Kemudian Farel berterima kasih pada Reza.Reza mengangguk sedikit kepalanya. Raut wajahnya terlihat tidak begitu gembira. Dulu ketika Sonia terkena masalah, dia akan memanggilnya dengan nada yang cukup gembira, tapi hari ini dia malah terlihat keberatan.“Naik mobil, aku antar kamu pulang.” Reza hanya menatap Sonia saja.Sonia tidak bergerak, dan berbicara dengan nada serius, “Aku ingin kembali ke Perusahaan Biredo, barangku ketinggalan di sana.”Farel segera berkata, “Sonia, kamu pulang saja sama pamanmu. Kebetulan aku juga ingin pergi ke Perusahaan Biredo untuk bertemu sama temanku, aku akan sekalian ambilkan barangmu. Nanti aku akan telepon kamu.”Sonia hanya bisa menganggukkan kepalanya. “Kalau begitu, terima kasih, ya.”Farel melambaikan tangan kepada Sonia, lalu kembali berterima kasih pada Reza, baru berjalan pergi.Robi mengendarai mobil, sedangkan Reza dan Sonia duduk di baris belakang. Suasana di dalam mobil sangatlah hening.Beberapa saat kemudian, Reza menatap belakang teli
Sonia segera menjawab, “Cewek!”Setelah mendengar jawaban Sonia, nada bicara Reza pun berubah lebih lembut, “Kalau begitu, nggak masalah.”“Setelah dia pergi, aku baru keluar dari rumah itu.” Sonia melirik Reza sekilas, baru berkata.Kali ini Reza terdiam beberapa saat, lalu menggerakkan bibir tipisnya. “Bukannya kamu sudah bayar uang sewa bulan ini? Kamu pindahnya di akhir bulan saja.”Sonia hanya menundukkan kepalanya dan tidak bersuara lagi.Tak lama kemudian, mobil akhirnya berhenti. Ketika Sonia hendak keluar dari mobil, dia tiba-tiba menghentikan langkahnya dan berkata, “Omong-omong, terima kasih untuk masalah hari ini.”Tidak peduli bagaimana sikap Reza terhadapnya tadi, berhubung Reza sudah menolongnya, sudah seharusnya Sonia berterima kasih padanya.Reza melirik Sonia, lalu berkata, “Aku akan urus masalah selanjutnya, kamu nggak perlu pikirkan lagi.”Kedua pasang mata saling bertatapan. Sonia sedikit mengangguk, baru meninggalkan mobil.Sementara itu, Reza terus menatap bayang
Yenni sungguh terkenal sekarang, tapi kelak … sepertinya orang-orang tidak akan melihatnya lagi.Farel yang berada di ujung telepon bertanya dengan semangat tinggi, “Sonia, pamanmu itu siapa, sih?”Sonia mengerutkan alisnya. “Kenapa kamu bertanya seperti itu?”Kali ini Farel malah tertawa. “Semalam sewaktu aku kembali ke Perusahaan Biredo, pihak sekuriti nggak bolehin aku masuk ke dalam. Katanya bos mereka sangat marah, ingin minta ganti rugi sama aku. Kalau aku nggak bayar, dia akan tuntut aku ke pengadilan.”“Siapa sangka hanya dalam waktu satu malam, temanku telepon suruh aku ke sana. Bos Perusahaan Biredo bahkan tungguin aku di depan pintu. Sikapnya juga berubah 180 derajat. Dia nggak minta ganti rugi lagi, bahkan bayar upah kerja kita dua kali lipat dari yang dijanjikan. Katanya anggap saja sebagai ganti rugi atas kerusuhan yang terjadi.”Farel kembali tersenyum. “Orang tua aku nggak tahu masalah ini. Jadi semua ini pasti kerjaan pamanmu. Selain itu, mengenai masalah Yenni diekspo
Farel berlari ke sisi Sonia. “Ayo kita masuk ke dalam!”Di depan pintu restoran, Reza tampak menyipitkan matanya sambil melirik mereka sekilas, baru berjalan masuk ke dalam restoran.Sonia teringat apa yang dikatakan Farel sewaktu di telepon tadi, untuk berterima kasih kepada Reza. Tapi Sonia takut entah bagaimana respons Reza nanti.“Ayo!” jawab Sonia sambil menganggukkan kepalanya.Farel sudah memesan ruangan. Begitu mereka bertiga masuk ke dalam ruangan, pelayan pun datang melayani mereka.Di ruangan VIP lantai atas.Reza sedang berdiri di depan jendela. Jason berjalan menghampirinya, lalu berkata dengan tersenyum, “Cowok di samping cewek tadi itu pacarnya atau teman kelasnya?”Tadi Jason juga sudah menyadari keberadaan mereka. Dia lebih dulu menyadari keberadaan Kelly, kemudian baru menemukan keberadaan Sonia. Sebenarnya Jason merasa agak terkejut lantaran tidak menyangka mereka berdua itu berteman.Saat si lelaki berlari menghampiri mereka, Jason pun dapat merasakan aura dingin da
Reza mematikan rokok di dalam asbak, lalu menyilangkan kakinya, dan berkata dengan sangat lembut, “Aku sudah janjian sama orang, nggak enak untuk batalin. Aku akan traktir kalian lain kali.”Farel segera menjawab, “Jangan, dong? Paman sudah banyak membantu kami, jadi sudah seharusnya aku berterima kasih sama Paman!”“Nggak perlu sungkan!” Reza menatap lelaki yang terus tersenyum itu. “Kamu dan Sonia teman sekelas?”“Bukan, aku jurusan bahasa asing.”Reza sedikit mengangkat kepalanya, dan kembali menatap si lelaki. “Apa kamu suka sama Sonia?”Pertanyaan ini membuat Farel terbengong. Dia segera menggelengkan kepalanya. “Bukan, sepertinya Paman sudah salah paham. Sonia memang sangat unggul, tapi kami hanya teman biasa saja!”“Bagaimana dengan Sonia?” tanya Reza.“Aku rasa dia juga menganggapku sebagai temannya saja.”Reza kembali berkata, “Orang tua Sonia nggak tinggal di Jembara. Aku pun ditugaskan untuk jaga dia. Orang tuanya sudah berpesan untuk tidak perbolehkan Sonia pacaran sewaktu
Sonia tidak bersuara. Gambar di depan logo misi adalah gambar sayap elang berwarna hitam. Itu berarti Sonia mesti menerima misi, tidak ada ruang untuk kompromi.Tatapan Sonia langsung terkaku. Dia membuka logo misi, dan membaca dengan saksama.“Bos, misi apa itu?” tanya Ariel.Eka tersenyum puas. “Kali ini kamu lebih nggak sabaran daripada aku!”Ariel langsung menekan sebuah tombol, dan foto profil Eka langsung muncul kunang-kunang, dan terjatuh di lantai.Eka terkejut. “Eh! Kenapa bisa begini? Apa yang kamu lakukan?”Ariel pun malas meladeninya lagi.Sonia kemudian bersuara, “Aku akan jalankan misi kali ini!”“Hah?” Eka sungguh terkejut. “Bos jalankan sendiri?”Sama halnya dengan Ariel, dia juga terkejut. “Apa ini misi dari atasan?”Sonia mengiakan, lalu tatapannya tertuju pada foto dan tulisan di dalam ponsel.Eka kegirangan. “Aku ingin ajukan untuk jalankan misi bersama Bos!”“Sementara masih belum perlu!” balas Sonia dengan suara datar. “Kalau aku butuh, aku akan beri tahu kalian.”
Sonia membalas dengan tersenyum, “Kita bicarakan lagi setelah nilai ujianmu keluar. Kalau nilaimu nggak bagus, aku pun malu untuk kembali lagi.”Tandy mendengus. “Kamu nggak usah khawatir dengan masalah itu. Aku nggak akan permalukan kamu!”“Aku percaya sama kamu!” Sonia memikul tasnya. “Meski aku nggak datang untuk ajar kamu lagi, kita juga bisa main gim bersama.”Tandy mengerutkan alisnya. “Apa maksudmu?”Sonia memalingkan kepalanya. “Nggak ada maksud apa-apa. Kamu nggak usah pikir kebanyakan.”“Setelah aku selesai ujian, kita pergi tunggang kuda bersama, yuk!”Sonia berpikir sejenak, lalu menjawab, “Selesai ajar kamu, aku akan cari pekerjaan lain. Aku nggak tahu bakal ada waktu atau nggak. Nanti aku kasih tahu kamu lagi.”“Kamu sok sibuk banget, ya!” Tandy memasang wajah cemberut.“Apa daya, mesti cari duit!” Sonia mengangkat-angkat pundaknya. “Aku pergi dulu, kamu ujian yang bagus, ya!”“Iya!” jawab Tandy dengan wajah kesal.Sonia tersenyum lalu meninggalkan kediaman.Malam harinya
Pada akhirnya Sonia bekerja sebagai pelayan di Kasen. Berhubung dia memiliki penampilan yang cukup menarik, begitu mulai bekerja, dia pun langsung didistribusikan ke ruangan VIP di lantai delapan, yang mana tugasnya adalah menyajikan minuman ke para tamu.Setelah mengikuti pelatihan selama dua hari, akhirnya Sonia resmi bekerja. Sera yang kerap disapa Kak Sera itu adalah penanggung jawab di lantai delapan. Dia memperkenalkan Sonia dengan yang lainnya.Di lantai delapan ini dilengkapi dengan lima ruangan VIP dan lima orang pelayan. Biasanya para pelayan yang bekerja di lantai delapan ini setidaknya mesti bekerja setahun di lantai bawah, tapi Sonia malah langsung dipekerjakan di lantai delapan. Jadi wajar apabila semua orang merasa cemburu dengannya.Sera berusia sekitar 30 tahunan. Dia terlihat mengenakan pakaian profesi dengan riasan wajah yang indah. “Di lantai delapan ini ada lima ruang VIP. Ruangan 8801 dan 8809 sudah ada tamu tetap. Jadi meski mereka nggak datang, jangan biarkan t
Ranty tersenyum manis. “Aku sangat berterima kasih sama Tuhan bisa bertemu sama kamu di umur 16 tahunku!”Selain itu, Ranty juga berterima kasih dengan nilai ujian 14-nya.Matias memeluk Ranty. “Aku juga berterima kasih!”…Hari ini kedatangan banyak tamu agung di resepsi pernikahan Matias dan Ranty. Hampir seluruh pebisnis top di Kota Jembara juga berada di sini.Rafael mengikuti ayahnya menghadiri resepsi pernikahan. Ayahnya bertemu dengan teman bisnisnya. Rafael memanfaatkan kesempatan untuk pergi mencari orang yang dikenalnya.Ketika berjalan melewati taman bunga, Rafael menemukan sosok Sonia. Dia spontan terbengong di tempat. Dia sungguh terpana dengan kecantikan wanita itu.Kedua mata Rafael langsung berkilauan. Dia memanggil seorang pengiring wanita yang dikenalnya, lalu bertanya dengan nada berbisik, “Apa kamu kenal sama Sonia?”Hubungan pengiring pengantin wanita itu cukup bagus dengan Rafael. Dia membalas dengan tersenyum, “Dia temannya Ranty.”“Kamu panggil dia ke sini, biar
Setelah berpamitan dengan orang tua Ranty, Matias memeluk Ranty berjalan keluar rumah. Mereka memasuki mobil pengantin, menuju ke rumah keluarga Matias.Sonia, Rose, dan beberapa teman lainnya masuk ke mobil. Selain kehadiran para teman dan sanak saudara, ada juga para reporter di depan sana. Semuanya datang untuk meliput pernikahan kedua mempelai.Saat Sonia duduk di mobil, dia melakukan panggilan video dengan Jemmy. Begitu panggilan terhubung, terlihat Jemmy yang sedang tersenyum lebar di atas layar. “Sonia, aku sudah sampai di tempat Aska. Nanti kami akan langsung ke restoran. Sekarang kamu lagi di mana?”Belum sempat Sonia menjawab, Aska pun berkata, “Sonia, ini aku Aska!”Jemmy memelototi Aska dengan risi. “Memangnya Sonia gegar otak? Apa perlu kamu perkenalkan dirimu?”Raut wajah Aska berubah muram. Dia segera berkata, “Aku takut mukamu terlalu besar, menghalangi layar. Sonia jadi tidak bisa melihatku!”“Dia juga tidak lagi melihatmu!”“Omong kosong! Sonia paling sayang sama guru
Rose juga merasa takjub dengan kecantikan Ranty. Dia merangkul lengan Sonia, lalu berkata, “Ketika aku menikah nanti, aku juga mau didesain gaun pengantin sama kamu.”Sonia tersenyum lembut. “Apa kamu lupa apa pekerjaanmu?”“Aku nggak peduli. Pokoknya aku juga mau menikah dengan memakai gaun hasil desainmu!” Rose mendengus dengan tersenyum.Sonia berkata dengan tersenyum datar, “Apa kamu dan Devin sudah sampai tahap menikah?”Rose menghela napas. “Sejauh ini masih belum. Sekarang Devin lebih fokus dengan kariernya. Dia nggak mau memecah konsentrasinya. Lagi pula aku juga nggak buru-buru, kok. Yang penting dia gembira.”Mereka berdua mengobrol dengan santai. Tiba-tiba terdengar suara ricuh dari lantai bawah. Matias datang untuk menjemput pengantin.Hari ini Matias mengenakan setelan pakaian formal berwarna hitam. Dia kelihatan sangat gentleman dan juga dewasa. Senyuman lembut terus terukir di atas wajahnya. Dia datang bersama tiga orang pengiring. Namun, langkah mereka semua dihalangi d
Mereka berdua naik ke lantai atas, lalu membasuh tubuh mereka. Mereka tidak langsung tidur, melainkan melanjutkan obrolan mereka. Pada saat ini, Kartika mengetuk pintu kamar dan berkata dengan suara ringan, “Cepat tidur! Apa kamu ingin menunjukkan kantong mata hitammu besok?”Mendengar ucapan itu, Ranty baru membawa Sonia untuk berbaring di atas ranjang. Ranty menutup lampu kamar, lalu berpesan kepada Ranty untuk jangan merebut selimut Sonia dan jangan lasak juga.Ranty tersenyum. “Kamu nggak usah khawatir. Dengan kemampuan Sonia, apa mungkin aku bisa merebut selimutnya?”Kartika memelototinya, kemudian meninggalkan kamar.Lampu di luar vila memancar ke dalam kamar. Pencahayaan di dalam kamar tidak tergolong sangat gelap. Ranty mengesampingkan selimut untuk bertatapan dengan Sonia. Terlintas senyuman di dalam matanya.Entah karena akan menikah besok atau bukan, Sonia merasa Ranty yang malam ini sangat kekanak-kanakan.Sonia mengeluarkan ponsel dari bawah bantal. Dia tidak menerima pes
“Aku merasa agak marah, nggak meladeninya selama satu bulan. Alhasil, saat selesai pelajaran di sore hari itu, dia menungguku di luar gedung. Ketika melihatku, dia bertanya apa dia perlu tanggung jawab atas kejadian semalam?”“Aku sengaja mengatakan nggak perlu. Dia pun memberi tahu aku dengan serius, dia adalah pertama kali.”“Waktu itu aku nggak bisa menahan tawaku dan langsung tertawa di tempat. Aku bertanya apa maksudnya? Apa bangga untuk memamerkan pertama kalinya?”“Dia terus menatapku. Aku sungguh nggak bisa menahan tatapannya itu, lalu pergi memeluknya dan menciumnya di hadapan banyak orang.”“Sejak saat itu, kami pun sudah memastikan hubungan, lalu bersama selama bertahun-tahun.”“Setelah dia tamat kuliah, dia mengambil alih bisnis keluarga. Ada banyak selebritas cantik di perusahaannya. Selalu saja ada wanita yang ingin mendekati Matias karena melihat latar belakang keluarganya. Ada juga beberapa yang tergoda dengan ketampanannya!”“Tahun ini Matias berusia 30 tahun dan aku b
Ranty berjalan kemari, lalu bertanya, “Apa Reza masih belum pulang?”Sonia mengangguk. “Urusannya masih belum selesai!”Ranty kepikiran dengan berita di internet. Tiba-tiba terlintas ekspresi muram di wajahnya. Dia tidak membahas Reza lagi, hanya bertanya, “Kapan Kakek Jemmy akan tiba?”Sonia membalas, “Kakek naik pesawat jam delapan. Dia akan tiba di Kota Jembara sekitar pukul sepuluh malam. Robi akan pergi menjemputnya. Nanti Kakek akan pergi ke tempat guruku dulu. Mereka akan pergi bersama.”“Bagus sekali. Kalau begitu, sampaikan rasa terima kasihku kepada Robi!” Ranty tersenyum. Tiba-tiba dia memutar kepalanya. “Oh, ya, besok aku ada kejutan buat kamu!”Sonia mengangkat-angkat alisnya. “Kejutan apa?”“Kamu akan tahu besok!”Sonia tidak tahu apa yang sedang dirahasiakan Ranty. Dia juga tidak bertanya lagi. “Kamu temani temanmu sana. Kamu nggak usah temani aku!”“Mereka juga nggak perlu aku temani. Aku hanya ingin bersamamu saja!” Usai bicara, Ranty mengambil sebotol anggur merah, la
Tandy berkata dengan emosional, “Beberapa anak perempuan di dalam kelas adalah penggemarmu. Kalau mereka tahu kamu adalah bibiku, mereka pasti bakal cemburu banget sama aku!”“Oh! Pantas saja kamu ingin suruh aku pergi ….” Sonia kepikiran sesuatu. “Apa ada wanita yang kamu sukai?”“Cih!” Tandy merasa risi. “Mana mungkin aku bakal suka sama wanita yang kekanak-kanakan itu? Aku itu orang yang punya aspirasi mulia.”“Aspirasi apa?”“Menjadi seseorang yang mirip dengan Paman Reza!”Sonia terdiam membisu. Beberapa saat kemudian, dia tersenyum. “Ada satu hal lagi. Pekerjaanku di lokasi syuting sudah berakhir. Setelah Ranty menikah nanti, aku akan kembali ke Kota Atria untuk menemani Kakek. Kamu mesti belajar sendiri.”Prestasi Tandy sudah tidak perlu dikhawatirkan lagi. Sesungguhnya, dia juga tidak membutuhkan guru bimbel lagi. Setiap minggu Sonia kemari juga demi menemani Tandy mengerjakan tugasnya dan mengobrol santai saja.“Berapa lama?” tanya Tandy.Sonia berpikir sejenak. “Sekitar sebul
Tandy membuka layar ponselnya, lalu mengirim pesan untuk Reza.[ Paman, apa urusan di sana masih belum selesai? Lusa hari nanti hari pernikahan Bibi Ranty! ]Setelah mengirim pesan, Tandy baru kepikiran seharusnya Reza sedang tidur saat ini. Dia membuka kembali foto yang dikirimkan Tasya tadi, kemudian mengamati gerak-gerik dan ekspresi Reza dengan saksama. Dia ingin mencari petunjuk dari foto itu untuk membuktikan bahwa pertemuan Reza dan wanita itu hanya kebetulan belaka. Hubungan mereka bukanlah seperti yang diberitakan oleh reporter.Saat Tandy sedang mengamati, tiba-tiba pintu kamar diketuk. Dia segera membalikkan ponsel dan meletakkannya di samping, lalu menjerit, “Masuk!”Sonia memasuki kamar. Dia melihat Tandy sedang duduk di sofa sembari menatapnya lekat-lekat. Kening Sonia spontan berkerut. “Kenapa kamu menatapku?”Tandy mengamatinya. “Aku lagi lihat apa kamu dikerjai nenekku lagi atau tidak?”Sonia duduk di depan meja belajar. “Apa kamu bisa memikirkan hal yang lebih berguna
Ranty mengira Jemmy jatuh sakit. Dia segera melakukan panggilan video dengan Sonia. Setelah melihat Jemmy baik-baik saja, Ranty pun baru merasa tenang.Ranty mengeluarkan suara manjanya. “Kakek, aku akan segera menikah. Apa Kakek akan hadir?”Jemmy tersenyum ramah. “Tentu saja! Kakek pasti akan hadir!”“Serius?” Ranty sudah mengutus anggotanya untuk mengirim undangan kepada Jemmy. Hanya saja, lantaran khawatir Jemmy tidak ingin meninggalkan Kota Atria, dia juga tidak menelepon Jemmy. Saat ini ketika mendengar Jemmy bersedia menghadiri resepsi pernikahannya, Ranty benar-benar merasa gembira.“Tentu saja. Mana mungkin aku tidak menghadiri resepsi pernikahanmu? Aku bahkan sudah mempersiapkan hadiah untukmu!” balas Jemmy dengan tersenyum.“Nggak usah bawa hadiah. Aku sudah cukup gembira dengan adanya kehadiran Kakek!” Ranty berbincang-bincang beberapa saat dengan Jemmy, lalu mendesak Sonia untuk segera kembali. Tidak lama kemudian, panggilan diakhiri. Ranty berkata pada Matias dengan penu