Sonia segera menjawab, “Cewek!”Setelah mendengar jawaban Sonia, nada bicara Reza pun berubah lebih lembut, “Kalau begitu, nggak masalah.”“Setelah dia pergi, aku baru keluar dari rumah itu.” Sonia melirik Reza sekilas, baru berkata.Kali ini Reza terdiam beberapa saat, lalu menggerakkan bibir tipisnya. “Bukannya kamu sudah bayar uang sewa bulan ini? Kamu pindahnya di akhir bulan saja.”Sonia hanya menundukkan kepalanya dan tidak bersuara lagi.Tak lama kemudian, mobil akhirnya berhenti. Ketika Sonia hendak keluar dari mobil, dia tiba-tiba menghentikan langkahnya dan berkata, “Omong-omong, terima kasih untuk masalah hari ini.”Tidak peduli bagaimana sikap Reza terhadapnya tadi, berhubung Reza sudah menolongnya, sudah seharusnya Sonia berterima kasih padanya.Reza melirik Sonia, lalu berkata, “Aku akan urus masalah selanjutnya, kamu nggak perlu pikirkan lagi.”Kedua pasang mata saling bertatapan. Sonia sedikit mengangguk, baru meninggalkan mobil.Sementara itu, Reza terus menatap bayang
Yenni sungguh terkenal sekarang, tapi kelak … sepertinya orang-orang tidak akan melihatnya lagi.Farel yang berada di ujung telepon bertanya dengan semangat tinggi, “Sonia, pamanmu itu siapa, sih?”Sonia mengerutkan alisnya. “Kenapa kamu bertanya seperti itu?”Kali ini Farel malah tertawa. “Semalam sewaktu aku kembali ke Perusahaan Biredo, pihak sekuriti nggak bolehin aku masuk ke dalam. Katanya bos mereka sangat marah, ingin minta ganti rugi sama aku. Kalau aku nggak bayar, dia akan tuntut aku ke pengadilan.”“Siapa sangka hanya dalam waktu satu malam, temanku telepon suruh aku ke sana. Bos Perusahaan Biredo bahkan tungguin aku di depan pintu. Sikapnya juga berubah 180 derajat. Dia nggak minta ganti rugi lagi, bahkan bayar upah kerja kita dua kali lipat dari yang dijanjikan. Katanya anggap saja sebagai ganti rugi atas kerusuhan yang terjadi.”Farel kembali tersenyum. “Orang tua aku nggak tahu masalah ini. Jadi semua ini pasti kerjaan pamanmu. Selain itu, mengenai masalah Yenni diekspo
Farel berlari ke sisi Sonia. “Ayo kita masuk ke dalam!”Di depan pintu restoran, Reza tampak menyipitkan matanya sambil melirik mereka sekilas, baru berjalan masuk ke dalam restoran.Sonia teringat apa yang dikatakan Farel sewaktu di telepon tadi, untuk berterima kasih kepada Reza. Tapi Sonia takut entah bagaimana respons Reza nanti.“Ayo!” jawab Sonia sambil menganggukkan kepalanya.Farel sudah memesan ruangan. Begitu mereka bertiga masuk ke dalam ruangan, pelayan pun datang melayani mereka.Di ruangan VIP lantai atas.Reza sedang berdiri di depan jendela. Jason berjalan menghampirinya, lalu berkata dengan tersenyum, “Cowok di samping cewek tadi itu pacarnya atau teman kelasnya?”Tadi Jason juga sudah menyadari keberadaan mereka. Dia lebih dulu menyadari keberadaan Kelly, kemudian baru menemukan keberadaan Sonia. Sebenarnya Jason merasa agak terkejut lantaran tidak menyangka mereka berdua itu berteman.Saat si lelaki berlari menghampiri mereka, Jason pun dapat merasakan aura dingin da
Reza mematikan rokok di dalam asbak, lalu menyilangkan kakinya, dan berkata dengan sangat lembut, “Aku sudah janjian sama orang, nggak enak untuk batalin. Aku akan traktir kalian lain kali.”Farel segera menjawab, “Jangan, dong? Paman sudah banyak membantu kami, jadi sudah seharusnya aku berterima kasih sama Paman!”“Nggak perlu sungkan!” Reza menatap lelaki yang terus tersenyum itu. “Kamu dan Sonia teman sekelas?”“Bukan, aku jurusan bahasa asing.”Reza sedikit mengangkat kepalanya, dan kembali menatap si lelaki. “Apa kamu suka sama Sonia?”Pertanyaan ini membuat Farel terbengong. Dia segera menggelengkan kepalanya. “Bukan, sepertinya Paman sudah salah paham. Sonia memang sangat unggul, tapi kami hanya teman biasa saja!”“Bagaimana dengan Sonia?” tanya Reza.“Aku rasa dia juga menganggapku sebagai temannya saja.”Reza kembali berkata, “Orang tua Sonia nggak tinggal di Jembara. Aku pun ditugaskan untuk jaga dia. Orang tuanya sudah berpesan untuk tidak perbolehkan Sonia pacaran sewaktu
Sonia tidak bersuara. Gambar di depan logo misi adalah gambar sayap elang berwarna hitam. Itu berarti Sonia mesti menerima misi, tidak ada ruang untuk kompromi.Tatapan Sonia langsung terkaku. Dia membuka logo misi, dan membaca dengan saksama.“Bos, misi apa itu?” tanya Ariel.Eka tersenyum puas. “Kali ini kamu lebih nggak sabaran daripada aku!”Ariel langsung menekan sebuah tombol, dan foto profil Eka langsung muncul kunang-kunang, dan terjatuh di lantai.Eka terkejut. “Eh! Kenapa bisa begini? Apa yang kamu lakukan?”Ariel pun malas meladeninya lagi.Sonia kemudian bersuara, “Aku akan jalankan misi kali ini!”“Hah?” Eka sungguh terkejut. “Bos jalankan sendiri?”Sama halnya dengan Ariel, dia juga terkejut. “Apa ini misi dari atasan?”Sonia mengiakan, lalu tatapannya tertuju pada foto dan tulisan di dalam ponsel.Eka kegirangan. “Aku ingin ajukan untuk jalankan misi bersama Bos!”“Sementara masih belum perlu!” balas Sonia dengan suara datar. “Kalau aku butuh, aku akan beri tahu kalian.”
Sonia membalas dengan tersenyum, “Kita bicarakan lagi setelah nilai ujianmu keluar. Kalau nilaimu nggak bagus, aku pun malu untuk kembali lagi.”Tandy mendengus. “Kamu nggak usah khawatir dengan masalah itu. Aku nggak akan permalukan kamu!”“Aku percaya sama kamu!” Sonia memikul tasnya. “Meski aku nggak datang untuk ajar kamu lagi, kita juga bisa main gim bersama.”Tandy mengerutkan alisnya. “Apa maksudmu?”Sonia memalingkan kepalanya. “Nggak ada maksud apa-apa. Kamu nggak usah pikir kebanyakan.”“Setelah aku selesai ujian, kita pergi tunggang kuda bersama, yuk!”Sonia berpikir sejenak, lalu menjawab, “Selesai ajar kamu, aku akan cari pekerjaan lain. Aku nggak tahu bakal ada waktu atau nggak. Nanti aku kasih tahu kamu lagi.”“Kamu sok sibuk banget, ya!” Tandy memasang wajah cemberut.“Apa daya, mesti cari duit!” Sonia mengangkat-angkat pundaknya. “Aku pergi dulu, kamu ujian yang bagus, ya!”“Iya!” jawab Tandy dengan wajah kesal.Sonia tersenyum lalu meninggalkan kediaman.Malam harinya
Pada akhirnya Sonia bekerja sebagai pelayan di Kasen. Berhubung dia memiliki penampilan yang cukup menarik, begitu mulai bekerja, dia pun langsung didistribusikan ke ruangan VIP di lantai delapan, yang mana tugasnya adalah menyajikan minuman ke para tamu.Setelah mengikuti pelatihan selama dua hari, akhirnya Sonia resmi bekerja. Sera yang kerap disapa Kak Sera itu adalah penanggung jawab di lantai delapan. Dia memperkenalkan Sonia dengan yang lainnya.Di lantai delapan ini dilengkapi dengan lima ruangan VIP dan lima orang pelayan. Biasanya para pelayan yang bekerja di lantai delapan ini setidaknya mesti bekerja setahun di lantai bawah, tapi Sonia malah langsung dipekerjakan di lantai delapan. Jadi wajar apabila semua orang merasa cemburu dengannya.Sera berusia sekitar 30 tahunan. Dia terlihat mengenakan pakaian profesi dengan riasan wajah yang indah. “Di lantai delapan ini ada lima ruang VIP. Ruangan 8801 dan 8809 sudah ada tamu tetap. Jadi meski mereka nggak datang, jangan biarkan t
Entah apa yang diucapkan oleh orang di ujung telepon, alhasil suara Susan menjadi semakin lembut lagi, “Hari ini kami kedatangan karyawan baru. Padahal hari ini adalah hari pertamanya bekerja, tapi dia malah sudah merebut pekerjaanku. Kamu harus bantu aku untuk balas dendam!”Lelaki di ujung telepon sepertinya sedang menghibur Susan. Dia pun tersenyum manis dan berbicara dengan nada manja, “Oke, janji, ya! Beri dia pelajaran saat kamu datang nanti. Tenang saja, aku bakal balas budimu!”“Emm, nanti aku akan tuangin minuman buat kamu. Sampai jumpa!”Selesai menelepon, Susan langsung tersenyum puas. Dia lalu mengeluarkan bedak mulai merias wajahnya.Di sisi lain, Sonia dan Jessy duluan pergi mengambil minuman untuk menyajikannya ke ruangan 8807.Setelah mengetuk pintu, Jessy mengambil botol alkohol dari tangan Sonia, dan langsung memasang senyum manis.Ruangan VIP 8807 diterangi dengan lampu kuning yang remang-remang. Di dalamnya terdapat belasan orang. Empat di antaranya sedang bermain k
Jelas sekali, Kase sudah tidak ingin melanjutkan pembicaraan dengan Winston. Setiap malam, Sonia mengantar camilan tetapi dia belum berhasil menemukan orang yang dia cari. Apakah mungkin orang itu begitu disiplin hingga bahkan tidak makan camilan?Sonia juga sudah mencoba pergi ke lantai bawah tanah ke-11, tetapi tetap tidak mendapatkan hasil apa pun. Namun, tidak menemukan apa pun juga merupakan kabar baik. Setidaknya itu berarti kakaknya tidak termasuk dalam kelompok orang yang dijadikan subjek eksperimen.Sonia memutuskan untuk beristirahat selama dua hari. Bagaimanapun, pelayan yang setiap hari dia samarkan identitasnya itu, sering bangun dengan keluhan leher yang sakit dan bahkan sudah memutuskan untuk pergi ke dokter.Malam itu, Sonia dan Kase duduk berdampingan di bar. Mereka mengobrol santai sambil menikmati suasana.Hallie datang mengenakan seragam pelayan yang dirancang khusus untuk bar itu. Dia menyerahkan dua gelas minuman pada Sonia dan Kase, lalu berujar sambil tersenyum
Begitu pintu lift terbuka, Sonia melangkah keluar. Di hadapannya, terbentang lorong panjang dengan lampu neon putih yang dingin dan suram menggantung di atas kepala.Sonia keluar dari lift dan melangkah ke koridor. Di kedua sisi koridor, terdapat laboratorium dan ruang penyimpanan. Melalui pintu-pintu kaca, dia bisa melihat berbagai macam alat yang aneh dan rumit. Dia terus berjalan lebih dalam.Suasana di sekitarnya begitu sunyi hingga terasa mencekam. Tiba-tiba, telinganya menangkap suara aneh, seperti kuku yang menggores kaca, bercampur dengan suara geraman liar yang menyerupai auman binatang buas.Sonia mengikuti arah suara itu. Tak jauh di depan, sebuah pintu besar terlihat berdiri kokoh. Pintu itu terlihat sangat kuat dan dilengkapi dengan sistem pengamanan berbasis sandi. Dia segera mengirim perintah ke Frida.Dalam waktu 30 detik, Frida berhasil membobol sistem pengamanan tersebut. Setelah memasukkan kode yang diberikan, pintu itu perlahan terbuka secara otomatis. Ketika Sonia
Sonia menggigit kue cokelat di depannya, lalu bertanya, "Apa kamu sudah tanya, kapan Rayden akan kembali?"Kase menatapnya tajam sembari balik bertanya, "Kamu sangat suka cokelat?"Sonia mengangkat alis dengan tenang. Dia membalas, "Hampir semua wanita menyukainya."Senyum Kase penuh pesona ketika menimpali, "Kupikir, kamu berbeda dari yang lain."Sonia mengulang pertanyaannya, "Jadi, kapan Rayden akan kembali?"Kase mendekatkan tubuhnya ke arah Sonia, menatap matanya dengan intens, lalu berucap pelan, "Aku curiga Rayden sebenarnya masih ada di Istana Fers.""Lho?" Sonia mengangkat kepala. Dia jelas sangat terkejut.Mata Kase bertemu langsung dengan tatapan Sonia dan memancarkan kesan yang menggoda. Dia menjelaskan, "Winston adalah perwakilan Rayden, tapi untuk proyek sebesar ini, dia nggak mungkin mengambil keputusan sendiri.""Aku rasa Rayden sebenarnya nggak meninggalkan Istana Fers. Dia cuma nggak mau menemui orang." Dugaan Kase memang sangat sesuai dengan karakter Rayden yang dike
Kase mengangkat lengannya dan menoleh ke arah Sonia. Di balik kerudung sutra tipis itu, Sonia mengangkat tangan dan merangkul lengan Kase, lalu berjalan bersamanya menuju ruangan.Saat mereka masuk, di balik meja kerja besar, duduk seorang pria yang bukan Rayden. Melihat hal ini, Kase bertanya sambil tersenyum. "Kenapa bukan Rayden?"Pria di belakang meja itu berdiri. Dia terlihat seperti penduduk asli Benua Delta, dengan rambut agak keriting dan mengenakan setelan jas hitam. Dia menjawab dengan sopan, "Maaf sekali, Pak Rayden menerima pesan yang sangat mendesak pagi ini.""Satu jam yang lalu, dia sudah meninggalkan Istana Fers. Dia memintaku untuk menyambut Pak Kase dan melanjutkan pembahasan kerja sama. Perkenalkan, aku adalah sekretaris Pak Rayden. Namaku Winston," lanjut pria itu.Sonia merasa sedikit kecewa. Dia sempat berharap bisa bertemu Rayden secara langsung dan mungkin bisa mengenali suaranya atau postur tubuhnya untuk memastikan apakah dia adalah orang yang dia kenal. Namun
Hallie harus mencari tahu apa yang sebenarnya dilakukan Regan di tempat ini. Itu adalah urusan pribadi Hallie. Sonia tentu saja tidak bisa mencampuri.Apalagi, meski saat ini belum ada kepastian apakah Hallie adalah cucu dari gurunya, sekalipun sudah pasti, Sonia tetap tidak akan mengambil keputusan untuk gadis itu.Sonia membalas sambil mengangguk. "Apa pun yang ingin kamu lakukan, keputusan ada di tanganmu. Tapi, tempat ini sangat berbahaya. Aku yakin kamu sudah merasakannya semalam."Hallie menjawab dengan tegas, "Aku akan mencari cara untuk melindungi diriku sendiri."Kase mengeluarkan suara tawa kecil yang mencemooh. Ketika dia mendapati Hallie menatapnya dengan kening berkerut, dia segera berucap sambil tersenyum, "Jangan salah paham, Nona. Aku bukan lagi mengejekmu. Aku cuma tiba-tiba merasa ingin tertawa."Hallie merasa canggung mendengar itu. Sonia melirik sekilas ke arah Kase, lalu berucap, "Bantu dia."Kase mengangkat alis dan tersenyum penuh arti. Dia bertanya, "Apa keuntun
Kase balik bertanya sambil tersenyum, "Kamu bahkan nggak mengenali penyelamatmu?"Hallie tertegun menatapnya dan terlihat bingung. Di sisi lain, Sonia berucap, "Masih ada beberapa jam sebelum matahari terbit. Lebih baik kamu naik ke atas dan beristirahat dulu. Kita bicarakan hal lainnya besok."Hallie mengangguk dengan cemas, lalu mengikuti Sonia menuju lantai atas. Sonia menunjukkan kamar di sebelah kamarnya sendiri, lalu berucap, "Di dalam lemari, ada piama dan baju ganti. Kamu bisa memakainya sesukamu."Hallie memandang Sonia dengan penuh rasa terima kasih, lalu berujar, "Makasih banyak. Kamu sudah menyelamatkanku dua kali!""Jangan berterima kasih padaku. Kali ini, orang yang menyelamatkanmu adalah pria yang tadi di bawah," ujar Sonia.Hallie tertegun sebelum bertanya, "Dia yang menyelamatkanku? Apa tadi aku bersikap nggak sopan?"Suasana di bar tadi terlalu kacau. Hallie begitu ketakutan hingga tak tahu apa yang terjadi. Saat dibawa ke vila ini, dia masih merasa ketakutan bahkan s
Sonia menoleh ke arah Kase, lalu bertanya, "Bisakah kamu membantuku?""Kamu berbicara padaku sambil mengenakan baju seperti itu, tentu saja aku nggak akan menolak." Kase menyerahkan gelas minuman yang dipegangnya kepada Sonia, lalu menambahkan, "Minum ini dulu!"Sonia mengambilnya dan langsung menghabiskannya dalam satu tegukan. Mata Kase yang indah makin bersinar. Dia pun bertanya, "Katakan, apa yang harus aku lakukan untuk membantumu?""Tolong bantu aku menyelamatkan gadis itu. Bisakah kamu melakukannya?" tanya Sonia.Kase melirik ke arah panggung, lalu bertanya, "Itu gadis yang kamu selamatkan kemarin?" Dia mengernyit sebelum menambahkan, "Biar kuperingatkan, kamu sudah menyelamatkannya sekali."Bagi Kase, menyelamatkan seseorang untuk pertama kalinya masih bisa dimaklumi sebagai bentuk belas kasihan. Namun jika orang tersebut kembali terjebak dalam bahaya, itu berarti dia bodoh dan tak perlu diselamatkan lagi.Kase mengangkat alis, lalu menatap Sonia sambil melanjutkan, "Aku nggak
"Ivy, lihat! Itu gadis dari Cendania!" Gadis pirang di sebelah Sonia menggenggam tangannya dengan penuh semangat.Sonia dengan halus menghindari genggamannya, tetapi dia tertegun sejenak ketika melihat gadis di atas panggung. Itu ternyata gadis yang kemarin dia temui di luar toserba, Hallie. Dia telah ditangkap, lalu dijual ke tempat ini.Di Hondura, seorang gadis cantik bisa dijual hingga 5.000 dolar Amwrika. Sonia terlihat mengernyit. Sepertinya Hallie sama sekali tidak mendengarkan nasihatnya dan tetap keras kepala mencari pacarnya.Hallie terbangun di atas panggung. Melihat orang-orang di sekelilingnya yang memandangnya seperti serigala, dia sangat terkejut.Dengan ketakutan, Hallie berusaha bangkit untuk melarikan diri, tetapi setelah itu dia menyadari bahwa dirinya hanya mengenakan bikini. Dalam sekejap, dia memeluk tubuhnya erat-erat dan duduk kembali dengan cemas.Juru lelang mulai menyebutkan harga awal. Wajah Hallie kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba, dia
"Baiklah!" Sonia membawa kotak camilan ke dalam, diikuti oleh pria kulit putih itu. Selama waktu ini, Sonia mendengar suara percakapan pria dan wanita dari arah ruang tamu.Ekspresi Sonia tetap tenang. Setelah meletakkan makanan di atas meja, dia berbalik dan berjalan keluar. Pria itu mengikutinya dari belakang dan menutup pintu.Sonia kembali mendorong troli menuju lantai atas. Setelah mengantarkan 12 porsi camilan, dia tetap tidak menemukan orang yang sedang dia cari.Namun, Sonia tidak terburu-buru. Ini baru hari pertama. Saat dia hendak membawa troli kembali ke lantai satu, tiba-tiba seorang gadis lain yang juga mengenakan seragam pelayan berlari menghampirinya.Gadis itu menarik tangannya dengan penuh semangat, lalu berucap, "Jangan sibuk lagi. Malam ini ada lelang, sebentar lagi bakal dimulai!"Gadis itu menarik Sonia menuju lift. Mereka naik ke lantai 32 yang ternyata adalah sebuah bar. Istana Fers yang terlihat sunyi dan tak berpenghuni di siang hari, berubah menjadi tempat yan