Cervin mengangkat kepalanya menatap Kelly dengan syok. Ketika melihat sikap tenang Kelly, dia mengangguk dengan perlahan. “Aku akan serahkan proyek itu kepadamu. Nanti kamu bahas kelanjutan proyek ini sama Tuan Levis.”Kelly mengangguk. “Baik, aku pasti akan melakukannya dengan baik!”“Sore hari ini kedatangan seorang klien yang sangat penting. Biasanya hanya desainer level atas yang diperbolehkan untuk ikut serta dalam rapat. Nanti kamu juga ikut!” ucap Cervin.Kelly tahu wakil direktur berniat untuk mempromosikannya. Dia pun membalas dengan tersenyum, “Terima kasih, Tuan Cervin!”“Semangat!”“Baik!”Begitu Kelly berjalan keluar ruang kerja, Laura langsung berlari ke sisinya. “Apa kamu dipuji? Benar apa kataku, ‘kan? Kalau kamu berhasil mengerjakan proyek Tuan Levin, posisimu di perusahaan pasti akan stabil!”Kelly juga sangat bersemangat. “Semoga semuanya bisa berjalan lancar!”“Masalah desain sudah selesai, sisanya hanya tinggal masalah kontraktor saja!” Laura mengangkat-angkat alis
“Dik Kelly, ternyata kamu kerja di sini!” Howard yang berdiri di belakang Jason bersuara. Dia menyapa Kelly dengan ramah, “Kamu memang tidak setia kawan. Padahal kamu sudah jadi desainer, kamu malah tidak mentraktir teman-temanmu ini!”Herry merasa syok. “Tuan Howard, apa kamu kenal sama dia?”“Tentu saja kenal!” Howard berjalan ke sisi Kelly, lalu bertanya dengan penuh perhatian, “Kamu tidak usah merasa bersalah. Dada Jason cukup kekar. Seharusnya kamu yang kesakitan!”Kelly menggeleng dengan tersenyum. “Nggak, kok. Aku nggak selemah itu!”Herry menyadari hubungan Kelly dan Howard cukup dekat, sepertinya dia juga kenal dengan Jason. Sikapnya langsung berubah drastis. “Kalau kamu merasa tidak nyaman, kamu terus terang saja. Aku akan beri izin buat kamu. Kamu bisa pulang untuk istirahat.”Usai berbicara, Herry menoleh untuk mengomeli Laura. “Sekarang lagi jam kerja, kenapa kamu malah mengejar Kelly? Bagaimana kalau Kelly terluka? Siapa yang tanggung jawab?”Laura tahu apa yang terjadi.
Gerald yang kegirangan itu langsung berdiri. “Terima kasih atas kepercayaan Tuan Jason. Aku pasti akan mengerjakan proyek ini sampai kamu puas.”“Semoga kerja sama kita menyenangkan!” Jason tersenyum tipis. Kemudian, dia menandatangani kontrak dengan perusahaan desain.Setelah rapat berakhir, Herry dan Cervin pergi mengantar kepergian Jason. Kelly pun memanfaatkan kesempatan ini untuk melarikan diri.Tadinya Howard kepikiran untuk berpamitan dengan Kelly. Hanya saja, malah tidak kelihatan batang hidungnya lagi.…Saat perjalanan kembali ke Gunawan Group, Howard pun berkata dengan tersenyum, “Aku kira Tuan Jason akan memilih Kelly!”“Dia tidak ingin mengerjakan proyek ini. Untuk apa aku mempersulitnya?” Jason membuka dokumen seraya membalas dengan datar.Howard mengendarai mobil, lalu berkata, “Apa kamu menyadari Kelly bagai sudah berubah saja? Ketika ketemuan tadi, dia sudah bisa tersenyum lebar, semakin periang saja!”Ujung bibir Jason melengkung ke atas. “Dulu dia juga seperti itu!”
Sonia duduk di atas bangku. Amelia segera membuka tutup botol, lalu menyerahkannya kepada Sonia.“Terima kasih!” Sonia minum, kemudian berkata, “Memangnya apa yang kamu harapkan? Demi melindungiku, Pak Teddy malah bertengkar dengan Keluarga Tamara? Bagaimana kalau Pak Teddy nggak berhasil mengalahkan Keluarga Tamara? Bisa jadi satu tim produksi malah terlibat dalam masalah ini.”“Apa Pak Teddy sanggup untuk tanggung jawab? Keputusan Pak Teddy sudah tergolong sangat tepat. Jadi, sejak awal aku nggak menyalahkan Pak Teddy, aku juga mengusulkan untuk istirahat beberapa hari di rumah.”Amelia mengacungkan jempol ke hadapan Sonia. “Sonia, aku salut banget sama kamu!”Kening Darren kelihatan berkerut. “Tapi, aku masih saja tidak terima masalah ini berlalu begitu saja!”“Kenapa malah tidak terima?” Amelia membuang botol minuman di tangan kepada Darren. “Bahkan Cella saja diusir Sonia kembali ke Kota Kibau. Sekarang seluruh tim produksi merasa Sonia sudah menang. Kenapa kamu masih nggak terima
Sonia tersenyum tipis. “Iya, kamu juga jangan salahkan Pak Teddy. Aku sendiri yang bersedia untuk kembali.”Reza tahu Sonia telah menghabiskan banyak jerih payah dalam drama kali ini. Jadi, dia juga tidak berkomentar lagi, melainkan berkata, “Kalau terjadi masalah seperti ini lagi, kamu harus segera beri tahu aku. Jangan sembunyikan dariku.”“Aku mengerti.” Sonia tersenyum. “Aku lapar. Aku pergi makan dulu.”Reza menyadari Sonia tidak menjawabnya dengan serius. Hanya saja, Reza juga tidak marah. “Pergilah, makan yang banyak, jangan makan yang dingin-dingin.”“Iya!” balas Sonia dengan patuh.Sore harinya.Ranty menghubungi Sonia. Dia mengajak Sonia untuk kumpul di sore hari nanti.Sonia mengambil dokumen sembari berkata, “Aku sudah mulai bekerja, nggak ada waktu.”“Kamu sudah kembali ke lokasi syuting? Jam berapa kamu pulang kerja?” tanya Ranty.“Sekitar jam lima!”“Kalau begitu, jam lima nanti, aku pergi jemput kamu!” Suara Ranty sangat lantang. “Kamu permisi dulu sama Reza kesayanganm
“Dia mengutus anggotanya untuk antar bunga ke perusahaanku, tapi aku membuangnya!” Lipstik yang dioleskan di bibir Ranty sangat merah. “Dia hanya tinggal diam ketika melihat Cella bersekongkol dengan Jeansen untuk menjebakku. Aku nggak bisa menerimanya!”Aroma alkohol dan suara keras memenuhi isi bar. Di bawah cahaya lampu kelap-kelip, tatapan Sonia masih saja kelihatan berkilauan. “Sebenarnya, kamu lagi permasalahkan soal Matias yang nggak pernah ungkit masalah menikah lagi, ‘kan?”Ranty menatap minuman di dalam gelasnya sembari tersenyum tipis. “Waktu itu saat aku bersama dengan Matias, aku duluan yang mengutarakan perasaan. Bahkan, pertama kali ciuman dan pertama kali berhubungan ranjang juga inisiatifku. Apa mesti aku yang mengungkit masalah menikah?”“Kami sudah bersama selama bertahun-tahun. Setiap kali bertengkar, meskipun aku emosi hingga meninggalkan rumah, pada akhirnya aku juga akan kembali dengan patuhnya. Dia juga yakin aku tidak akan meninggalkannya!”Ranty meneguk minuma
Setengah jam kemudian.Reza sedang berada di kantor polisi di depan bar. Dia menatap sosok Sonia yang sedang duduk di atas bangku panjang.Saat si pria berjalan mendekat, Sonia baru menyadarinya. Dia mengangkat kepala melihat ke sisi pria dengan tatapan tidak bersalah. “Aku juga nggak nyangka orang di bar akan lapor polisi hanya karena masalah sepele ini!”Reza membungkukkan tubuhnya mencubit pipi Sonia. Nada bicaranya terdengar datar. “Saat pihak polisi telepon aku, mengatakan keponakanku ditahan karena berkelahi, aku malah nggak terkejut sama sekali!”Sonia merasa sedikit gugup. “Ranty pakai rok, jadi ….”Reza berkata dengan nada ringan, “Lain kali kita jangan minum bareng dia lagi, ya?”“Memangnya kenapa kalau minum sama aku?” Ranty berjalan mendekat sembari tersenyum. “Kalau Tuan Reza nggak datang, aku juga bisa selesaikan masalah ini, lalu antar Sonia ke rumah dengan selamat!”Reza menegakkan tubuhnya, lalu menatap sosok Jeansen di belakang Ranty.Jeansen yang dilirik Reza dengan
Pada hari Rabu, menjelang jam pulang kerja, Cervin memanggil Kelly ke dalam ruang kantor.Cervin masih terlihat serius, hanya saja sikapnya terhadap Kelly sudah semakin lembut. “Hari ini Pak Levis telepon, katanya dia sangat puas dengan hasil desain vilamu. Kelihatannya modern dan ada sentuhan humanisnya. Bagus sekali!”Kelly merasa sangat gembira karena mendapat pengakuan. “Terima kasih!”“Ini adalah proyek pertama setelah kamu bergabung dalam perusahaan. Aku juga sudah melihat hasil desainmu. Hasilnya memang cukup bagus!” Cervin berkata dengan tersenyum datar, “Malam ini Pak Levis traktiran. Kalian masih belum pernah ketemuan. Jadi, nanti aku akan perkenalkan kalian berdua. Masih ada sedikit detail desain yang ingin dibicarakannya kepadamu.”“Oke, nggak masalah!” balas Kelly dengan segera.“Kalau begitu, kamu siap-siap dulu. Nanti setelah pulang kerja, aku akan bawa kamu ke sana!” pesan Cervin.“Emm, kalau begitu, aku permisi dulu!” Kelly tersenyum lembut, lalu berjalan keluar.Setel
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m