Suamiku, aku mencintaimu!”Kebersamaan selama dua hari dua malam di ruang rahasia bawah tanah membuat Sonia merasakan gejolak dalam hatinya, sebuah perasaan yang berbeda dari persahabatan di medan perang. Itulah sebabnya Sonia memutuskan untuk pergi ke Jembara untuk mencari jawaban atas perasaan aneh itu.Namun, saat benar-benar bertemu dengan Reza dan menghabiskan waktu bersama, Sonia baru menyadari betapa luar biasanya pria itu. Saat itulah Sonia benar-benar memahami apa yang dinamakan cinta.Perasaan itu baga
Reza semakin tidak menyukai Kase lagi. Dia pun memerintah dengan suara dingin, “Pergi! Pergi ledakkan aula persembahan itu! Hancurkan!”“Raja Bondala!” Theresia buru-buru mendekatinya. “Aku sangat memahami perasaanmu saat ini. Tapi, aku harap kamu bisa menenangkan dirimu. Jangan menimbulkan masalah baru dalam kondisi seperti ini! Kalau kamu meledakkan aula persembahan Kediaman Keluarga Milana, seharusnya Kase dan Rayden akan menyelidiki sampai ke dirimu. Kalau mereka menelusuri identitasmu, bisa jadi mereka juga akan menemukan informasi mengenai Sonia.”Suara Theresia terdengar sangat tenang. “Suki sudah ‘mati’. Sonia juga nggak akan ungkit nama itu lagi di hadapan siapa pun. Kase nggak bakal mengetahuinya. Seandainya kamu meledakkan aula persembahan itu, malah akan menimbulkan kecurigaan.”Raut wajah Reza kelihatan sangat tenang. “Maksudmu, aku mesti bersabar?”Theresia berkata, “Untuk sementara ini, kamu terpaksa bersabar dulu!”Reza memadamkan rokok ke dalam asbak, lalu mengangguk d
Setelah Sonia pergi, Reza duduk di sofa sembari mengambil sebatang rokok. Dia berkata pada Theresia, “Terima kasih. Kamu pergi istirahat sana!”Theresia menuangkan segelas anggur, lalu berjalan ke sisi jendela. Dia menatap pemandangan malam di Istana Fers. Entah di mana Morgan saat ini? Apa dia benar-benar sedang berada di Istana Fers?Pada saat ini, Theresia memalingkan kepala Reza. “Tuan, Federasi Mali yang kamu pimpin dan Barkia milik Tuan Morgan adalah tanah suci. Biarkan Hondura juga kembali menjadi tanah suci.”Dulu, Theresia pertama kali bertemu dengan Morgan di Hondura. Pada saat itu, ada sebuah tempat bernama Red Hole yang khusus melelang gadis-gadis muda. Theresia adalah salah satu dari mereka yang dilelang.Theresia dijual oleh orang tuanya, lebih tepatnya oleh orang tua asuhnya. Setelah dibawa pergi dari perbatasan, dia melewati banyak tempat, lalu pada akhirnya tiba di Hondura yang mana merupakan neraka bagi para manusia.Morgan lebih tua sepuluh tahun daripada Theresia. P