Pada hari Rabu, menjelang jam pulang kerja, Cervin memanggil Kelly ke dalam ruang kantor.Cervin masih terlihat serius, hanya saja sikapnya terhadap Kelly sudah semakin lembut. “Hari ini Pak Levis telepon, katanya dia sangat puas dengan hasil desain vilamu. Kelihatannya modern dan ada sentuhan humanisnya. Bagus sekali!”Kelly merasa sangat gembira karena mendapat pengakuan. “Terima kasih!”“Ini adalah proyek pertama setelah kamu bergabung dalam perusahaan. Aku juga sudah melihat hasil desainmu. Hasilnya memang cukup bagus!” Cervin berkata dengan tersenyum datar, “Malam ini Pak Levis traktiran. Kalian masih belum pernah ketemuan. Jadi, nanti aku akan perkenalkan kalian berdua. Masih ada sedikit detail desain yang ingin dibicarakannya kepadamu.”“Oke, nggak masalah!” balas Kelly dengan segera.“Kalau begitu, kamu siap-siap dulu. Nanti setelah pulang kerja, aku akan bawa kamu ke sana!” pesan Cervin.“Emm, kalau begitu, aku permisi dulu!” Kelly tersenyum lembut, lalu berjalan keluar.Setel
Makanan sudah dihidangkan. Levis menuangkan segelas anggur untuk Kelly. “Nona Kelly, ini pertama kalinya kita ketemuan. Kita juga sudah bicara banyak tadi. Aku mesti bersulang kepadamu karena sudah mendesain rumah yang sangat bagus untukku.”Kelly juga tidak berbicara, hanya meminum setengah gelas anggur saja!“Bagus! Aku suka dengan wanita seperti Bu Kelly!” Levis kembali mengangkat botol anggur, lalu menuangkannya ke dalam gelas Kelly.Cervin berkata dengan tersenyum, “Kelly tidak jago dalam soal minum. Biar aku saja yang bersulang dengan Pak Levis. Terima kasih sudah memercayai perusahaan kami. Aku harap kerja sama kita menyenangkan!”“Selama ada Bu Kelly, kerja sama pasti akan menyenangkan!” Cervin tersenyum tipis terhadap Kelly, lalu mengangkat kepalanya untuk meneguk alkohol.“Bu Kelly ….” Levis kembali mengangkat gelas ke sisi Kelly.Tiba-tiba Cervin berkata, “Kelly, bukannya kamu mau minta pendapat Pak Levis dalam soal desainnya? Cepat keluarkan!”“Oh!” Kelly memperlihatkan has
“Ckck! Kamu tenang saja!” Levis mengerutkan keningnya. “Apa yang kamu takutkan? Nanti Kak Levis akan bukain kamu presidential suite buat kamu. Terserah kamu mau tinggal berapa lama!”Dengan terpaksa Kelly menyesap alkohol lagi.Cervin menyadari Levis tidak berencana untuk bubar. Dia pun memalingkan kepala melihat ke sisi Kelly, lalu berkata, “Rokokku habis. Kamu pergi belikan sekotak buat aku!”Levis segera berkata, “Aku punya rokok. Kamu pakai punyaku saja.”“Tidak apa-apa. Biarkan Kelly saja yang membelinya!”Kelly berdiri, pergi membeli rokok. Beberapa saat kemudian, Kelly pun menelepon Cervin. “Pak Cervin, nggak ada merek yang kamu mau di minimarket!”Cervin berkata dengan suara dingin, “Kamu malah tidak bisa menyelesaikan hal sepele seperti ini. Apa kamu tidak punya otak? Kalau tidak ada di minimarket bawah, ya beli di tempat lain. Kamu tidak usah kembali lagi kalau kamu tidak bisa membelinya!”Usai berbicara, Cervin langsung mengakhiri panggilan.Levis berkata dengan terkekeh, “
Sikap Kelly sangat tegas. “Aku sudah bilang, aku nggak mau pergi!”“Kelly, kenapa kamu keras kepala sekali?” Herry yang merasa sakit kepala itu menghela napas. “Jujur saja, desainer level atas perusahaan kita juga bisa naik level dengan cara seperti ini. Beberapa tahun ini, dia menghasilkan uang yang cukup banyak. Dia bahkan bisa membeli dua rumah di Jembara. Hidupnya lebih nyaman daripada siapa pun. Apa kamu tidak ingin hidup seperti itu?”“Kamu memenuhi persyaratan itu. Kamu cantik dan putih. Tidak semua orang memiliki kesempatan untuk disukai Pak Levis!”Kelly berkata dengan tersenyum sinis, “Pak Herry, maaf aku tanya sebentar, kita itu lagi buka perusahaan arsitektur atau lagi buka klub malam?”Raut wajah Herry seketika menjadi muram. “Kelly, aku lagi ngomong baik-baik sama kamu. Kamu jangan tidak tahu diri!”Kelly membalas, “Aku nggak pantas untuk diajak ngomong baik-baik sama Pak Herry. Aku cuma ingin jadi desainer biasa saja. Aku nggak sanggup buat temani klien. Kalau kamu meras
Pada jam delapan malam, di sebuah hotel.Levis memesan sebuah kamar executive suite. Ketika melihat pintu kamar tidak ditutup rapat, dia tahu bahwa kemungkinan Kelly sudah tiba.Levis membuka pintu memasuki ruangan. Dia menutup pintu, lalu memanggil, “Kelly! Kelly!”Tidak ada balasan apa pun. Levis berjalan melewati ruang tamu menuju ke kamar. Baru saja memasuki ruangan, tiba-tiba terdengar suara banting kuat pintu. Ada tiga orang sedang berdiri di belakang pintu. Orang pertama adalah Kelly, sedangkan kedua orang lainnya tidak pernah dijumpai Levis. Hanya saja, wajah mereka sangatlah indah!Ekspresi genit di wajah Levis semakin kental saja. “Kelly, apa yang lagi kamu lakukan? Apa kamu mau ajak teman-temanmu untuk main bersama?”“Main kepalamu!” Ranty langsung menghantam kepala Levis dengan botol anggur. Botol anggur hancur berkeping-keping. Cairan alkohol berwarna merah darah mengalir dari atas kepala Levis.“Ahh!” Levis menutup kepalanya sembari menjerit kuat.Ranty menendang dada Lev
Hanya saja, hari ini Levis merasa difitnah! Dia tidak janjian dengan Sanny!Istrinya Levis juga tidak bersedia mendengar penjelasannya. Dia melihat Levis sedang berbaring di atas ranjang tanpa berbusana. Dia segera memanggil orang yang datang bersamanya, lalu menggebukinya bersama!Baru saja Levis digebuki, sekarang dia malah digebuki lagi!Di kamar seberang, Ranty berjalan keluar kamar dan kedengaran suara jerit minta ampun pria dari dalam kamar, dia hampir saja tertawa.Sonia berkata dengan suara datar, “Jangan dengar lagi! Ayo, kita pergi!”Ranty merangkul pundak Kelly, berjalan ke luar. “Seru sekali hari ini. Sudah lama aku nggak sepuas hari ini!”Kelly tersenyum. “Aku traktir kalian makan. Kalian mau makan apa?”Ranty membalas, “Aku mau makan barbeku!”Sonia mengangkat-angkat alisnya. “Dimasakin koki Nine Street Mansion lagi?”“Hari ini kita cari barbeku di pinggir jalan saja. Aku lagi gembira. Makan apa saja juga nggak masalah buat aku!” Ranty mengangkat-angkat alisnya. “Sekarang
Jason melihat Kelly sekilas, lalu mengangkat kepalanya untuk menepuk-nepuk wajah Kelly. Dia tidak berani menepuk terlalu keras, hanya menepuk dengan perlahan. Sentuhan lembut seketika membangkitkan memori di hati Jason. Tatapannya menjadi muram. Dia berkata dengan suara rendah, “Kelly, apa kamu bisa berdiri?”“Bisa,” gumam Kelly. Hanya saja, Kelly masih belum berdiri, dia masih memejamkan matanya dan bersandar di atas meja.Jason spontan menghela napas. Dia langsung menggendong Kelly, lalu membawanya keluar.Jason dan Reza sama-sama berjalan kemari. Mobil diparkirkan di luar sana. Dia menurunkan Kelly di bangku samping pengemudi. Kelly bersandar di atas bangku. Sepertinya Kelly merasa tidak nyaman, terus mengerutkan keningnya.Jason tanpa sadar juga ikut mengerutkan keningnya. Dia berkata dengan suara rendah, “Untuk apa minum sebanyak ini? Padahal kita sudah pisah, kamu masih saja bikin aku merasa tidak tenang!”Jason memasangkan sabuk pengaman, lalu melepaskan jas untuk menyelimuti pa
Tatapan Jason sangat lembut. Dia duduk di samping ranjang, lalu mengusap rambut halus Yana. Tatapannya kelihatan sangat lembut.Dari tadi Jason terus menatap Yana. Beberapa saat kemudian, dia menyimpan buku cerita di samping ranjang, lalu menutup lampu di atas nakas. Setelah itu, Jason baru meninggalkan kamar.Linda menunggu beberapa saat di ruang tamu. Ketika melihat Jason berjalan keluar, dia pun berdiri, lalu berkata, “Tuan Jason, sudah malam. Bagaimana kalau kamu nginap di sini saja?”“Tidak usah. Hari ini Kelly minum kebanyakan. Dia pasti akan sakit kepala besok. Besok kamu masakkan sup pereda mabuk untuknya,” pesan Jason.Linda berkata dengan tersenyum, “Aku akan jaga Kelly dengan baik!”Jason mengeluarkan ponselnya. “Sekarang Kelly agak sibuk. Terkadang dia juga akan lembur, jadi mohon bantuanmu untuk menjaga Yana dan juga Kelly. Aku akan transfer 200 juta untukmu sebagai bayarannya!”Linda melambaikan tangannya. “Gaji yang diberikan Kelly untukku sudah cukup tinggi. Kamu nggak
“Aku punya pemikiran seperti itu, tapi ucapanku pasti nggak sebagus kamu.” Senyuman Sonia sangat bersih dan lembut.Senyuman di wajah Reza semakin lebar lagi. Dia berdiri, lalu menarik Sonia ke dalam pelukannya, lalu memeluk Sonia dengan erat. “Kenapa kamu imut sekali?”Sonia memeluknya, lalu mengangkat tangannya melihat cincin di tangannya. Berlian yang besar itu kelihatan berkilauan.Reza melepaskan Sonia, lalu mengambil cincin untuk memasangkannya di jari manis kiri Sonia. Cincin berbentuk mahkota kelihatan berkilauan di atas jari tangan kurus Sonia. Ukuran cincin cocok dengan jari tangan Sonia, seolah-olah memang tercipta untuknya.Reza menggenggam telapak tangan Sonia, lalu menciumnya. “Aku tahu sebelum besok, kamu mesti melepaskan cincin ini. Setelah besok, aku akan memasangkan cincin ini ke tanganmu lagi.” Reza mengangkat kepalanya untuk menatap Sonia. “Ratuku!”Di tengah keheningan taman, di bawah sinar bulan yang lembut, mawar-mawar bermekaran dengan indah. Sekeliling sunyi se
“Bagaimana cara buatnya?”Reza langsung menggendong Sonia ke atas meja. Dia menyerahkan buah yang sudah selesai dipotong kepada Sonia. “Kamu cukup lihat aku saja!”Sonia memang mangkuk salad buah. Dia sungguh menantikan hasil karya pria ini.Reza menggulung lengan kemejanya dan mulai menyiapkan adonan dasar kue. Dia memasukkan mentega dan gula pasir ke dalam mangkuk mixer, lalu mengaduknya dengan kecepatan tinggi.Setelah itu, Reza menambahkan putih telur dan baking powder, lalu terus mengaduk adonan hingga merata.Terakhir, Reza memasukkan tepung terigu dan bubuk kacang yang sangat halus, mencampurnya hingga menjadi adonan lembut, kemudian menuangkannya ke dalam cetakan sebelum memasukkannya ke dalam oven.Pria itu mengenakan kemeja hitam, memperlihatkan sebagian lengan bawahnya yang berotot dan jari-jari panjang dengan tulang-tulang yang tegas. Setiap gerakannya begitu teratur serta penuh teliti, membuatnya terlihat sangat menarik.Sonia yang berdiri di samping memperhatikannya. Dia
Reza membalas, “Setelah aku menghancurkan bom kobalt, aku akan segera ke Istana Fers. Rayden sangat memahamimu. Jadi, kamu mesti memperhatikan keselamatanmu. Aku merasa dibandingkan dengan Tritop, dia lebih ingin menghadapimu.”“Aku mengerti!” Morgan pun tersenyum. “Hari ini adalah hari ulang tahun Sonia. Sudah malam, aku beri sisa waktu untuk kalian. Aku pamit dulu!” Kemudian, Morgan melihat ke sisi Sonia. “Selamat ulang tahun!”“Jaga dirimu. Jangan lupa dengan apa katamu. Kamu akan pulang bersamaku untuk mengunjungi Kakek!” Kening Sonia kelihatan berkerut.“Emm!” Morgan mengangguk dengan kuat, kemudian menepuk pundak Sonia. Dia berpamitan dengan Reza, lalu berbalik untuk meninggalkan tempat.Setelah sosok pria tinggi itu menghilang, Sonia menoleh menatap ke luar jendela. Dia melihat Morgan memasuki mobil, lalu meninggalkan vila.Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Jangan khawatir. Kamu mesti melindungi dirimu dalam misi besok.”Pelukan Reza sangat erat. Dia memejamkan matanya,
“Di mana?” tanya Morgan.Sonia mengambil selembar kertas di atas meja, lalu menggambar sketsa kasar peta Benua Delta. Setelah itu, dia mencocokkan posisi rasi bintang Biduk dengan peta, lalu berkata dengan suara rendah, “Seharusnya di sini lokasinya!”Namun, posisi dua bintang, titik Phecda dan Megrez sedikit bergeser. Dia tidak tahu apa artinya.Reza dan Morgan saling bertukar pandang. Mata mereka disipitkan. Suara juga terdengar dingin. “Besar sekali ambisi Tritop!”Ketujuh bom kobalt itu ditempatkan di perbatasan Hondura, Federasi Mali, dan Barkia. Sebagian besar area tersebut adalah kawasan tidak berpenghuni, tetapi ternyata Tritop diam-diam membangun pangkalan militer di sana.Empat bom ditempatkan di barat laut, kemudian pola berbelok, dengan tiga bom lainnya diletakkan di perbatasan dengan Federasi Mali.Morgan menatap posisi keempat bom kobalt di barat laut, lalu memeriksa kondisi geografis wilayah tersebut. Tetiba suaranya menjadi dingin dan berat. “Target Tritop bukan aku.”“
Morgan mengangguk. “Aku datang ke Istana Fers untuk menghancurkan virus penyakit itu. Selain itu, yang paling penting adalah untuk menyelidiki Rayden!”Mereka berdua duduk di sofa. Reza bertanya, “Apa Rayden kenal sama kalian? Apa dulu dia itu anggotamu?”Morgan mengangguk. “Aku juga curiga. Sebelumnya aku sudah menghabisi beberapa bawahannya. Semuanya ada hubungannya sama dia. Dia sangat mengenal orang-orang di sekelilingku, juga mengetahui beberapa rahasia di dalam organisasi. Jadi, keberadaannya cukup mengancam!”Reza tersenyum dingin. “Sudah pasti. Apa ada yang kamu curigai?”Morgan menggeleng. “Tidak ada. Anggotaku tidak akan mengkhianatiku, hanya ada beberapa orang yang sudah meninggalkan organisasi saja. Aku juga sudah menyelidiki mereka, tidak ada satu pun yang sesuai dengan kriteria Rayden. Jadi, aku baru kepikiran untuk menyelidikinya sendiri. Entah siapa dia sebenarnya?”Kening Reza berkerut. “Aku semakin khawatir kalau dia menargetkan Sonia!”Morgan berkata, “Sementara ini
Reza tersenyum tipis. “Karena kamu adalah yang pertama kubawa ke sini. Tentu saja mereka beranggapan kamu itu istriku!”Langkah kaki Reza berhenti. Dia memalingkan kepalanya melihat ke sisi Sonia. “Tidak peduli aku itu Tuan Reza atau Raja Bondala, kamu adalah satu-satunya!”Sonia menatapnya. “Apa dulu kamu nggak pernah suka wanita?”Reza terdiam membisu. Dia langsung menggendong Sonia, menelusuri ruang tamu yang megah dan penuh dengan seni, lalu berkata dengan tersenyum, “Apa kamu lapar? Kalau kamu tidak lapar, sekarang aku bisa buktikan kepadamu betapa aku menyukai wanita … wanitaku!”Sonia yang berada di dalam pelukan Reza membalikkan tubuhnya dengan lincah. Kedua kakinya melingkari pinggang Reza. Dia berkata dengan merangkul pundak Reza. “Kamu nggak usah buktikan. Cahaya matahari sebagus ini. Kita duduk di pekarangan saja.”Reza menatap pekarangan di luar jendela, lalu mengangguk. “Oke, hari ini kamu bebas melakukan apa pun. Aku akan mendengar semua keinginanmu!”Reza tidak menurunk
Sonia menurunkan kelopak matanya sembari tersenyum. Dia lanjut memotong kue untuk yang lain. Berhubung terlalu banyak orang, Kase dan Theresia juga turun tangan untuk membantunya.Reza mencari tempat yang lebih hening untuk duduk. Dia menatap Sonia yang sedang dikerumuni banyak orang, lalu menunduk melihat cokelat bentuk hati di atas kue itu. Kedua tangan yang diletakkan di atas meja saling bertautan. Dia memalingkan kepala untuk melihat ke sisi jendela. Sepertinya suasana hatinya tidak seburuk yang dibayangkannya.Orang-orang yang mengambil kue tar mulai meramaikan suasana. Lampu di dalam baru menjadi redup. Suasana semakin meriah. Sonia bersembunyi dari orang-orang yang hendak melempar kue tar ke sisinya, lalu duduk di tempat yang agak terpencil.Kase kepikiran untuk mencari Sonia, tetapi langkahnya malah dihalangi oleh seorang wanita berambut emas. Dia ditarik ke lantai dansa. Kemudian, dia pun dikerumuni oleh banyak wanita lagi.Kase telah menghabiskan banyak uang untuk merayakan u
Dari sudut pandang Reza, kebetulan dia bisa melihat daun telinga merah Sonia. Sonia kelihatan sangat imut.Theresia menggigit bibirnya dan tidak bertanya lagi.Mereka berjalan ke dalam lift, lalu naik ke lantai atas. Saat berjalan di depan bar, pintu dibuka. Selain Kase, semua orang merasa kaget.Kase menyuruh orang untuk mengganti bar menjadi aula perjamuan. Aula itu diselimuti dengan gaya hutan hujan tropis, berbagai tanaman hijau tropis memenuhi ruang seluas ribuan meter persegi. Di bawah pencahayaan bar sebelumnya, lampu berwarna-warni tersembunyi di balik tanaman tinggi, memancarkan cahaya melalui bayangan dedaunan ke langit-langit. Efek cahaya yang berkilauan menciptakan suasana segar dan magis, tetapi tetap hangat dan semarak, memberikan efek visual yang luar biasa. Tempat yang dulunya penuh dengan kebisingan dan kemewahan yang kacau, kini berubah menjadi cerah dan bersih.Terdapat banyak orang di dalam bar mengenakan gaun pesta yang anggun dengan riasan yang elegan. Mereka ber
“Tok! Tok! Tok!” Terdengar suara ketuk pintu dari luar sana. Sonia segera memalingkan kepalanya. Suaranya terdengar serak. “Siapa?”“Kekasih sahmu!” jawab Kase.Sonia menarik napas dalam-dalam. Dia merasa dirinya terlalu khawatir. Dia merobek kertas hasil lukisannya, lalu membuangnya ke tong sampah. Dia pun berdiri, pergi membuka pintu.Sebentar?Apa kata Kase tadi?Kekasih sahnya?Sial!Sonia ingin menahan amarahnya. Kemungkinan dia akan segera meninggalkan Hondura. Jadi, dia tidak berencana untuk perhitungan dengan Kase.Pintu dibuka, terlihat sosok Kase yang berpakaian kemeja putih dan jas hitam. Kerah pakaiannya sedikit terbuka, menunjukkan tulang selangka leher yang menggoda. Aura bangsawannya sungguh memesona.Kase memiringkan kepalanya untuk menatap Sonia. Dia menyipitkan bola mata cokelatnya. “Tadi kamu ke mana lagi?”Sonia membalas dengan datar, “Aku sudah pernah bilang. Selama aku bisa menjamin keselamatanmu, kamu nggak usah ikut campur dalam urusanku.”Ujung bibir Kase sedi