Sonia menunduk. Jari tangannya meraba ke atas meja. Suaranya juga terdengar lembut. âApa kamu lagi rapat?ââTidak. Ada apa?â tanya Reza dengan suara rendahnya.âNggak kenapa-napa. Aku cuma lagi kangen sama kamu.â Suara Sonia semakin lembut lagi. âAku jemput kamu pulang kerja, ya?âReza terdiam sesaat, baru tersenyum. âAku merasa sangat dimanjakan!âUjung bibir Sonia melengkung ke atas. âKamu terima saja perlakuan spesial ini!ââOke!â Suara si pria sangat magnetis.âKalau begitu, kamu kerja dulu sana. Nanti aku akan ke kantor!ââYang cepat!ââOke.âSonia meletakkan ponselnya. Tanpa menunda waktu, Sonia segera pergi menukar pakaiannya, bersiap-siap untuk mencari Reza.âĶSetelah postingan permintaan maaf Cella, bawahan Erwin menjemput Cella di salah satu kamar Hotel Owala.Cella digebuki Ranty hingga sekujur tubuhnya terasa sakit. Setelah itu, dia dibawa pergi oleh Robi. Selama dua hari ini, Cella dikurung di ruangan yang gelap gulita. Tidak ada yang mengobati luka Cella, juga tidak ada y
Sonia menatap Celine dengan tatapan berkilauan, lalu berkata dengan suara datar, âKamu merasa Tuan Reza selalu berpihak sama aku. Sekarang, apa kamu butuh penjelasan dariku lagi?âRaut wajah Celine menjadi pucat. Dia menatap Sonia dengan tatapan tidak percaya.âPenjelasan apa?â Reza melirik Celine, lalu bertanya dengan nada bicara dingin.Tiba-tiba Celine merasa hawa dingin menjalar dari bawah kakinya. Punggungnya spontan terasa tegang. Dia pun menjelaskan dengan suara serak, âNggak kenapa-napa. Aku âĶ aku hanya lagi perhatian sama Sonia.âTatapan Reza menjadi dingin. âPandangan Keluarga Dikara terlalu pendek. Selalu mengutamakan keuntungan saja. Aku harap kamu bukan orang seperti itu!âCeline tahu Reza sedang memberi peringatan kepadanya. Dia segera berkata, âTentu saja aku nggak akan seperti itu. Sejak Sonia kembali ke Kediaman Keluarga Dikara, aku selalu menganggapnya sebagai adikku!âSonia hanya tersenyum sembari melayangkan tatapan sinis. Dia tidak ingin membongkar wajah asli Celin
âEmm.â Sonia mengangguk.Reza menatap mata Sonia. Hanya terlihat senyuman dan Reza di dalam bola mata wanita ini. Kali ini, dia baru merasa tenang, mulai menyalakan mesin mobil meninggalkan tempat.Hari ini bukan akhir pekan. Berhubung tamu di Restoran Moona tidak banyak, Widya juga memiliki waktu senggang untuk mengobrol dengan mereka.Widya menyeduhkan teh bunga yang baru selesai dijemurnya kepada Sonia. Menu baru Rizal juga sudah selesai diteliti. Sayuran itu adalah sejenis sayuran polos. Kelihatannya memang sangat sederhana, tetapi prosedurnya sangat rumit. Tentu saja rasanya tidak mengecewakan!Selesai makan, Sonia pergi ke halaman untuk memberi makan kelinci. Reza duduk di samping Sonia untuk menyuapinya sayuran hijau.âKamu suka kelinci? Nanti kita suruh Pak Yanto untuk pelihara dua ekor di Vila Green Garden,â usul Reza.Sonia mengangkat-angkat alisnya. âKalau pelihara kelinci di dalam taman, setiap harinya mereka mesti menghadapi dua ekor anjing galak. Apa kamu pernah memikirka
Reza menggandeng tangan Sonia, lalu mengusapnya dengan perlahan. âTenang saja, Keluarga Tamara masih belum hebat hingga sanggup mengendalikan satu Kota Kibau. Lagi pula, belakangan hari ini Erwin juga tidak ada waktu untuk memedulikan hal ini. Bisa jadi masa kejayaan Keluarga Tamara sudah akan menjadi masa lalu!âSonia mengangguk. Tatapannya kelihatan tegas. âSelama ini kamu selalu membantuku. Kalau suatu hari nanti kamu butuh bantuanku, kamu bisa mengatakannya.âReza membelai rambut Sonia. âTentu saja, kelak kamu juga punya tanggung jawab untuk melahirkan penerus Herdian Group. Jadi, sudah seharusnya semua anggota Herdian Group mendukungmu. Kamu tidak usah sungkan. Aku cuma melakukan tanggung jawabku saja!âSonia tersenyum, lalu bersandar di pundak Reza. âOke, aku sudah ingat.âReza memeluk Sonia, lalu mengusap rambut halus Sonia dengan lembut. Dia sungguh menantikan hari-hari mereka âbertempurâ menghadapi masalah bersama!âĶKeesokan paginya, Hendri yang sedang duduk di kantor kelihat
Hendri segera mengambil mouse-nya. Hanya saja, tidak peduli bagaimana dia mengklik, tulisan tetap tidak bisa dihilangkan.âAda apa ini? Di mana IT?â Ekspresi Hendri kelihatan galak. Dia berkata dengan gusar.âKata IT, semua ini ulah peretas. Mereka sedang memecahkannya!â jelas sekretaris.Kening Hendri kelihatan berkerut. âSemua komputer perusahaan menjadi seperti ini?âSekretaris berkata dengan gugup, âIya, komputer seluruh departemen perusahaan menjadi seperti ini!âPikiran Hendri sungguh kacau. Dia langsung jatuh duduk di kursi. Siapa pelakunya? Siapa yang sedang memarahinya?Tiba-tiba Hendri kepikiran saat ini ada ratusan karyawan sedang melihat Hendri dimaki, raut wajahnya seketika berubah. Dia segera berpesan kepada sekretaris, âBeri tahu semua orang untuk tutup komputer mereka. Tanpa perintahku, tidak ada yang boleh buka komputer!ââOh!â balas sekretaris, lalu keluar ruangan untuk menyampaikan perintah Hendri.Tak lama kemudian, para penanggung jawab setiap departemen datang ke
Saat ini, cuaca terasa agak dingin. Daun di atas pohon mulai berguguran. Jason ada urusan di pagi hari. Saat kembali ke perusahaan, hari pun sudah siang. Dia berjalan ke luar lift menuju ke pantri. Tiba-tiba langkah kakinya berhenti.Rak buku di dalam pantri kelihatan terbuka. Di depan meja dapur, seorang wanita yang mengenakan kemeja putih sedang sibuk dengan punggung menghadap ke arah Jason. Tercium aroma wangi pizza dengan keharuman keju yang melimpah.Jason berdiri di tempat, tidak bergerak untuk beberapa saat, sampai wanita itu berbalik. Ketika melihat Jason, dia terkejut, lalu berkata dengan nada memelas, âTuan Jason, apa boleh aku pinjam pakai dapur sebentar?âSaat Jason melihat wajah Patty, dia pun langsung tersadar. Terlukis senyuman tipis di atas wajahnya. âPakai saja. Tidak apa-apa!âJason membalikkan tubuhnya berjalan ke dalam pantri. Patty pun mengikutinya, lalu berkata dengan lembut dan hormat, âTuan Jason, kamu mau minum apa? Biar aku bikinkan!ââKopi saja!â ucap Jason
Cervin mengangkat kepalanya menatap Kelly dengan syok. Ketika melihat sikap tenang Kelly, dia mengangguk dengan perlahan. âAku akan serahkan proyek itu kepadamu. Nanti kamu bahas kelanjutan proyek ini sama Tuan Levis.âKelly mengangguk. âBaik, aku pasti akan melakukannya dengan baik!ââSore hari ini kedatangan seorang klien yang sangat penting. Biasanya hanya desainer level atas yang diperbolehkan untuk ikut serta dalam rapat. Nanti kamu juga ikut!â ucap Cervin.Kelly tahu wakil direktur berniat untuk mempromosikannya. Dia pun membalas dengan tersenyum, âTerima kasih, Tuan Cervin!ââSemangat!ââBaik!âBegitu Kelly berjalan keluar ruang kerja, Laura langsung berlari ke sisinya. âApa kamu dipuji? Benar apa kataku, âkan? Kalau kamu berhasil mengerjakan proyek Tuan Levin, posisimu di perusahaan pasti akan stabil!âKelly juga sangat bersemangat. âSemoga semuanya bisa berjalan lancar!ââMasalah desain sudah selesai, sisanya hanya tinggal masalah kontraktor saja!â Laura mengangkat-angkat alis
âDik Kelly, ternyata kamu kerja di sini!â Howard yang berdiri di belakang Jason bersuara. Dia menyapa Kelly dengan ramah, âKamu memang tidak setia kawan. Padahal kamu sudah jadi desainer, kamu malah tidak mentraktir teman-temanmu ini!âHerry merasa syok. âTuan Howard, apa kamu kenal sama dia?ââTentu saja kenal!â Howard berjalan ke sisi Kelly, lalu bertanya dengan penuh perhatian, âKamu tidak usah merasa bersalah. Dada Jason cukup kekar. Seharusnya kamu yang kesakitan!âKelly menggeleng dengan tersenyum. âNggak, kok. Aku nggak selemah itu!âHerry menyadari hubungan Kelly dan Howard cukup dekat, sepertinya dia juga kenal dengan Jason. Sikapnya langsung berubah drastis. âKalau kamu merasa tidak nyaman, kamu terus terang saja. Aku akan beri izin buat kamu. Kamu bisa pulang untuk istirahat.âUsai berbicara, Herry menoleh untuk mengomeli Laura. âSekarang lagi jam kerja, kenapa kamu malah mengejar Kelly? Bagaimana kalau Kelly terluka? Siapa yang tanggung jawab?âLaura tahu apa yang terjadi.
âEmm, aku tidur siang!â Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, âBagaimana dengan pertemuan tadi siang?âTheresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, âSepertinya nggak begitu cocok.âMorgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.âNggak cocok?â Ranty merasa agak kecewa. âKenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?âTheresia berkata dengan nada bercanda, âKami saling nggak suka.ââJadi, kalian nggak nonton opera?ââNggak!ââKakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, âHanya ada daun teh, coba dicicipi.ââOke, tidak masalah!â Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?âEmm!âTheresia mengangguk. âSetelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.âMorgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, âApa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?ââIya!â Morgan mengangguk. âSementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.âTheresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, âAku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. âAku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.ââEmm!â Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. âTuan Morgan!âWanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. âCuaca sudah cerah?ââIya, sudah cerah!â Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. âApa suasana hatimu sudah membaik?âSonia meregangkan tubuhnya. âSuasana hatiku selalu baik!âKemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. âApa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?ââKamu pergi bersamaku!â Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.âNggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.â Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. âSekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.ââKalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!ââOke!âReza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. âJadi, jangan harap untuk meninggalkanku!âSonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. âAku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!âSuara Reza terdengar serak. âSayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?ââPeduli!ââSekarang aku sangat panik!âSonia memeluknya. âAku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?ââTapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!â Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.âSonia!â Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. âKematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.âSonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.âAku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, âKamu mau muntahin ke dalam air lagi?âTangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, âAku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.ââAku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?ââSelain m
Saat makan malam, Rose sudah kelihatan bersemangat saat turun ke lantai bawah. Ketika melihat Juno, dia pun memberi salam dengan terkejut, âJuno, kapan kamu pulangnya?âJuno tidak ingin menghiraukan Rose. Dia hanya melirik Rose sekilas, lalu membalikkan tubuhnya berjalan ke ruang makan.âKenapa malah nggak hiraukan aku?â Rose mengejarnya. âApa hanya karena aku nggak tunggu kamu, lebih dulu kembali dari Kota Kibau saja? Aku merindukan Sonia!âLangkah kaki Juno semakin cepat lagi. Dia masih saja tidak berbicara.âKenapa, sih!â Rose mengejar, lalu mengadang di hadapan Juno. Dia memutar bola matanya dan bertanya, âJangan-jangan kamu marah karena aku tidur di ranjangmu?âBola mata di balik kacamata Juno kelihatan dingin dan datar. âAku takut kamu tular flumu ke aku, boleh, âkan?ââAku malah mau tularin ke kamu!â Rose membelalakinya. âBiar kita sama-sama sakit. Namanya juga senasib sepenanggungan!âJuno menatap Rose, lalu mengangkat tangannya untuk memegang kening Rose. âApa kamu masih demam?
Tenggorokan Juno bergerak. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Rose.Rose malah langsung membukanya lagi. âPanas! Panas sekali!âJuno kembali menarik selimut, lalu menahan Rose tidak mengizinkannya untuk bergerak. Keningnya sendiri juga ikut berkeringat.Biasanya orang yang demam akan merasa kedinginan. Kenapa Rose malah berbeda?Juno mencari pakaian Rose, lalu memasukkannya ke dalam selimut. Dia meraba-raba mulai memakaikan pakaian di tubuh Rose. Meskipun hendak memanggil pelayan, Rose juga mesti duluan mengenakan pakaiannya. Jika tidak, bagaimana pemikiran orang lain ketika melihat Rose tidak mengenakan apa-apa di dalam kamarnya?Mungkin karena merasa gugup dan tidak pernah membantu orang lain untuk mengenakan pakaian dalam, Juno pun meneliti beberapa saat baru berhasil mengenakannya. Di antaranya, tentu saja tersentuh bagian yang tidak seharusnya tersentuh. Juno memaksakan dirinya untuk menganggap Rose sebagai anak kecil yang baru datang ke rumah Aska saja.Pada akhirnya, Juno m