Hati Kelly terasa sakit. Air mata menetes dari sudut matanya. Dia berusaha untuk mundur, tidak bersedia untuk bersikap lemah di hadapan Jason.Benar apa kata Jason. Tidak ada perasaan di antara mereka. Hanya tersisa utang saja. Setelah utang itu lunas, emosi Jason otomatis akan reda dan Kelly akan terbebas.Jason menyandarkan kepalanya di atas sofa. Dia memejamkan matanya, tidak melihat Kelly lagi.Kelly juga tidak berbicara lagi. Dia menunggu Jason dengan tenang. Setengah jam kemudian, semua orang memberi kabar telah tiba di rumah di dalam grup WhatsApp yang dibuat Christie.Kelly menyimpan ponselnya. “Aku pulang dulu!”Jason melebarkan matanya. Dia juga ikut berdiri. “Aku antar kamu pulang!”Kelly langsung berkata, “Nggak usah, aku bisa naik taksi.”Jason memalingkan kepalanya untuk melihat Kelly. Raut wajahnya menjadi muram. “Kenapa kamu merasa gugup? Apa kamu ingin sekali memutuskan hubungan denganku?”Kelly menunduk dan tidak berbicara.Api di hati Jason seketika membara. Dia berk
Keesokan paginya, saat Kelly pergi bekerja, dia pun menerima sebuket bunga segar yang sangat besar di atas meja kerjanya. Kelly mengambil kartu di dalamnya, tetapi tidak ada nama pengirimnya. Baru saja dia hendak menelepon resepsionis, tiba-tiba ponselnya berdering.Kelly mengangkat panggilan. “Tuan Kenneth?”Kenneth berkata dengan tersenyum, “Apa kamu menyukainya? Apa suasana hatimu terasa bagus ketika menerima bunga di pagi hari?”“Bunga ini pemberianmu?” Kening Kelly spontan berkerut.“Iya, semalam kamu transfer dua juta ke OVO-ku. Aku tidak mungkin mengambil keuntungan darimu. Jadi, sisanya aku beliin bunga buat kamu,” balas Kenneth dengan tersenyum. “Kamu jangan salah paham. Aku hanya nggak terbiasa untuk mengambil keuntungan dari wanita.”Kelly tersenyum tipis. “Kamu nggak usah berbuat seperti itu!”“Hanya sebuket bunga saja. Kamu jangan berpikir kebanyakan. Semangat bekerja, ya!” Nada bicara Kenneth sangat lembut.Kelly membalas, “Oke, sampai jumpa!”Setelah panggilan diakhiri,
“Emm!” Christie mengangguk dengan tersenyum lembut.Setelah Kenneth pergi, Kelly pun berkata dengan mengerutkan keningnya, “Kenapa Tuan Kenneth bisa ada di sini?”Christie membalas dengan sangat lembut, “Kelly, menurutmu, Kenneth orangnya gimana?”Kelly tertegun sejenak, lalu bertanya, “Apa maksud Kak Christie?”Daun telinga Christie memerah. Dia menunduk, lalu menjawab, “Sepertinya Kenneth lagi mengejarku. Hari ini dia meneleponku untuk mengajakku makan. Tapi kebetulan aku sempat janjian sama kamu. Jadi, aku bawa dia ke sini.”Lagi-lagi Kelly terbengong sejenak. Kemudian, dia baru tersenyum lega. “Apa benar dia lagi mengejarmu?”“Sepertinya begitu!” Raut Christie kelihatan tersipu malu.“Dia … orangnya cukup baik. Tergantung bagaimana perasaanmu terhadapnya,” balas Kelly. “Apa kamu menyukainya?”“Aku merasa dia orangnya cukup baik. Emm, lihat ketulusan hatinya, deh!”Mereka berdua berbincang-bincang dengan tersenyum. Akhirnya Kelly merasa tenang.…Di sisi lain, Ranty dan Sonia janjia
Ranty terbengong sejenak, lalu bertanya dengan mengangkat-angkat alisnya, “Apa hubungannya sama dia? Jangan-jangan aku nggak boleh berteman lagi?”Sonia menuangkan air untuk dirinya, kemudian berkata dengan datar, “Apa kamu lupa dengan masalah asisten perusahaanmu dulu?”Sebelumnya ada seorang asisten pria yang sangat baik terhadap Ranty. Hanya saja, Ranty agak kurang peka. Dia menganggap asistennya sebagai teman baiknya saja.Beberapa kali Matias memperingati asistennya. Asistennya malah semakin semena-mena lantaran dibela oleh Ranty. Dia bahkan sengaja mengunggah foto makan bersamanya dengan Ranty ke media sosial.Amarah Matias berhasil dipancingnya. Dia pun mengirim asisten pria itu ke Altena, lalu mencarikan belasan pendamping wanita. Dalam waktu satu malam, hidup pria itu pun sudah hancur.Masalah ini beredar luas di dalam lingkungan mereka. Sejak saat itu, tidak ada pria yang berani menantang Matias, apalagi mendekati Ranty.Senyuman di wajah Ranty memudar. “Kalau dia masih memed
Ranty bersandar di pundak Sonia. Dia mengedipkan matanya sembari berkata, “Aku nggak mabuk. Kamu nggak usah segugup ini. Apa mungkin bocah itu bisa mengambil keuntungan dariku? Aku pernah belajar sedikit jurus seni bela diri sebelumnya! Lagi pula, Jeansen menganggapku sebagai kakak, bukan seperti yang kamu pikirkan!”Sonia membalas, “Tutup mulutmu. Kamu selalu saja minum sebanyak ini. Apa kamu nggak tahu kamu sanggup minum berapa banyak?”“Bukannya ada kamu?” Ranty mengangkat kepalanya untuk bermanja-manja. “Saat aku bersama kamu, aku baru berani minum sampai puas. Memangnya kamu nggak tahu!”Sonia menunduk. “Aku tahu hatimu penat.”Ranty bersandar di pundak Sonia, lalu memejamkan matanya. Dia berkata dengan suara rendah, “Nggak, aku hanya merasa gembira saja hari ini. Begitu gembira, aku jadi pengen minum.”“Kamu jangan bicara lagi. Kamu tidur saja. Nanti aku akan bangunkan kamu!” ujar Sonia dengan menenangkannya.“Emm!” Ranty bersandar di tubuh Sonia.Tubuh Sonia memang sangat kurus.
Reza menghentikan mobilnya di tepi jalan. Dia mengangkat tangannya untuk mengusap pipi Sonia. Di bawah cahaya remang lampu mobil, tatapan tajam Reza kelihatan lembut. “Sayang, semua hal dan orang di dunia ini tidaklah kekal. Jika kedua insan ingin bersama, mereka juga mesti mengalami banyak ujian. Semua itu butuh usaha dari mereka sendiri.”Sonia kelihatan bingung. “Setelah kedua insan bersama dalam waktu lama, mereka pasti akan memiliki perasaan. Tapi kalau kelamaan, bisa jadi perasaan itu akan memudar, ‘kan?”Reza menatap Sonia, lalu membalas dengan perlahan, “Bukan, kakak dan kakak iparku sudah bersama selama 20-an tahun. Mereka masih tetap mencintai satu sama lain.”Sonia mengangguk dengan tersenyum tipis. “Emm.”Reza menunduk mencium pipi Sonia. “Ayo, kita pulang!”“Oke!”…Kebanyakan anggota Keluarga Tamara bertempat tinggal di Kota Kibau. Leluhurnya berkecimpung di dunia politik, tetapi ketika sampai ke generasi ayahnya Cella Tamara, mereka meninggalkan dunia politik dan beralih
Ranty mendorongnya, lalu berkata dengan tersenyum datar, “Tadi Cella telepon kamu. Tapi aku mengangkatnya.”Matias mengangkat-angkat alisnya. Tatapan di belakang kacamata itu kelihatan agak datar. “Ada urusan apa?”“Dia ingin kamu temani dia untuk mengikuti pertunjukan amal di akhir pekan,” balas Ranty dengan nada biasa.“Jadi, apa jawabanmu?” tanya Matias.Ujung bibir Ranty melengkung ke atas. “Aku bilang kita akan temani dia pergi bersama. Nanti aku bisa cetak spanduk buat beri dukungan ke dia.”Tiba-tiba Matias tersenyum. “Boleh!”“Iya, aku juga merasa ideku cukup bagus. Tapi sepertinya dia nggak begitu suka. Dia langsung mengakhiri panggilan.” Ranty menyipitkan matanya, menunjukkan ekspresi bandelnya.Matias juga tidak keberatan. Dia berkata dengan datar, “Lupakan saja kalau tidak bersedia. Kebetulan aku juga tidak ada waktu!”Usai berbicara, Matias langsung mencium Ranty.Ranty malah mendorongnya. “Aku masih belum gosok gigi.”“Tadi pagi juga sudah sempat kucium,” gumam Matias, la
Jason berpikir sejenak, lalu berkata dengan suara lembut, “Ada sebuah pabrik elektronik di Area Amara. Kantin di sana butuh koki untuk memasak makanan karyawan. Apa kamu bersedia ke sana?”“Bersedia! Tentu saja bersedia!” Iwan tak berhenti mengangguk.“Gaji di sana tidak akan lebih rendah daripada gajimu ketika menjadi koki di restoran bintang lima. Hanya saja, lokasinya agak jauh dari pusat kota. Ada asrama untuk karyawan. Kamu bisa tinggal di sana,” jelas Jason.“Bagus sekali!” Iwan sungguh berterima kasih. “Terima kasih! Terima kasih, ya, Tuan Jason.”“Kapan kamu bisa mulai bekerja?”“Kapan saja!”“Oke, kalau begitu, kamu siap-siap dulu. Besok pagi, aku akan suruh sopirku untuk menghubungimu. Dia akan antar kamu ke sana. Kalau ada apa-apa, kamu bisa hubungi aku setiap saat!”Iwan sungguh merasa bersyukur hingga tidak tahu harus berkata apa lagi. “Terima kasih!”Jason tersenyum tipis. “Jangan bersikap sungkan!”Iwan menggosok kedua tangannya. Dia merasa sangat ragu. “Aku ingin minta
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m