Saat perjalanan pulang, Sonia pergi membeli dua batang cokelat berbentuk beruang. Dia makan satu, kemudian menyisakan satu untuk Yana.Tiba-tiba Sonia menerima panggilan dari Reza. “Kamu lagi ngapain?”Sonia menggigit cokelat. Rasa manis dan pahit bercampur aduk di dalam mulutnya. Dia menunduk menatap jalan kerikil sembari tersenyum. “Aku ke toko kue.”“Beli apa?” tanya si pria dengan lembut.“Cokelat dan juga lolipop!”“Apa ada bagianku?” tanya Reza dengan tersenyum.“Ada, nanti akan kukasih setelah kamu pulang.”“Antar ke sini sekarang.” Suara Reza semakin lembut lagi. “Aku merindukanmu. Kamu temani aku bekerja.”Sonia melihat jam tangannya, lalu membalas dengan lembut, “Oke, aku akan pergi mencarimu!”“Aku akan suruh Robi untuk menjemputmu!”“Nggak usah. Aku bisa bawa mobil sendiri.”“Kalau begitu, hati-hati di jalan. Jangan buru-buru!”“Emm!”Setelah Sonia mengakhiri panggilan, dia berlari ke dalam kompleks dengan buru-buru. Suara Reza tadi sepertinya telah menyingkirkan rasa penat
“Nggak buru-buru.”“Kalau begitu, nanti kamu ikut aku untuk pergi rapat. Kamu desain sambil lihat aku rapat, bisa jadi kamu bisa kedatangan ilham.”Sonia melebarkan matanya. “Ikut kamu rapat?”“Iya, rapatnya agak panjang. Aku tidak ingin kamu tunggu sendirian di sini.” Reza mencoba untuk membujuk Sonia, “Ikut, ya? Kalau kamu capek, kamu bisa kembali untuk istirahat.”Sonia memutar bola matanya. “Gimana kamu perkenalkan aku ke orang lain?”“Tidak usah diperkenalkan lagi. Semua yang ikut rapat adalah bos besar. Lagi pula, hanya istriku saja yang boleh duduk di sampingku.” Reza masih saja bercanda. “Bawahanku juga pintar-pintar.”Sonia sungguh penasaran dengan rapat yang biasa diikuti Reza. Dia berpikir sejenak, lalu menyetujuinya. “Kapan rapatnya dimulai?”Reza melihat jam sekilas. “Segera!”Baru saja Reza menyelesaikan omongannya, terdengar suara ketuk pintu.Sonia langsung berdiri dari pangkuan Reza, lalu melihat ke sisi pintu.Kally memasuki ruangan, lalu tersenyum pada Sonia. Dia pun
Rapat resmi dimulai. Reza bersandar di balik kursi dengan malas-malasan sembari mengemut lolipop. Dia mendengar penjelasan Chandra mengenai proyek. Terkadang Reza membalikkan kepalanya melirik Sonia sekilas.Sonia mengeluarkan buku sketsanya, lalu mengambil pensil di tangannya. Dia mulai melukis sketsanya.Waktu berlalu dengan perlahan. Rapat masih berlangsung.Saat Reza mendengar laporan dari tim perencanaan, dia membuka botol air di depannya, lalu meletakkannya di hadapan Sonia.Mereka bagai sehati saja. Tanpa mengangkat kepala, Sonia langsung mengambil botol air dan meminumnya. Kemudian, dia lanjut melukis sketsanya.Manajer proyek yang sedang berbicara terdiam sejenak. Dia melihat Reza sedang melihat ke sisinya, raut wajahnya seketika menjadi dingin. Dia tidak berani terbengong lagi, melanjutkan pembicaraan sebelumnya.Para petinggi yang menghadiri rapat sepertinya menyadari Reza tidak suka orang-orang mengintip Sonia. Jadi, mereka juga tidak berani melihat lagi. Mereka memusatkan
Celine sungguh tidak menyangka dengan gerakan mendadak Sonia. Raut wajahnya seketika berubah. Dia terhuyung-huyung ke belakang. Berhubung tenaga Sonia cukup kuat, Celine yang mengenakan sepatu hak tinggi pun keseleo dan jatuh ke lantai.Saat Celine mengangkat kepalanya, dia menyadari ternyata Sonia tidak menendangnya. Dia hanya menakuti Celine saja. Alhasil, Celine pun merasa semakin canggung dan kesal saja.Sonia melirik Celine sekilas, lalu membalikkan tubuhnya untuk berjalan pergi.Celine menatap sosok Sonia berjalan ke dalam ruangan presdir dengan santai. Amarah di hatinya semakin besar lagi.“Celine!” Kally datang untuk memapahnya. “Aku rasa lain kali kamu jangan cari masalah sama Nona Sonia lagi!”Kally tahu Celine memiliki latar pendidikan yang tinggi, latar keluarga yang bagus, dan sangat kompeten dalam bekerja. Jadi, meskipun dia bersikap arogan, Kally tetap kagum terhadapnya.Hanya saja, Kally sungguh tidak mengerti kenapa Celine tidak menyukai Sonia?Celine memelototi Kally
Kally membuatkan teh susu kesukaan Sonia, lalu mengantarkannya ke ruangan presdir.Sonia sedang duduk di atas karpet sembari melukis sketsa. Ketika melihat Kally memasuki ruangan, dia langsung menutup sketsa dan tersenyum lembut. “Kally!”Ketika melihat senyuman di wajah Sonia, hati Kally langsung meleleh. Jika Kally adalah Tuan Reza, dia juga akan menyukai wanita cantik dan berbakat ini!Kally meletakkan cangkir teh ke atas meja tamu. Kemudian, dia berkata pada Sonia dengan tersenyum, “Sebelumnya Tuan Reza berpesan hanya boleh memasukkan satu sendok gula ke dalam teh susu. Kali ini aku taruh dua sendok!”Usai berbicara, Kally mengedipkan matanya ke sisi Sonia.“Terima kasih!” Sonia tersenyum.Kally bertanya dengan penuh penasaran, “Sonia, apa aku boleh tanya satu pertanyaan? Sejak kapan kamu jadian sama Tuan Reza?”Sonia menyesap teh susu, lalu mengangkat kelopak matanya. “Sudah sangat lama!”“Sudah sangat lama?” Kally merasa agak syok. “Jangan-jangan saat pertama kali kamu ke perusah
Sonia mengangkat kepalanya sembari tersenyum. “Belum, aku bukan melukis desainku.”Reza mengangkat-angkat alisnya. “Jadi, apa yang lagi kamu lakukan?”“Aku lagi bikin catatan rapat.” Kedua mata Sonia berkilauan. “Apa kamu ingin melihatnya?”“Catatan rapat?” Reza merasa agak kaget. “Sini, biar aku lihat!”Sonia membalikkan tubuhnya, mengambil buku sketsa untuk diperlihatkan kepada Reza. Dia mengangkat-angkat alisnya. “Mohon dibaca, Tuan Reza!”Reza mengambil buku sketsa, lalu melihatnya. Dia terbengong ketika melihat dua lembar lukisan sketsa Reza. Lukisan pertama adalah lukisan Reza sedang mendengar laporan dari bawahannya. Dia duduk bersandar di bangku sembari mengerutkan keningnya. Dia kelihatan sedang memikirkan sesuatu.Lukisan yang satu lagi adalah lukisan di saat Reza sedang menunduk untuk membaca dokumen. Lekuk wajah sampingnya kelihatan sangat jelas. Sepasang matanya kelihatan sangat fokus dan juga serius.Reza menatap kedua lukisan itu dalam waktu lama. Hatinya tak berhenti be
Terdengar suara senyum sinis dari ucapan Cella. “Betul! Ternyata kamu masih ingat sama aku! Apa kamu sudah diberhentikan Pak Teddy? Sekarang kamu nggak ada kerjaan lagi?”“Aku tanya kamu sekali lagi. Apa kamu mau membuatkan gaun untukku? Ini kesempatan terakhir buat kamu. Kalau kamu setuju, aku akan segera membiarkanmu untuk kembali bekerja di lokasi syuting. Aku janji upahmu nggak akan berkurang sama sekali. Kemudian, kita anggap nggak terjadi apa-apa sebelumnya.”Sonia berdiri, lalu berjalan ke sisi balkon. Matahari hari ini cukup terik. Hanya saja, kehangatan dari cahaya matahari tetap tidak bisa menghilangkan tatapan dingin Sonia. “Aku nggak ada waktu. Tentu saja, meski aku ada waktu sekarang, aku juga nggak akan desain untuk kamu. Karena kamu nggak pantas untuk mendapatkan desainku!”Usai mendengar, suasana hati Cella semakin buruk lagi. “Sonia, ingat ucapanmu hari ini! Jangan menyesal!”“Aku hanya menyesal sudah mengangkat panggilanmu di pagi buta ini. Kamu sudah merusak suasana
[ Bukannya orang yang mensponsori dia sekolah itu kasihan sekali? Sudah habisin uang buat sekolahin dia, tapi malah nggak tahu berterima kasih! ][ Apa Aska tahu King orangnya seperti itu? ][ Seharusnya nggak tahu. Coba kamu lihat video identitas King terbongkar. Wajahnya selugu itu. Wajar Tuan Aska dan sponsornya tertipu! ][ Pertama kali ketika aku menonton video terbongkarnya identitas King, aku pun menyadari ada yang berbeda. Dia terlalu muda. Mana mungkin dia akan memiliki pencapaian setinggi ini? Kecuali dia berbakat! Ternyata memang ada udang di balik batu! ]…Penggemar King mulai maju untuk menjelaskan.[ King bukan orang seperti itu. Kalau dia seperti yang kalian katanya, mengejar kekuasaan dan kekayaan, kenapa dia baru membongkar identitasnya sekarang? Dia bisa membongkarnya juga karena terpaksa, karena ada yang menjiplak hasil karyanya! ][ Iya, kami, para penggemar King bisa menyukai King bukan karena wajahnya. Kami murni menyukai hasil karyanya. ][ Kami pernah melihat h
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m