“Emm.” Sonia mengangguk.Reza menatap mata Sonia. Hanya terlihat senyuman dan Reza di dalam bola mata wanita ini. Kali ini, dia baru merasa tenang, mulai menyalakan mesin mobil meninggalkan tempat.Hari ini bukan akhir pekan. Berhubung tamu di Restoran Moona tidak banyak, Widya juga memiliki waktu senggang untuk mengobrol dengan mereka.Widya menyeduhkan teh bunga yang baru selesai dijemurnya kepada Sonia. Menu baru Rizal juga sudah selesai diteliti. Sayuran itu adalah sejenis sayuran polos. Kelihatannya memang sangat sederhana, tetapi prosedurnya sangat rumit. Tentu saja rasanya tidak mengecewakan!Selesai makan, Sonia pergi ke halaman untuk memberi makan kelinci. Reza duduk di samping Sonia untuk menyuapinya sayuran hijau.“Kamu suka kelinci? Nanti kita suruh Pak Yanto untuk pelihara dua ekor di Vila Green Garden,” usul Reza.Sonia mengangkat-angkat alisnya. “Kalau pelihara kelinci di dalam taman, setiap harinya mereka mesti menghadapi dua ekor anjing galak. Apa kamu pernah memikirka
Reza menggandeng tangan Sonia, lalu mengusapnya dengan perlahan. “Tenang saja, Keluarga Tamara masih belum hebat hingga sanggup mengendalikan satu Kota Kibau. Lagi pula, belakangan hari ini Erwin juga tidak ada waktu untuk memedulikan hal ini. Bisa jadi masa kejayaan Keluarga Tamara sudah akan menjadi masa lalu!”Sonia mengangguk. Tatapannya kelihatan tegas. “Selama ini kamu selalu membantuku. Kalau suatu hari nanti kamu butuh bantuanku, kamu bisa mengatakannya.”Reza membelai rambut Sonia. “Tentu saja, kelak kamu juga punya tanggung jawab untuk melahirkan penerus Herdian Group. Jadi, sudah seharusnya semua anggota Herdian Group mendukungmu. Kamu tidak usah sungkan. Aku cuma melakukan tanggung jawabku saja!”Sonia tersenyum, lalu bersandar di pundak Reza. “Oke, aku sudah ingat.”Reza memeluk Sonia, lalu mengusap rambut halus Sonia dengan lembut. Dia sungguh menantikan hari-hari mereka “bertempur” menghadapi masalah bersama!…Keesokan paginya, Hendri yang sedang duduk di kantor kelihat
Hendri segera mengambil mouse-nya. Hanya saja, tidak peduli bagaimana dia mengklik, tulisan tetap tidak bisa dihilangkan.“Ada apa ini? Di mana IT?” Ekspresi Hendri kelihatan galak. Dia berkata dengan gusar.“Kata IT, semua ini ulah peretas. Mereka sedang memecahkannya!” jelas sekretaris.Kening Hendri kelihatan berkerut. “Semua komputer perusahaan menjadi seperti ini?”Sekretaris berkata dengan gugup, “Iya, komputer seluruh departemen perusahaan menjadi seperti ini!”Pikiran Hendri sungguh kacau. Dia langsung jatuh duduk di kursi. Siapa pelakunya? Siapa yang sedang memarahinya?Tiba-tiba Hendri kepikiran saat ini ada ratusan karyawan sedang melihat Hendri dimaki, raut wajahnya seketika berubah. Dia segera berpesan kepada sekretaris, “Beri tahu semua orang untuk tutup komputer mereka. Tanpa perintahku, tidak ada yang boleh buka komputer!”“Oh!” balas sekretaris, lalu keluar ruangan untuk menyampaikan perintah Hendri.Tak lama kemudian, para penanggung jawab setiap departemen datang ke
Saat ini, cuaca terasa agak dingin. Daun di atas pohon mulai berguguran. Jason ada urusan di pagi hari. Saat kembali ke perusahaan, hari pun sudah siang. Dia berjalan ke luar lift menuju ke pantri. Tiba-tiba langkah kakinya berhenti.Rak buku di dalam pantri kelihatan terbuka. Di depan meja dapur, seorang wanita yang mengenakan kemeja putih sedang sibuk dengan punggung menghadap ke arah Jason. Tercium aroma wangi pizza dengan keharuman keju yang melimpah.Jason berdiri di tempat, tidak bergerak untuk beberapa saat, sampai wanita itu berbalik. Ketika melihat Jason, dia terkejut, lalu berkata dengan nada memelas, “Tuan Jason, apa boleh aku pinjam pakai dapur sebentar?”Saat Jason melihat wajah Patty, dia pun langsung tersadar. Terlukis senyuman tipis di atas wajahnya. “Pakai saja. Tidak apa-apa!”Jason membalikkan tubuhnya berjalan ke dalam pantri. Patty pun mengikutinya, lalu berkata dengan lembut dan hormat, “Tuan Jason, kamu mau minum apa? Biar aku bikinkan!”“Kopi saja!” ucap Jason
Cervin mengangkat kepalanya menatap Kelly dengan syok. Ketika melihat sikap tenang Kelly, dia mengangguk dengan perlahan. “Aku akan serahkan proyek itu kepadamu. Nanti kamu bahas kelanjutan proyek ini sama Tuan Levis.”Kelly mengangguk. “Baik, aku pasti akan melakukannya dengan baik!”“Sore hari ini kedatangan seorang klien yang sangat penting. Biasanya hanya desainer level atas yang diperbolehkan untuk ikut serta dalam rapat. Nanti kamu juga ikut!” ucap Cervin.Kelly tahu wakil direktur berniat untuk mempromosikannya. Dia pun membalas dengan tersenyum, “Terima kasih, Tuan Cervin!”“Semangat!”“Baik!”Begitu Kelly berjalan keluar ruang kerja, Laura langsung berlari ke sisinya. “Apa kamu dipuji? Benar apa kataku, ‘kan? Kalau kamu berhasil mengerjakan proyek Tuan Levin, posisimu di perusahaan pasti akan stabil!”Kelly juga sangat bersemangat. “Semoga semuanya bisa berjalan lancar!”“Masalah desain sudah selesai, sisanya hanya tinggal masalah kontraktor saja!” Laura mengangkat-angkat alis
“Dik Kelly, ternyata kamu kerja di sini!” Howard yang berdiri di belakang Jason bersuara. Dia menyapa Kelly dengan ramah, “Kamu memang tidak setia kawan. Padahal kamu sudah jadi desainer, kamu malah tidak mentraktir teman-temanmu ini!”Herry merasa syok. “Tuan Howard, apa kamu kenal sama dia?”“Tentu saja kenal!” Howard berjalan ke sisi Kelly, lalu bertanya dengan penuh perhatian, “Kamu tidak usah merasa bersalah. Dada Jason cukup kekar. Seharusnya kamu yang kesakitan!”Kelly menggeleng dengan tersenyum. “Nggak, kok. Aku nggak selemah itu!”Herry menyadari hubungan Kelly dan Howard cukup dekat, sepertinya dia juga kenal dengan Jason. Sikapnya langsung berubah drastis. “Kalau kamu merasa tidak nyaman, kamu terus terang saja. Aku akan beri izin buat kamu. Kamu bisa pulang untuk istirahat.”Usai berbicara, Herry menoleh untuk mengomeli Laura. “Sekarang lagi jam kerja, kenapa kamu malah mengejar Kelly? Bagaimana kalau Kelly terluka? Siapa yang tanggung jawab?”Laura tahu apa yang terjadi.
Gerald yang kegirangan itu langsung berdiri. “Terima kasih atas kepercayaan Tuan Jason. Aku pasti akan mengerjakan proyek ini sampai kamu puas.”“Semoga kerja sama kita menyenangkan!” Jason tersenyum tipis. Kemudian, dia menandatangani kontrak dengan perusahaan desain.Setelah rapat berakhir, Herry dan Cervin pergi mengantar kepergian Jason. Kelly pun memanfaatkan kesempatan ini untuk melarikan diri.Tadinya Howard kepikiran untuk berpamitan dengan Kelly. Hanya saja, malah tidak kelihatan batang hidungnya lagi.…Saat perjalanan kembali ke Gunawan Group, Howard pun berkata dengan tersenyum, “Aku kira Tuan Jason akan memilih Kelly!”“Dia tidak ingin mengerjakan proyek ini. Untuk apa aku mempersulitnya?” Jason membuka dokumen seraya membalas dengan datar.Howard mengendarai mobil, lalu berkata, “Apa kamu menyadari Kelly bagai sudah berubah saja? Ketika ketemuan tadi, dia sudah bisa tersenyum lebar, semakin periang saja!”Ujung bibir Jason melengkung ke atas. “Dulu dia juga seperti itu!”
Sonia duduk di atas bangku. Amelia segera membuka tutup botol, lalu menyerahkannya kepada Sonia.“Terima kasih!” Sonia minum, kemudian berkata, “Memangnya apa yang kamu harapkan? Demi melindungiku, Pak Teddy malah bertengkar dengan Keluarga Tamara? Bagaimana kalau Pak Teddy nggak berhasil mengalahkan Keluarga Tamara? Bisa jadi satu tim produksi malah terlibat dalam masalah ini.”“Apa Pak Teddy sanggup untuk tanggung jawab? Keputusan Pak Teddy sudah tergolong sangat tepat. Jadi, sejak awal aku nggak menyalahkan Pak Teddy, aku juga mengusulkan untuk istirahat beberapa hari di rumah.”Amelia mengacungkan jempol ke hadapan Sonia. “Sonia, aku salut banget sama kamu!”Kening Darren kelihatan berkerut. “Tapi, aku masih saja tidak terima masalah ini berlalu begitu saja!”“Kenapa malah tidak terima?” Amelia membuang botol minuman di tangan kepada Darren. “Bahkan Cella saja diusir Sonia kembali ke Kota Kibau. Sekarang seluruh tim produksi merasa Sonia sudah menang. Kenapa kamu masih nggak terima
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m