Ekspresi Robi terlihat sedikit kaku karena apa yang tadi dia lakukan memang merupakan hal yang cukup repot. Bahkan rasanya dia kehilangan selera untuk makan malam nanti.Vivian terlihat melamun dan pandangannya terlihat kosong sambil berkata, “Kalian pergi saja. Kalau ada yang tanya, aku akan bilang mereka berdua minum-minum di lantai atas. Kalian juga nggak pernah datang ke sini.”“Aku rasa nggak akan ada orang yang akan menanyakan hal ini,” ujar Sonia.Sebersit sorot keraguan melintas di mata Vivian, tetapi sedetik kemudian berbinar cerah. Benar juga apa yang dikatakan Sonia. Saat kedua orang itu sudah tersadar, mereka pasti akan terasa sangat canggung dan memalukan. Tidak mungkin mereka ingin mengungkit kembali hal seperti ini.Di dalam vila terpasang kamera CCTV, tetapi tempat ini merupakan tempat milik Reza. Mereka tidak akan bisa mengetahuinya. Mau tidak mau mereka hanya bisa membisukan diri dan menganggap apa yang terjadi tadi seperti tidak terjadi.***Sonia dan Robi kembali ke
Keesokan harinya Maxwell dan Reza menandatangani kontrak. Yang bekerja sama dengannya hanya ada keluarga Herdian. Maxwell mengulurkan tangan dan berkata, “Senang bisa bekerja sama dengan Pak Reza!”Reza balas menjabat tangan lelaki itu dan berkata, “Senang juga bisa bekerja sama dengan Pak Maxwell!”Lelaki itu tertawa dan berkata, “Kekasihnya Pak Reza sangat lucu. Terima kasih padanya karena sudah membantu istri saya menemukan giok peninggalan neneknya yang sudah hilang sejak lama. Benar-benar terima kasih sekali. Saya minta tolong Pak Reza untuk sampaikan ucapan terima kasih saya yang sangat tulus.”“Terima kasih buat pujiannya. Saya pasti sampaikan pada dia,” ujar Reza dengan senyuman bersahabat.“Hari ini kami akan kembali. Kita komunikasi via telepon saja,” ujar Maxwell.“Baik.”Jadwal penerbangan Maxwell dan Mellisa adalah sore hari ini. Sonia dan Reza mengantarkan mereka berdua keluar dari vila. Saat hendak kembali, dia melihat Vivian yang tengah menunggu di depan vila.Saat Rend
“Aku masih mencari alasan untuk membela dia dan menghibur diriku sendiri. Tapi dia justru mendorongku lagi ke arah Chris. Sampai akhirnya aku mengerti kalau di matanya aku hanya seorang perempuan genit yang bisa melakukan hal licik.”Sonia tidak tahu harus berkata apa dan hanya berkata dengan pelan, “Kalau kamu sudah sadar, nggak ada kata terlambat untuk memperbaikinya.Wajah Vivian tampak pucat pasi dengan kedua bola mata yang memancarkan kesedihan serta sakit hati. Dia mengangguk dengan pelan dan berkata, “Aku sudah mengatakan untuk berpisah dengan dia. Dia pikir aku hanya sedang merajuk dan akan sama seperti yang lalu-lalu. Setelah berantem aku akan kembali dengan sendirinya pada dia.”“Hanya aku sendiri yang tahu kalau hati aku sudah sepenuhnya mati. Perasaanku padanya sudah mati dan juga cintaku padanya ikut mati. Aku nggak akan kembali lagi karena sudah membeli tiket ke Negara Madani yang akan berangkat tiga jam lagi.”Mendengar hal itu membuat Sonia turut bahagia. “Dengan bakat
Setibanya di vila, Reza tengah bekerja di ruang baca. Sonia langsung masuk ke kamar dan berdiri di balkon sambil memandangi pemandangan di depannya.Bagaimanapun semua memori yang ditinggalkan di sini merupakan memori yang indah. Termasuk memori dengan Vivian dan juga Mellisa. Dari balik tubuhnya terdengar suara langkah kaki yang perlahan mendekat. Sedetik kemudian seorang lelaki memeluk pinggangnya dan memasukkan tubuhnya ke dalam pelukan.“Lagi pikirin apa?” tanya Reza dengan punggung sedikit membungkuk.Sonia menoleh ke samping dan berkata, “Vivian dan Rendi sudah putus, dia sudah pesan tiket ke Madani sore ini.”Raut wajah lelaki itu terlihat datar dan hanya berkata, “Rendi bukan orang yang baik. Putus dengan dia juga merupakan hal yang baik bagi Vivian.”Sonia tertawa kecil dan bertanya, “Lalu bagaimana dengan Pak Reza? Apakah Pak Reza orang baik?”Reza mencubit dagu perempuan itu dan mengangkatnya sedikit ke atas. Dia terkekeh dan berkata, “Di dunia ini nggak ada yang namanya ora
Setelah sambungan telepon terhubung, suara Jason terdengar dari seberang telepon dan berkata, “Sudah kembali ke Jembara belum? Aku terluka, buruan datang jenguk aku!”Reza pikir lelaki itu hanya bercanda, dengan santai dia berkata, “Ginjal kamu yang terluka atau hati kamu?”Jason terbahak dan menjawab, “Beneran, buruan datang!”“Di mana?” tanya Reza.“Di lantai bawah,” jawab Jason lagi.Reza tercenung dengan mata memicing. Sonia juga ikut mengambil ponselnya untuk menghubungi Kelly dan menanyakan apakah perempuan itu ada di rumah atau tidak. Reza mendekatinya dan berkata, “Nggak perlu telepon, aku turun ke bawah sama kamu.”“Oh?” Sonia terlihat tidak mengerti.Lelaki itu juga tidak berencana menjelaskan apa pun, dia menggandeng tangan Sonia dan berjalan turun ke lantai satu. Mereka berdua tidak menggunakan lift karena hanya berjarak satu lantai saja.Dia menekan bel dan Kelly muncul dari balik pintu. Dia terdiam ketika melihat sosok Sonia kemudian tatapannya beralih ke arah Reza. Dia d
Jason melirik lelaki itu dan tersenyum penuh arti. “Sebenarnya apa hubungan kalian berdua sampai kamu harus kasih dia penjelasan?”Ekspresi Reza biasa saja dan menjawab, “Justru hubungan pertemanan makanya butuh penjelasan yang jelas.”“Teman?” Jason menghela napas dan melanjutkan kembali ucapannya, “Kamu jangan merusak kata pertemanan boleh nggak?” kata Jason sambil tertawa.“Tenang saja, aku nggak sama dengan kamu. Maksud aku tentang seni bela diri, biasanya nggak menyentuh gadis polos seperti dia. Kalau dia keberatan, aku anggap aja dia teman laki-laki!”Reza hanya mendelik sinis dan berkata, “Aku lihat sepertinya kamu baik-baik saja. Mending buruan pulang! Kalau memang nggak bisa, minta pacar-pacar kamu yang jaga kamu saja!”Kening Jason berkerut dan berkata, “Luka aku ini luka dalam, kata dokter setidaknya harus istirahat selama satu minggu penuh! Selain itu aku juga sudah jamin kalau nggak akan melakukan yang aneh-aneh dengan Kelly. Kenapa kamu curiga sama aku terus?”Dengan pela
Jason juga ikut tertawa kecil dan berkata, “Sonia, kamu jangan pergi! Kalau kamu pergi, Reza akan mengusirku untuk memberimu tempat.”Sonia hanya melirik Reza sekilas dan mengangguk sambil berkata, “Baiklah, kalau gitu aku akan merepotkanmu dulu."Setelah itu barulah Reza berjalan keluar dan tidak lupa berpesan pada Sonia, “Nggak perlu peduli dengan omongan Jason! Lakukan apa yang mau kamu lakukan, setelah makan langsung naik!”“Iya, tahu. Kamu nyetir sendiri?” jawab dan tanya Sonia.“Robi sudah tunggu di bawah.”“Hati-hati di jalan!”Jason duduk di ruang tamu dan tersenyum penuh arti ke arah Kelly sambil bertanya, “Menurutmu mereka berdua mirip apa?”“Apa?” tanya Kelly sambil memandangi dua orang yang saling berpesan di depan pintu.“Kamu nggak pernah pacaran?” tanya Jason dengan raut wajah terkejut.“Belum pernah,” jawab Kelly sambil menggelengkan kepalanya.“Pantas saja! Kapan-kapan Kak Jason ajarin! Dijamin kamu akan membuat lelaki lain tergila-gila denganmu,” kata Jason.Kening Ke
Kelly mengangguk yakin dan menjawab, “Yerin sebesar itu!”Sonia mengernyit dan menggumam, “Ternyata Jason suka yang tipe seperti itu.”Kelly tidak bisa menahan tawanya dan ikut berkata, “Mungkin dia itu sapi kelaparan di kehidupan sebelumnya, makanya dia sangat menyukai sapi di kehidupannya yang sekarang.”Sonia membayangkan ucapan Kelly dan menyemburkan tawanya seketika.Tok! Tok!Pintu kaca di daerah dapur diketuk dan sedetik kemudian terlihat Jason yang mendorong pintu sambil bertanya, “Ladies, ada pasien yang sangat kasihan sedang kelaparan dan menunggu makanannya!”Kelly tersentak karena dia mengira Jason mendengarkan ucapannya yang terakhir. Dia menoleh ke arah Sonia dan keduanya saling bertatapan. Bayangan akan sapi jantan dan betina yang tadi mereka bicarakan kembali terlintas di benak mereka dan membuat tawa keduanya menyembur seketika.“Memangnya aku ngomong apa? Ada yang lucu?” tanya Jason dengan bingung.Kelly menahan tawa dan mengeluarkan sat kotak kue dari dalam kulkas da
Tenggorokan Juno bergerak. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Rose.Rose malah langsung membukanya lagi. “Panas! Panas sekali!”Juno kembali menarik selimut, lalu menahan Rose tidak mengizinkannya untuk bergerak. Keningnya sendiri juga ikut berkeringat.Biasanya orang yang demam akan merasa kedinginan. Kenapa Rose malah berbeda?Juno mencari pakaian Rose, lalu memasukkannya ke dalam selimut. Dia meraba-raba mulai memakaikan pakaian di tubuh Rose. Meskipun hendak memanggil pelayan, Rose juga mesti duluan mengenakan pakaiannya. Jika tidak, bagaimana pemikiran orang lain ketika melihat Rose tidak mengenakan apa-apa di dalam kamarnya?Mungkin karena merasa gugup dan tidak pernah membantu orang lain untuk mengenakan pakaian dalam, Juno pun meneliti beberapa saat baru berhasil mengenakannya. Di antaranya, tentu saja tersentuh bagian yang tidak seharusnya tersentuh. Juno memaksakan dirinya untuk menganggap Rose sebagai anak kecil yang baru datang ke rumah Aska saja.Pada akhirnya, Juno m
Saat menjelang malam, Juno baru tiba di rumah Aska.Penerbangan ke Kota Jembara dibatalkan. Dia pun menaiki pesawat terbang duluan ke Kota Samuderang. Kemudian, dia mengendarai mobil ke rumah dari Kota Samuderang. Dia kelihatan sangat buru-buru, entah siapa yang ingin dia temui?Setelah menempuh perjalanan seharian, Juno berencana kembali ke kamar untuk membasuh tubuhnya terlebih dahulu, baru pergi menemui Aska dan Jemmy.Saat melewati belakang taman, Juno pun bertemu dengan Morgan.Juno yang kelihatan letih itu menunjukkan raut hormatnya. “Kak Morgan!”“Kata Kakek Aska, kamu tidak sempat pulang hari ini. Aku tidak menyangka kamu akan pulang hari ini!” Di tengah dinginnya salju, wajah Morgan kelihatan semakin tampan. “Sudah menyusahkanmu!”Juno tersenyum datar. “Kami sudah mengerahkan seluruh kemampuan kami untuk mengumpulkan barang bukti. Semuanya berjalan lancar, tidak tergolong susah.”Kemudian, Juno bertanya, “Bagaimana kondisi Sonia?”“Dia hanya mengalami sedikit luka, kondisinya b
Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kalau ada cowok dengan persyaratan sebagus itu, kenapa kamu menyisakannya untukku?”Ranty berkata dengan menghela napas. “Karena aku sudah masuk ke dalam jebakan Matias. Kalau nggak, aku pasti akan mengejarnya!”Theresia tersenyum. “Sudahlah, belakangan ini aku benar-benar lagi sibuk. Nggak ada waktu buat pacaran!”“Sejak kapan kamu punya waktu? Jangan cari alasan. Aku saja nggak pernah lihat kamu pacaran. Sebagai teman, aku merasa sudah seharusnya kamu mempertimbangkannya!”Theresia terdiam. Tiba-tiba dia kepikiran dengan malam meninggalkan Hondura. Pria itu memberitahunya untuk mencari orang yang kamu sukai dan hidup dengan baik.Waktu itu, Theresia benar-benar berjanji padanya. Dia memang merasa sudah seharusnya berpamitan dengan masa lalu, lalu memulai hidup barunya.Ketika menyadari Theresia tidak berbicara, Ranty berkata dengan tersenyum, “Hanya ketemuan saja. Kalian juga bukan mesti bersama setelah bertemu. Kamu bisa anggap jadi sebuah pen
Dalam sesaat, Jason teringat dengan mereka berempat sebelumnya tinggal di sini. Dia mengajari Kelly bagaimana mendapatkan hati orang yang dia sukai. Kelly membalasnya, “Aku juga nggak suka sama kamu!”Meskipun waktu sudah berlalu lama, Jason masih saja bisa merasakannya!Jason menghela napas. “Sudahlah, kalian lebih akrab. Cuma aku saja orang luar di sini!”Yana menjerit, “Ayah, aku dan kamu sama-sama jadi orang luar!”Semua orang langsung tertawa.Jason terharu hingga kedua matanya berkilauan. “Yana memang baik. Memang tidak salah lagi, Yana memang putri kandungku!”“Jangan cerewet lagi. Cepat pergi potong kentang sana!” Reza menarik Jason untuk kembali ke kamar.Di dalam ruang tamu, Kelly menyerahkan biskuit cokelat buatannya kepada Sonia. “Apa masalah sudah diselesaikan? Saat aku di Lonson, aku sangat mencemaskanmu. Kata Kak Jason, aku mesti percaya dengan kemampuan kamu dan Kak Reza! Sesuai dugaannya, begitu kalian kembali, semua masalah pun sudah diatasi. Aku benar-benar merasa sa
Sonia berkata canggung, “Hallie masih berada di Kediaman Keluarga Herdian.”“Aku sudah beri tahu Ibu. Malam ini kita akan tinggal di rumah Tuan Aska untuk temani Kakek. Aku suruh Ibu untuk bantu jaga Hallie,” ucap Reza dengan perlahan.Sonia memalingkan kepala untuk melihat Reza. “Kalau di Kediaman Keluarga Herdian, juga nggak ada yang ganggu kita. Ngapain kamu mesti bohong?”Kebetulan mobil sedang berhenti di depan lampu merah, Reza memalingkan wajahnya untuk menatap Sonia. “Aku takut kamu tidak bebas di rumah!”Wajah Sonia seketika merona. Dia memelototi si pria hingga tidak bisa berkata-kata.Reza tersenyum tipis. “Bercanda. Jason dan Kelly sudah kembali ke Imperial Garden. Katanya, mereka sudah persiapkan yang enak-enak untuk menyambutmu.”Sonia meliriknya sekilas, lalu memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela.“Umur Hallie dan Tasya sebaya. Selama di rumah, kamu tenang saja!” ucap Reza.“Emm!” Sonia mengangguk dengan perlahan.“Kebetulan ada yang ingin aku katakan sama kamu,
Reza kelihatan tenang. “Sebelum kamu pulang, Sonia selalu menerima segalanya!”Maksudnya, sekarang giliran Morgan.Morgan mengeluarkan ponsel dengan tenang. “Aku lihat dulu apa ada misi belakangan ini?”Semua orang langsung tertawa.Saat hampir menyelesaikan makan siang, Sonia menyadari Rose yang duduk dengan tidak fokus. Dia mencedok sup untuk Rose. “Ada apa?”Rose menggenggam tangan Sonia. “Sonia, coba kamu pegang kepalaku. Apa aku demam?”Sonia mengangkat tangannya untuk memegang. Memang terasa panas. “Ada masalah apa? Aku panggil dokter kemari!”“Ada apa?” Aska kemari.“Rose demam!” balas Sonia.Semua orang menjadi diam, lalu menatap Rose dengan penuh perhatian.Rose melambaikan tangannya. “Nggak apa-apa. Nggak usah panggil dokter. Semalam aku dan Devin kelamaan di jalan raya. Mungkin aku jadi flu karena masuk angin.”Kening Aska berkerut. “Kondisi tubuhmu tidak bagus dan sering sakit. Memangnya kamu tidak tahu? Kenapa malah berdiri tengah malam di pinggir jalan?”Rose tidak memili
“Bukan!” Tentu saja Sonia tidak bermaksud seperti itu. Dia hanya merasa agak konyol.“Theresia juga cukup malang. Dia nggak punya orang tua. Seorang diri bekerja keras di Kota Jembara. Kalau dia benar-benar bersama Tuan Morgan, bisa jadi mereka bisa akan jadi pasangan sejati!” Tadinya Ranty hanya sembarangan bicara saja. Saat ini, dia malah merasa masalah ini bisa direalisasi. “Seharusnya Kakek nggak akan merasa latar belakang Theresia nggak pantas menjadi bagian Keluarga Bina, ‘kan?”“Tentu saja nggak!” balas Sonia.“Baguslah kalau begitu!” Ranty kelihatan gembira, seolah-olah masalah ini telah berhasil.Sonia tersenyum tipis. “Kak Morgan juga belum pasti akan setuju!”“Kalau begitu, kamu jangan beri tahu dia dulu. Setelah bertemu dengan Theresia, bisa jadi dia akan terpesona oleh Theresia!” Ranty tersenyum nakal. “Theresia itu cewek cantik yang disukai para cowok dan cewek. Dia pasti bisa menarik Tuan Morgan kembali ke dunia fana!”Sepertinya pikiran Sonia berhasil dicuci oleh Ranty.
Ranty telah tiba di rumah Aska. Dia berbasa-basi beberapa saat dengan Jemmy dan yang lain, kemudian menarik Sonia untuk berbicara di samping.“Stella nggak bisa berulah lagi. Dia sudah bertengkar hebat sama Reviana. Sandaran terakhirnya juga sudah hilang. Aku nggak apa-apain dia, cuma bikin dia kehilangan segalanya. Dengan begitu, dia baru bisa merasakan kehidupannya yang semula.”Usai berbicara, Ranty menyerahkan uang hasil transfer Stella tadi kepada Sonia. “Aku sudah periksa sebelumnya, uangnya juga nggak banyak, sekitar 40 miliar saja. Kalau kamu bersedia untuk menyimpannya, kamu ambil saja. Kalau kamu nggak mau, kamu bisa kembalikan kepada Hendri.”Sonia mengambil kartu di tangan, lalu berpikir sejenak, baru berkata, “Aku ingin kembalikan kepada Keluarga Dikara!”Ranty mencemberutkan bibirnya. “Aku tahu kamu pasti akan luluh.”Sonia tersenyum tipis. “Bukan juga. Sekarang perusahaan Keluarga Dikara sedang merugi. Para klien yang dirugikan itu nggak bersalah. Bank akan menyita aset
Jantung Yandi berdebar. Rasa kebas mulai menjalar di dirinya. Dia spontan bersandar ke belakang, lalu menarik kemejanya untuk menutupi bagian pundak yang terpampang lebar. “Aku baik-baik saja. Kamu pulang sana!”“Nggak usah usir aku. Aku akan pergi sendiri nanti!” Tasya meletakkan obat kembali, lalu berkata dengan serius, “Kenapa kamu bisa tertembak? Apa kamu bergabung dalam organisasi gelap? Apa kelak kamu akan sering bertarung lagi?”Yandi menatapnya. “Takut?”“Takut!” Tasya langsung menatap mata Yandi. “Aku takut kamu akan mati!”Yandi tertegun.Tasya berkata dengan menggigit bibirnya, “Aku nggak peduli dengan apa yang kamu lakukan dulu. Kelak aku berharap kamu jangan ke sana lagi, melewati hidupmu dengan baik, ya?”Tadinya Yandi ingin mengatakan bahwa dia memang tipe orang seperti itu. Namun, ketika melihat mata merah Tasya, dia pun tidak beradu lagi dengan Tasya, hanya mengangguk dengan perlahan saja. “Aku punya batasan!”Mereka semua adalah orang dewasa, terutama Yandi. Dia lebih