Sonia tersenyum tipis. “Iya, kamu juga jangan salahkan Pak Teddy. Aku sendiri yang bersedia untuk kembali.”Reza tahu Sonia telah menghabiskan banyak jerih payah dalam drama kali ini. Jadi, dia juga tidak berkomentar lagi, melainkan berkata, “Kalau terjadi masalah seperti ini lagi, kamu harus segera beri tahu aku. Jangan sembunyikan dariku.”“Aku mengerti.” Sonia tersenyum. “Aku lapar. Aku pergi makan dulu.”Reza menyadari Sonia tidak menjawabnya dengan serius. Hanya saja, Reza juga tidak marah. “Pergilah, makan yang banyak, jangan makan yang dingin-dingin.”“Iya!” balas Sonia dengan patuh.Sore harinya.Ranty menghubungi Sonia. Dia mengajak Sonia untuk kumpul di sore hari nanti.Sonia mengambil dokumen sembari berkata, “Aku sudah mulai bekerja, nggak ada waktu.”“Kamu sudah kembali ke lokasi syuting? Jam berapa kamu pulang kerja?” tanya Ranty.“Sekitar jam lima!”“Kalau begitu, jam lima nanti, aku pergi jemput kamu!” Suara Ranty sangat lantang. “Kamu permisi dulu sama Reza kesayanganm
“Dia mengutus anggotanya untuk antar bunga ke perusahaanku, tapi aku membuangnya!” Lipstik yang dioleskan di bibir Ranty sangat merah. “Dia hanya tinggal diam ketika melihat Cella bersekongkol dengan Jeansen untuk menjebakku. Aku nggak bisa menerimanya!”Aroma alkohol dan suara keras memenuhi isi bar. Di bawah cahaya lampu kelap-kelip, tatapan Sonia masih saja kelihatan berkilauan. “Sebenarnya, kamu lagi permasalahkan soal Matias yang nggak pernah ungkit masalah menikah lagi, ‘kan?”Ranty menatap minuman di dalam gelasnya sembari tersenyum tipis. “Waktu itu saat aku bersama dengan Matias, aku duluan yang mengutarakan perasaan. Bahkan, pertama kali ciuman dan pertama kali berhubungan ranjang juga inisiatifku. Apa mesti aku yang mengungkit masalah menikah?”“Kami sudah bersama selama bertahun-tahun. Setiap kali bertengkar, meskipun aku emosi hingga meninggalkan rumah, pada akhirnya aku juga akan kembali dengan patuhnya. Dia juga yakin aku tidak akan meninggalkannya!”Ranty meneguk minuma
Setengah jam kemudian.Reza sedang berada di kantor polisi di depan bar. Dia menatap sosok Sonia yang sedang duduk di atas bangku panjang.Saat si pria berjalan mendekat, Sonia baru menyadarinya. Dia mengangkat kepala melihat ke sisi pria dengan tatapan tidak bersalah. “Aku juga nggak nyangka orang di bar akan lapor polisi hanya karena masalah sepele ini!”Reza membungkukkan tubuhnya mencubit pipi Sonia. Nada bicaranya terdengar datar. “Saat pihak polisi telepon aku, mengatakan keponakanku ditahan karena berkelahi, aku malah nggak terkejut sama sekali!”Sonia merasa sedikit gugup. “Ranty pakai rok, jadi ….”Reza berkata dengan nada ringan, “Lain kali kita jangan minum bareng dia lagi, ya?”“Memangnya kenapa kalau minum sama aku?” Ranty berjalan mendekat sembari tersenyum. “Kalau Tuan Reza nggak datang, aku juga bisa selesaikan masalah ini, lalu antar Sonia ke rumah dengan selamat!”Reza menegakkan tubuhnya, lalu menatap sosok Jeansen di belakang Ranty.Jeansen yang dilirik Reza dengan
Pada hari Rabu, menjelang jam pulang kerja, Cervin memanggil Kelly ke dalam ruang kantor.Cervin masih terlihat serius, hanya saja sikapnya terhadap Kelly sudah semakin lembut. “Hari ini Pak Levis telepon, katanya dia sangat puas dengan hasil desain vilamu. Kelihatannya modern dan ada sentuhan humanisnya. Bagus sekali!”Kelly merasa sangat gembira karena mendapat pengakuan. “Terima kasih!”“Ini adalah proyek pertama setelah kamu bergabung dalam perusahaan. Aku juga sudah melihat hasil desainmu. Hasilnya memang cukup bagus!” Cervin berkata dengan tersenyum datar, “Malam ini Pak Levis traktiran. Kalian masih belum pernah ketemuan. Jadi, nanti aku akan perkenalkan kalian berdua. Masih ada sedikit detail desain yang ingin dibicarakannya kepadamu.”“Oke, nggak masalah!” balas Kelly dengan segera.“Kalau begitu, kamu siap-siap dulu. Nanti setelah pulang kerja, aku akan bawa kamu ke sana!” pesan Cervin.“Emm, kalau begitu, aku permisi dulu!” Kelly tersenyum lembut, lalu berjalan keluar.Setel
Makanan sudah dihidangkan. Levis menuangkan segelas anggur untuk Kelly. “Nona Kelly, ini pertama kalinya kita ketemuan. Kita juga sudah bicara banyak tadi. Aku mesti bersulang kepadamu karena sudah mendesain rumah yang sangat bagus untukku.”Kelly juga tidak berbicara, hanya meminum setengah gelas anggur saja!“Bagus! Aku suka dengan wanita seperti Bu Kelly!” Levis kembali mengangkat botol anggur, lalu menuangkannya ke dalam gelas Kelly.Cervin berkata dengan tersenyum, “Kelly tidak jago dalam soal minum. Biar aku saja yang bersulang dengan Pak Levis. Terima kasih sudah memercayai perusahaan kami. Aku harap kerja sama kita menyenangkan!”“Selama ada Bu Kelly, kerja sama pasti akan menyenangkan!” Cervin tersenyum tipis terhadap Kelly, lalu mengangkat kepalanya untuk meneguk alkohol.“Bu Kelly ….” Levis kembali mengangkat gelas ke sisi Kelly.Tiba-tiba Cervin berkata, “Kelly, bukannya kamu mau minta pendapat Pak Levis dalam soal desainnya? Cepat keluarkan!”“Oh!” Kelly memperlihatkan has
“Ckck! Kamu tenang saja!” Levis mengerutkan keningnya. “Apa yang kamu takutkan? Nanti Kak Levis akan bukain kamu presidential suite buat kamu. Terserah kamu mau tinggal berapa lama!”Dengan terpaksa Kelly menyesap alkohol lagi.Cervin menyadari Levis tidak berencana untuk bubar. Dia pun memalingkan kepala melihat ke sisi Kelly, lalu berkata, “Rokokku habis. Kamu pergi belikan sekotak buat aku!”Levis segera berkata, “Aku punya rokok. Kamu pakai punyaku saja.”“Tidak apa-apa. Biarkan Kelly saja yang membelinya!”Kelly berdiri, pergi membeli rokok. Beberapa saat kemudian, Kelly pun menelepon Cervin. “Pak Cervin, nggak ada merek yang kamu mau di minimarket!”Cervin berkata dengan suara dingin, “Kamu malah tidak bisa menyelesaikan hal sepele seperti ini. Apa kamu tidak punya otak? Kalau tidak ada di minimarket bawah, ya beli di tempat lain. Kamu tidak usah kembali lagi kalau kamu tidak bisa membelinya!”Usai berbicara, Cervin langsung mengakhiri panggilan.Levis berkata dengan terkekeh, “
Sikap Kelly sangat tegas. “Aku sudah bilang, aku nggak mau pergi!”“Kelly, kenapa kamu keras kepala sekali?” Herry yang merasa sakit kepala itu menghela napas. “Jujur saja, desainer level atas perusahaan kita juga bisa naik level dengan cara seperti ini. Beberapa tahun ini, dia menghasilkan uang yang cukup banyak. Dia bahkan bisa membeli dua rumah di Jembara. Hidupnya lebih nyaman daripada siapa pun. Apa kamu tidak ingin hidup seperti itu?”“Kamu memenuhi persyaratan itu. Kamu cantik dan putih. Tidak semua orang memiliki kesempatan untuk disukai Pak Levis!”Kelly berkata dengan tersenyum sinis, “Pak Herry, maaf aku tanya sebentar, kita itu lagi buka perusahaan arsitektur atau lagi buka klub malam?”Raut wajah Herry seketika menjadi muram. “Kelly, aku lagi ngomong baik-baik sama kamu. Kamu jangan tidak tahu diri!”Kelly membalas, “Aku nggak pantas untuk diajak ngomong baik-baik sama Pak Herry. Aku cuma ingin jadi desainer biasa saja. Aku nggak sanggup buat temani klien. Kalau kamu meras
Pada jam delapan malam, di sebuah hotel.Levis memesan sebuah kamar executive suite. Ketika melihat pintu kamar tidak ditutup rapat, dia tahu bahwa kemungkinan Kelly sudah tiba.Levis membuka pintu memasuki ruangan. Dia menutup pintu, lalu memanggil, “Kelly! Kelly!”Tidak ada balasan apa pun. Levis berjalan melewati ruang tamu menuju ke kamar. Baru saja memasuki ruangan, tiba-tiba terdengar suara banting kuat pintu. Ada tiga orang sedang berdiri di belakang pintu. Orang pertama adalah Kelly, sedangkan kedua orang lainnya tidak pernah dijumpai Levis. Hanya saja, wajah mereka sangatlah indah!Ekspresi genit di wajah Levis semakin kental saja. “Kelly, apa yang lagi kamu lakukan? Apa kamu mau ajak teman-temanmu untuk main bersama?”“Main kepalamu!” Ranty langsung menghantam kepala Levis dengan botol anggur. Botol anggur hancur berkeping-keping. Cairan alkohol berwarna merah darah mengalir dari atas kepala Levis.“Ahh!” Levis menutup kepalanya sembari menjerit kuat.Ranty menendang dada Lev
Ketika pria yang berada di dalam mobil melihat Sonia keluar toilet dalam keadaan baik-baik saja, dia pun mengangkat-angkat alisnya tanda dirinya merasa kaget.Sonia kembali ke swalayan untuk membeli sebotol air soda lagi. Kemudian, dia duduk di bawah tenda sembari menyantap kue yang dibelinya tadi.Wanita itu juga sudah merapikan pakaiannya, lalu berjalan keluar toilet. Dia duduk di hadapan Sonia, lalu bertanya, “Kamu juga dari Negara Cendania?”Sonia berkata, “Iya!”“Namaku Hallie.” Si wanita memperkenalkan diri, lalu bertanya dengan penasaran, “Kenapa kamu bisa ada di sini?”Sonia mengangkat tangannya, lalu membersihkan sisa serpihan roti di bibirnya. Nada bicaranya sangat datar. “Aku lagi cari orang!”Hallie merasa sangat kaget. “Aku juga datang buat cari orang. Aku cari kekasihku. Setengah tahun lalu, temannya bawa dia untuk cari uang di sini. Sudah satu bulan aku nggak ada kabarnya, makanya aku ke sini. Bagaimana denganmu?”Sonia tidak menjawab, dia hanya berkata, “Nggak seharusny
Istri dari pemilik toko sedang memukul lalat. Wanita itu berkulit putih dengan rambut keriting. Sonia memasukkan beberapa kue, biskuit, dan sebotol air soda ke dalam keranjang.Saat Sonia sedang memilih barang, para pria yang berada di luar mulai mengerumuni wanita itu.“Hai, wanita cantik!”“Cantik, kamu mau ke mana?”“Gimana kalau kita ke hotel?”“Kita bercinta dulu?”…Tatapan para pria tertuju pada tubuh si wanita. Semuanya menunjukkan senyuman nakal. Wanita itu merasa syok spontan berdiri, lalu membawa tasnya hendak berjalan pergi.Namun, para pria itu tidak melepaskannya, kembali mengejarnya. Kemudian, dia mengepung wanita itu di tengah. Mereka bukan hanya menggoda si wanita saja, bahkan mulai menyentuh si wanita.Si wanita mengayunkan tas di tangan sembari menjerit, “Aku nggak kenal sama kalian. Awas!”“Pacarku akan segera sampai!”“Aku lapor polisi, nih!”Saat wanita itu sedang meronta dari sekelompok pria, tiba-tiba dadanya diserang seseorang. Si wanita langsung menjerit dan m
Seekor beruang tinggi berdiri di tempat. Kedua matanya tertuju pada diri Sonia.Sonia berdiri dengan perlahan sembari menggenggam erat pisau di tangan. Dia bertatapan dengan beruang itu. Asalkan beruang itu tidak memprovokasinya, dia pasti tidak akan melukai si beruang.Sepertinya beruang juga merasa Sonia tidak menyimpan niat buruk. Ia pun menjerit, lalu duduk di tempat. Sonia juga ikut duduk.Di dalam kegelapan, kedua pasang mata saling bertatapan.Tatapan beruang terus tertuju pada diri Sonia. Sepertinya ia kelihatan tidak senang, tapi ia juga tidak menyerang.Sonia merasa ada yang aneh. Terlintas sebuah pemikiran di benaknya, sepertinya dia memahami sesuatu. Sonia menunjuk ke sisi jerami, lalu bertanya, “Ini tempatmu?”Kemudian, Sonia melanjutkan, “Apa kamu bisa mengerti bahasaku? Kalau kamu nggak mengerti, aku bisa ngomong dengan bahasa lokalmu.”Sepertinya si beruang mengerti. Ia langsung bersin-bersin, seolah-olah sedang mengatakan, ‘Akhirnya kamu sadar juga!’Sonia sungguh keha
Sonia melakukan serangan kuat ke alat vital orang itu. Sepuluh menit kemudian, sekelompok orang yang menghalangi Sonia sudah tidak bisa berdiri dengan tegak lagi.Saat ini, Sonia melepaskan kacamatanya, lalu menginjak orang-orang itu. Ketika melewati pria yang ditusuknya dengan jarum, Sonia menyadari pria itu sudah kehilangan kesadarannya. Dia membungkukkan tubuhnya untuk mencabut jarum itu, lalu mengelap tangannya di atas pakaian si pria. Tatapan Sonia kembali tertuju pada jarum tajam itu, Sonia pun menunjukkan ekspresi tersenyum menyeringai.Ban mobil balap sudah bocor. Sonia menemukan sebuah mobil yang masih bisa digunakan di antara dua mobil lainnya. Dia melompat masuk ke mobil, lalu mengendarai mobil dengan melindas beberapa orang tersebut. Dalam sekejap, mobilnya menghilang tanpa jejak.Jalan raya membentang tanpa batas. Tidak terlihat satu pun motel di sekitarnya.Saat siang hari, Sonia menghentikan mobil di pinggir jalan, mengambil sepotong roti dari tasnya untuk makan siang. S
Dua orang pria di belakang menatap Sonia lekat-lekat. Si pria berkulit putih menjilat bibirnya dengan ujung lidahnya. Dia masih belum melepaskan tangannya, malah mengelus leher Sonia. “Cewek cantik, kamu tidak usah bayar ongkos perjalananmu. Kamu cukup temani kami saja, ya?”Nada bicara Sonia sangat dingin. “Aku ulangi sekali lagi. Lepaskan tanganmu!”Si pria berkulit putih mengeluarkan raut wajah licik. Tiba-tiba muncul sebatang jarum di telapak tangannya. Dia langsung menusukkan jarum ke pundak Sonia.Saat jarum tajam itu hampir mengenai kulit Sonia. Tiba-tiba Sonia membalikkan tubuhnya, kemudian meraih pergelangan tangan si pria. Si pria spontan merasa kaget. Tetiba terdengar suara keretekan keras. Disusul, pergelangan tangan pria itu langsung patah. Dia ditarik Sonia, lalu dibuang ke luar mobil.“Ahh!” jerit si pria berkulit putih. Dia jatuh menghantam jalan raya, lalu bergulir beberapa kali.Ekspresi mereka berdua langsung berubah. Pengemudi menginjak rem dengan kuat, menyebabkan
Sonia menopang dagu dengan satu tangannya. “Kakek takut aku kedinginan. Dia buka penghangat di dalam rumah. Jadi, aku kepanasan, lebih enakan di luar.”Mereka berbincang-bincang sejenak. Sonia memberi tahu Reza bahwa Jemmy mencarinya. Dia pun mengakhiri panggilan.Reza mengesampingkan ponselnya untuk pergi membasuh tubuh. Saat melepaskan pakaiannya, dia mengambil ponselnya untuk melihat cuaca di Kota Atria. Sekarang memang sedang hujan. Reza pun tersenyum, lalu menutup layar ponselnya. Dia berjalan ke dalam kamar mandi.Keesokan harinya.Saat Sonia berjalan keluar bandara Hondura, waktu menunjukkan pukul sembilan pagi. Matahari terik sudah menggantung di atas langit. Baru saja Sonia keluar bandara, rasa pengap pun menyerang dirinya. Perbedaan cuaca di Hondura dan Atria berbeda drastis. Sonia menurunkan topinya, lalu berjalan keluar bandara dengan perlahan. Dia berjalan ke sisi pangkalan taksi di pinggir jalan, kemudian bertanya-tanya dengan bahasa asing.Sopir melambaikan tangannya. “
“Tenang saja!” balas Sonia dengan tenang.Jemmy mengambilkan sayuran untuk Sonia. “Jangan ungkit masalah dia lagi. Meski tidak ada dia, aku juga akan melewatkan Tahun Baru dengan sangat gembira. Dia hanya perlu jaga dirinya dengan baik saja.”Sonia tidak berbicara lagi. Dia menyantap sayuran yang diambil Jemmy, lalu memuji dengan berlagak santai, “Enak! Masakan koki semakin enak saja?”“Oh, ya?” Jemmy tersenyum. “Dia tahu makanan kesukaanmu. Bisa jadi dia diam-diam belajar demi kamu!”“Kalau begitu, Kakek mesti kasih bonus yang lebih banyak buat dia!”“Baik! Baik!”Mereka berdua makan sembari mengobrol santai. Makan siang sangatlah menyenangkan.Selesai makan, Sonia menemani Jemmy untuk minum teh. Setelah itu, dia kembali ke kamar untuk membereskan barang bawaannya. Dia meletakkan tablet yang diberikan Frida di atas meja baca, lalu berpamitan dengan Jemmy.Saat keluar kamar, Indra sedang menunggu di depan pintu. Dia berpesan, “Nona, cuaca sangat dingin. Kamu mesti berpakaian lebih teba
Malam harinya, Reza melakukan panggilan video dengan Sonia.Tadi baru saja turun hujan lebat di Kota Atria. Selesai makan malam, Sonia menemani Jemmy untuk mengobrol di dekat api unggun. Saat Sonia sedang berjalan kembali ke rumah, dia pun menerima panggilan video dari Reza.Reza baru saja menyelesaikan mandinya keluar dari kamar mandi. Ketika melihat mantel yang dikenakan Sonia di dalam layar, keningnya seketika berkerut. Dia pun berkata, “Sepertinya kita tidak berada di satu dimensi saja.”Sonia tertegun sejenak, lalu memahaminya. Dia mengusap bordiran di mantelnya, kemudian berkata dengan tersenyum hangat, “Setiap tahunnya Kakek akan bikinin beberapa potong mantel buat aku. Katanya buat hangatin badan.”“Kalau begitu, tiap tahun aku juga akan buatkan mantel buat kamu!” ujar Reza.Sonia tersenyum. Saat melihat latar di belakang Reza adalah Imperial Garden, Sonia mengernyitkan keningnya. “Bukannya aku suruh kamu tinggal di Kediaman Keluarga Herdian?”“Ada aromamu di sini.” Reza tersen
Reza bertanya, “Kenapa anak perempuannya Tuan Aska tidak pulang?”Raut wajah Jemmy berubah serius. “Dia salah paham dengan Aska. Sewaktu muda dulu, dia suka dengan teman sekolahnya yang agak miskin. Aska tidak setuju, lalu bertengkar hebat dengannya.”“Kemudian, Chiara mengandung dan diam-diam melahirkan anak itu. Aska merasa marah langsung putus hubungan dengan putrinya.”“Pada akhirnya, pria yang dicintai Chiara mendapat beasiswa untuk sekolah di luar negeri. Demi pendidikan dan masa depannya, pria itu memilih untuk melepaskan Chiara. Chiara merasa sangat sedih. Dia pun membawa anaknya meninggalkan Kota Jembara.” “Sekitar tiga tahun kemudian, Aska masih sangat merindukan Chiara, juga khawatir dia akan hidup menderita karena mesti membesarkan anak sendirian di luar sana. Jadi, dia mengutus orang untuk membawa Chiara pulang.”“Chiara melahirkan anak perempuan. Anak itu sangat cantik, mirip sekali dengan Chiara. Perlahan-lahan, Aska juga sudah mulai membuka simpul di hati. Dia sangat m