Kelly mengangguk yakin dan menjawab, “Yerin sebesar itu!”Sonia mengernyit dan menggumam, “Ternyata Jason suka yang tipe seperti itu.”Kelly tidak bisa menahan tawanya dan ikut berkata, “Mungkin dia itu sapi kelaparan di kehidupan sebelumnya, makanya dia sangat menyukai sapi di kehidupannya yang sekarang.”Sonia membayangkan ucapan Kelly dan menyemburkan tawanya seketika.Tok! Tok!Pintu kaca di daerah dapur diketuk dan sedetik kemudian terlihat Jason yang mendorong pintu sambil bertanya, “Ladies, ada pasien yang sangat kasihan sedang kelaparan dan menunggu makanannya!”Kelly tersentak karena dia mengira Jason mendengarkan ucapannya yang terakhir. Dia menoleh ke arah Sonia dan keduanya saling bertatapan. Bayangan akan sapi jantan dan betina yang tadi mereka bicarakan kembali terlintas di benak mereka dan membuat tawa keduanya menyembur seketika.“Memangnya aku ngomong apa? Ada yang lucu?” tanya Jason dengan bingung.Kelly menahan tawa dan mengeluarkan sat kotak kue dari dalam kulkas da
Jason tertawa dan menjawab, “Nggak mahal, hanya alkohol biasa saja. Bawalah.”Sonia melirik botol minuman tersebut dan memang merk ini tidak mahal.Kelly menerima alkohol tersebut setelah mendengar jawaban bahwa minuman tersebut tidak mahal dan berkata, “Terima kasih.”‘Nggak perlu terima kasih,” jawab Jason sambil tertawa. Dia menganggukkan kepala dan berbalik masuk ke dalam ruang baca.Kelly membuka tutup botol dan mengeluarkan dua buah gelas sambil mengajak Sonia untuk ngobrol di balkon. Di balkon terdapat sebuah karpet yang membentang di sana. Kelly menuangkan minuman ke dalam gelas dan menyerahkannya pada Sonia.“Aku hanya pernah minum minuman jenis ini di acara sekolah. Tapi rasanya nggak begitu enak.”Setelah mengatakan kalimat tadi, dia menyesap minuman di gelasnya dan kedua bola matanya berbinar dalam seketika. “Ini lumayan enak! Bahkan jauh lebih enak dari yang pernah aku minum!”Sonia hanya tertawa tanpa berkata apa pun. Dia ikut menyesap minuman tersebut.“Tunggu aku sebent
Jarum jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam ketika dia tiba di Imperial Garden. Reza naik dan langsung menuju ke tempat Jason. Kelly yang membuka pintu dan dia terlonjak ketika melihat sosok Reza.Jason memasang ekspresi bahwa dia sudah menebaknya dan bertanya, “Tamunya sudah pergi?”“Sonia mana?” tanya Reza sambil melangkah masuk ke dalam.Sonia masuk dari balkon dan bertanya, “Kok sudah pulang?”Bukankah tadi katanya lelaki itu tidak kembali ke sini malam ini?“Iya, aku kebetulan lewat waktu antar tamu pulang,” jawab Reza sambil menggandeng tangan Sonia dan berkata, “Sudah malam sekali, jangan ganggu orang sakit istirahat. Kita pulang saja!”Jason tersenyum penuh arti dan bertanya, “Tamu apa yang bisa membuatmu mengantarnya pulang secara pribadi?”Reza hanya tersenyum tipis dan berkata, “Karena terlalu banyak ngomong, otaknya rusak. Jadi nggak ada salahnya anterin dia.”Jason tertawa miring dan berkata lagi, “Tamu ini lumayan spesial.”“Nggak spesial juga, kamu juga harus hati-ha
Jason terdiam dengan wajah keruh. Dia menyapu sosok Kelly dengan sorot mata dingin sambil berkata, “Kurus kerempeng seperti tiang, nggak bisa bujuk laki-laki lagi! Siap-siap saja kamu lajang selamanya!”Setelah mengucapkan kalimat itu dia berbalik pergi dan meninggalkan Kelly yang wajahnya sudah memerah. Dengan suara geram dia bergumam, “Walaupun lajang, aku juga nggak akan cari laki-laki seperti kamu!”“Kamu ngomong apaan?!” tanya Jason yang tiba-tiba berbalik.Kelly mendongak dan matanya menatap langit-langit seakan dia tidak mengetahui apa pun. Perempuan itu melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamarnya. Sedangkan Jason hanya bisa tersenyum pasrah dan ikut masuk ke dalam kamarnya untuk tidur.***Setelah Sonia dan Reza pergi, mereka memutuskan untuk menaiki tangga dibandingkan lift. Kedua lantai tersebut hanya ada rumahnya dan juga Jason, jarang ada yang menggunakan tangga sehingga tidak akan ada orang lain saat ini.Reza langsung menggendong tubuh Sonia dan melangkah naik deng
Melvin menghisap rokoknya dengan kedua mata yang memicing. Reza bukannya bersama dengan Sonia? Apakah sudah ganti?Wajah tampannya terlihat menyunggingkan seulas senyum miring dan berkata, “Secantik apa? Lihat lah wajah kalian yang begitu mupeng! Air liur kalian saja sudah mengalir!”Yanuar yang duduk di samping Lewis mendekatkan dirinya dan menuangkan minuman untuk Melvin. Dengan senyum yang terukir di bibirnya lelaki itu berkata, “Aku pernah ketemu dan ternyata memang cantik! Matanya bener-bener indah! Tapi Reza sudah bilang kalau nggak ada yang boleh menyentuh perempuan itu. Kita semua hanya bisa memandangi saja,”Melvin menyemburkan tawanya dan berkata, “Reza berbicara? Memangnya ucapan dia itu perintah?”Hanya dia yang berani mengatakan kalimat seperti itu. Tidak ada satu orang pun yang berani menyahuti ucapannya tadi. Mereka hanya tersenyum saja untuk merespons ucapan Melvin.Di waktu yang sama ada seorang pelayan yang datang mengantarkan minuman. Yanuar buru-buru menunjuk orang
Lewis tertawa dan bertanya, “Gimana kalau dia nggak mau datang?”Senyuman Melvin lenyap secara perlahan. Sorot matanya berubah dingin dan dengan perlahan berkata, “Kalau gitu kamu berlutut di depan dia!”Yanuar tercenung karena tidak tahu apakah Melvin sedang bercanda dengannya atau tidak. Akan tetapi suasana di ruangan tersebut perlahan-lahan menjadi sunyi. Orang-orang yang tadi masih sibuk tertawa bisa merasakan ada yang aneh dari nada bicara Melvin. Mereka saling berpandangan dan tidak ada yang tahu kenapa lelaki itu tiba-tiba emosi.Waktu Melvin ulang tahun, ada beberapa orang di sana yang juga turut hadir. Akan tetapi mereka tidak tahu kalau perempuan yang memberikan kue adalah Sonia.“Pergi! Berlutut dan minta dia datang! Kamu tampar diri kamu sendiri dan buat dia senang. Pokoknya dia harus datang! Selain itu dia juga harus datang ke sini dengan senang hati!” ujar Melvin dengan bibir menipis.“Dan kamu!” Melvin menyapukan pandangannya ke arah Jessy dengan dingin dan melanjutkan k
Jessy menunduk sambil menggerakkan bibirnya lagi, “Di-dia datang ke Kasen langsung ke lantai delapan, hari pertama saja sudah buat Susan ketiban sial. Kita semua menganggap dia nggak sederhana. Dan ternyata baru dua hari sudah kelihatan belangnya. Ternyata dia orangnya Pak Reza.”“Bahkan Kak Sera saja nggak berani mengganggu orang yang mau dijaga oleh Pak Reza. Meskipun kami sangat sibuk, kami nggak berani meminta dia membantu kami semua. Kalau dia nggak senang, bisa-bisa kami kehilangan pekerjaan ini!”Jessy tidak berani melawan perintah Melvin, dia mengatakan apa yang dia katakan tadi sekali lagi di hadapan Sonia dengan lengkap. Susan dan yang lainnya melebarkan mata mendengar ucapan perempuan itu. Awalnya mereka masih tidak mengerti ketika mendengar kalimat pertama yang dikatakan oleh Jessy, tetapi ketika mendengar kalimat kedua mereka mulai paham.Kalimat yang Jessy ucapkan tadi adalah kata-kata perempuan itu ketika menjelekkan Sonia. Lalu kenapa dia datang dan mengatakannya di had
Dia melihat Yanuar ketika selesai mengatakan kalimat tersebut. Perempuan itu terdiam dan bertanya, “Pak Yanuar, kenapa Bapak ada di sini?”Yanuar mengabaikan Sera dan hanya menatap Sonia dengan raut memelas. Sonia tahu dia tidak mungkin membiarkan Yanuar terus berlutut ketika Sera sudah datang. Dia menyimpan buku dan pulpennya sambil berkata, “Aku ikut kamu ketemu Melvin.”Keringat dingin mengalir begitu deras dari kening lelaki itu. Dia menatap Sonia dengan tatapan penuh rasa terima kasih dan juga kedua tangan yang menyatu sambil berkata, “Terima kasih! Terima kasih, Bu Sonia!”Sonia bangkit dan berkata pada Kak Sera, “Kak Sera, hari ini aku bertanggung jawab di ruangan 8801.”Dengan sedikit ragu Sera berkata, “Kalau Pak Reza datang-““Hari ini dia ada urusan dan nggak akan datang,” potong Sonia.Mendengar ucapan tersebut membuat Sera terdiam dan mengangguk sambil berkata, “Pak Melvin emosinya meledak-ledak, kamu harus hati-hati!”“Iya, aku tahu,” jawab Sonia.“Pergilah!”Yanuar berja
Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kalau ada cowok dengan persyaratan sebagus itu, kenapa kamu menyisakannya untukku?”Ranty berkata dengan menghela napas. “Karena aku sudah masuk ke dalam jebakan Matias. Kalau nggak, aku pasti akan mengejarnya!”Theresia tersenyum. “Sudahlah, belakangan ini aku benar-benar lagi sibuk. Nggak ada waktu buat pacaran!”“Sejak kapan kamu punya waktu? Jangan cari alasan. Aku saja nggak pernah lihat kamu pacaran. Sebagai teman, aku merasa sudah seharusnya kamu mempertimbangkannya!”Theresia terdiam. Tiba-tiba dia kepikiran dengan malam meninggalkan Hondura. Pria itu memberitahunya untuk mencari orang yang kamu sukai dan hidup dengan baik.Waktu itu, Theresia benar-benar berjanji padanya. Dia memang merasa sudah seharusnya berpamitan dengan masa lalu, lalu memulai hidup barunya.Ketika menyadari Theresia tidak berbicara, Ranty berkata dengan tersenyum, “Hanya ketemuan saja. Kalian juga bukan mesti bersama setelah bertemu. Kamu bisa anggap jadi sebuah pen
Dalam sesaat, Jason teringat dengan mereka berempat sebelumnya tinggal di sini. Dia mengajari Kelly bagaimana mendapatkan hati orang yang dia sukai. Kelly membalasnya, “Aku juga nggak suka sama kamu!”Meskipun waktu sudah berlalu lama, Jason masih saja bisa merasakannya!Jason menghela napas. “Sudahlah, kalian lebih akrab. Cuma aku saja orang luar di sini!”Yana menjerit, “Ayah, aku dan kamu sama-sama jadi orang luar!”Semua orang langsung tertawa.Jason terharu hingga kedua matanya berkilauan. “Yana memang baik. Memang tidak salah lagi, Yana memang putri kandungku!”“Jangan cerewet lagi. Cepat pergi potong kentang sana!” Reza menarik Jason untuk kembali ke kamar.Di dalam ruang tamu, Kelly menyerahkan biskuit cokelat buatannya kepada Sonia. “Apa masalah sudah diselesaikan? Saat aku di Lonson, aku sangat mencemaskanmu. Kata Kak Jason, aku mesti percaya dengan kemampuan kamu dan Kak Reza! Sesuai dugaannya, begitu kalian kembali, semua masalah pun sudah diatasi. Aku benar-benar merasa sa
Sonia berkata canggung, “Hallie masih berada di Kediaman Keluarga Herdian.”“Aku sudah beri tahu Ibu. Malam ini kita akan tinggal di rumah Tuan Aska untuk temani Kakek. Aku suruh Ibu untuk bantu jaga Hallie,” ucap Reza dengan perlahan.Sonia memalingkan kepala untuk melihat Reza. “Kalau di Kediaman Keluarga Herdian, juga nggak ada yang ganggu kita. Ngapain kamu mesti bohong?”Kebetulan mobil sedang berhenti di depan lampu merah, Reza memalingkan wajahnya untuk menatap Sonia. “Aku takut kamu tidak bebas di rumah!”Wajah Sonia seketika merona. Dia memelototi si pria hingga tidak bisa berkata-kata.Reza tersenyum tipis. “Bercanda. Jason dan Kelly sudah kembali ke Imperial Garden. Katanya, mereka sudah persiapkan yang enak-enak untuk menyambutmu.”Sonia meliriknya sekilas, lalu memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela.“Umur Hallie dan Tasya sebaya. Selama di rumah, kamu tenang saja!” ucap Reza.“Emm!” Sonia mengangguk dengan perlahan.“Kebetulan ada yang ingin aku katakan sama kamu,
Reza kelihatan tenang. “Sebelum kamu pulang, Sonia selalu menerima segalanya!”Maksudnya, sekarang giliran Morgan.Morgan mengeluarkan ponsel dengan tenang. “Aku lihat dulu apa ada misi belakangan ini?”Semua orang langsung tertawa.Saat hampir menyelesaikan makan siang, Sonia menyadari Rose yang duduk dengan tidak fokus. Dia mencedok sup untuk Rose. “Ada apa?”Rose menggenggam tangan Sonia. “Sonia, coba kamu pegang kepalaku. Apa aku demam?”Sonia mengangkat tangannya untuk memegang. Memang terasa panas. “Ada masalah apa? Aku panggil dokter kemari!”“Ada apa?” Aska kemari.“Rose demam!” balas Sonia.Semua orang menjadi diam, lalu menatap Rose dengan penuh perhatian.Rose melambaikan tangannya. “Nggak apa-apa. Nggak usah panggil dokter. Semalam aku dan Devin kelamaan di jalan raya. Mungkin aku jadi flu karena masuk angin.”Kening Aska berkerut. “Kondisi tubuhmu tidak bagus dan sering sakit. Memangnya kamu tidak tahu? Kenapa malah berdiri tengah malam di pinggir jalan?”Rose tidak memili
“Bukan!” Tentu saja Sonia tidak bermaksud seperti itu. Dia hanya merasa agak konyol.“Theresia juga cukup malang. Dia nggak punya orang tua. Seorang diri bekerja keras di Kota Jembara. Kalau dia benar-benar bersama Tuan Morgan, bisa jadi mereka bisa akan jadi pasangan sejati!” Tadinya Ranty hanya sembarangan bicara saja. Saat ini, dia malah merasa masalah ini bisa direalisasi. “Seharusnya Kakek nggak akan merasa latar belakang Theresia nggak pantas menjadi bagian Keluarga Bina, ‘kan?”“Tentu saja nggak!” balas Sonia.“Baguslah kalau begitu!” Ranty kelihatan gembira, seolah-olah masalah ini telah berhasil.Sonia tersenyum tipis. “Kak Morgan juga belum pasti akan setuju!”“Kalau begitu, kamu jangan beri tahu dia dulu. Setelah bertemu dengan Theresia, bisa jadi dia akan terpesona oleh Theresia!” Ranty tersenyum nakal. “Theresia itu cewek cantik yang disukai para cowok dan cewek. Dia pasti bisa menarik Tuan Morgan kembali ke dunia fana!”Sepertinya pikiran Sonia berhasil dicuci oleh Ranty.
Ranty telah tiba di rumah Aska. Dia berbasa-basi beberapa saat dengan Jemmy dan yang lain, kemudian menarik Sonia untuk berbicara di samping.“Stella nggak bisa berulah lagi. Dia sudah bertengkar hebat sama Reviana. Sandaran terakhirnya juga sudah hilang. Aku nggak apa-apain dia, cuma bikin dia kehilangan segalanya. Dengan begitu, dia baru bisa merasakan kehidupannya yang semula.”Usai berbicara, Ranty menyerahkan uang hasil transfer Stella tadi kepada Sonia. “Aku sudah periksa sebelumnya, uangnya juga nggak banyak, sekitar 40 miliar saja. Kalau kamu bersedia untuk menyimpannya, kamu ambil saja. Kalau kamu nggak mau, kamu bisa kembalikan kepada Hendri.”Sonia mengambil kartu di tangan, lalu berpikir sejenak, baru berkata, “Aku ingin kembalikan kepada Keluarga Dikara!”Ranty mencemberutkan bibirnya. “Aku tahu kamu pasti akan luluh.”Sonia tersenyum tipis. “Bukan juga. Sekarang perusahaan Keluarga Dikara sedang merugi. Para klien yang dirugikan itu nggak bersalah. Bank akan menyita aset
Jantung Yandi berdebar. Rasa kebas mulai menjalar di dirinya. Dia spontan bersandar ke belakang, lalu menarik kemejanya untuk menutupi bagian pundak yang terpampang lebar. “Aku baik-baik saja. Kamu pulang sana!”“Nggak usah usir aku. Aku akan pergi sendiri nanti!” Tasya meletakkan obat kembali, lalu berkata dengan serius, “Kenapa kamu bisa tertembak? Apa kamu bergabung dalam organisasi gelap? Apa kelak kamu akan sering bertarung lagi?”Yandi menatapnya. “Takut?”“Takut!” Tasya langsung menatap mata Yandi. “Aku takut kamu akan mati!”Yandi tertegun.Tasya berkata dengan menggigit bibirnya, “Aku nggak peduli dengan apa yang kamu lakukan dulu. Kelak aku berharap kamu jangan ke sana lagi, melewati hidupmu dengan baik, ya?”Tadinya Yandi ingin mengatakan bahwa dia memang tipe orang seperti itu. Namun, ketika melihat mata merah Tasya, dia pun tidak beradu lagi dengan Tasya, hanya mengangguk dengan perlahan saja. “Aku punya batasan!”Mereka semua adalah orang dewasa, terutama Yandi. Dia lebih
“Biarkan aku tetap berada di sisimu, kita bisa tetap berteman seperti dulu, tapi jangan lagi bersikap dingin dan menjauhiku! Beri kita waktu untuk saling memahami perasaan satu sama lain. Kalau kamu tetap nggak bisa menyukaiku, aku akan mundur.” Tasya mengucapkan kalimat terakhir itu dengan suara terisak-isak.Yandi tidak langsung menjawabnya. Setelah berpikir sejenak, dia mengangguk dengan perlahan. “Oke, boleh!”Tasya tersenyum manis, tetapi dibaluti dengan air mata. Sosok dia saat ini menyentuh hati siapa pun yang melihatnya.Tasya tersenyum karena dirinya memiliki harapan dan juga tersenyum karena dirinya yang tidak berguna. Padahal Yandi tidak menjanjikan apa-apa, dia malah merasa gembira.Tasya buru-buru menyeka air matanya, lalu mengulurkan tangannya sembari berkata dengan sedikit canggung dan berani, “Boleh nggak aku peluk kamu?”“Ja ….”Belum sempat Yandi menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Tasya melompat ke arahnya dan memeluknya erat, menempelkan tubuh mungilnya ke dada pria
Kening Yandi berkerut. “Aku saja tidak peduli. Orang lain lebih tidak usah peduli!”“Tapi, aku peduli!” Tiba-tiba mata Tasya memerah. Dia berkata dengan terisak-isak, “Semalaman aku nggak tidur. Aku takut Leon dan yang lainnya nggak tahu cara untuk jagain kamu. Bahkan ketika bermimpi, aku juga bermimpi kamu berdiri di depanku dengan darah di seluruh tubuhmu!”Yandi terbengong melihat wanita bermata merah. Hatinya terasa sesak. Dia sama sekali tidak mengatakannya.Tasya memalingkan kepalanya, lalu menarik napas dalam-dalam. Dia tidak tahu dirinya sedang marah atau sedih, jantungnya tidak berhenti berdetak kencang.Yandi mengambil tisu untuk Tasya, kemudian berkata dengan datar, “Tasya, mau aku bilang berapa kali baru kamu mengerti. Kita itu bukan orang satu dunia. Dengan pengalaman dari kecilku, pandangan hidup kita berbeda. Kelak kita tidak bisa hidup bersama. Kamu seharusnya mencari orang sebaya, lalu segera berpacaran. Dengan begitu, kamu pun akan melupakanku!”Tasya tidak mengambil