Sonia memasuki kamar Tandy. Dia pun mengakhiri permainannya, lalu melihat jam sekilas. Terdengar nada kesal dari suara Tandy. “Kamu sudah terlambat setengah jam. Kamu lewat berapa rintangan dulu baru bisa ke kamarku?”“Itulah sebabnya aku menyuruhmu jangan mengekspos hubungan kami. Sekarang kamu sudah mengerti penderitaanku, ‘kan?” Sonia menghela napas ringan.“Kamu sudah menjadi kesayangan keluarga kami. Kamu malah menderita?” Tandy mengendus.“Gimana kalau kamu coba dulu?” Sonia mengangkat-angkat alisnya.Tandy terkekeh. “Ayo, mulai kelas!” Saat Tandy membuka buku, tiba-tiba dia bertanya, “Lain kali kalau pihak sekolah suruh aku bawa wali murid, kamu tidak tergolong lagi menyamar jadi bibiku lagi, ‘kan?”Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Dulu juga nggak tergolong lagi menyamar.”Tandy pun tersenyum ketika mendengar jawaban blak-blakan Sonia. “Kenapa kamu tidak beri tahu aku dari awal? Kamu malah bikin aku gugup saja.”“Aku juga merasa gugup!”“Ngapain kamu merasa gugup?” t
”Kami datang untuk makan steamboat!” balas Sonia dengan tersenyum.“Selamat datang!” Usai berbicara, Bruno baru menyadari keberadaan Tasya. Di hadapan Reza, dia juga tidak berani bersikap terlalu ramah seperti biasanya. Dia hanya berkata dengan tersenyum, “Tadi aku baru tanya kenapa kamu tidak datang hari ini. Ternyata kamu datangnya sama Sonia.”Tasya menggigit bibir bawahnya dengan perlahan. Sebenarnya dia ingin bertanya pada Bruno, jangan-jangan Yandi tidak mengatakan masalah pelunasan gajinya? Namun, dia tidak menanyakannya.Bruno membawa mereka untuk duduk, lalu berkata dengan tersenyum, “Ayo, duduk dulu. Aku ke dapur untuk beri tahu Bos.”Sonia berkata, “Aku ikut.”Karyawan yang lain juga datang untuk menyapa Tasya. Reza tersenyum datar. “Ternyata kamu cukup terkenal di sini!”Tasya merasa agak gugup. “Paman, mereka nggak seperti yang kamu pikirkan. Mereka semua sangat setia kawan. Mereka memang pernah melakukan kesalahan, tapi mereka juga difitnah atau melakukannya dengan terpak
Sonia dapat merasakan makna tersirat dari ucapan Herlie. Namun, Sonia juga tidak berkata lain lagi.Yandi bertanya pada Sonia, “Di mana Tasya?”“Dia di luar.” Sonia tertegun sejenak, lalu berterus terang, “Ada Reza juga di luar. Kami diantar dia!”Yandi melirik Sonia sekilas, lalu berjalan ke halaman belakang. “Ikuti aku.”Sonia mengikuti langkah Yandi.Herlie melihat bayangan punggung kedua orang sembari bertanya pada Leon, “Apa Bos Yandi suka sama Sonia?”Leon pun tertawa terbahak-bahak. “Kami semua juga suka sama Sonia.”Terlukis rasa cemburu di wajah Herlie. Dia mencemberutkan bibirnya. “Tentu saja, siapa suruh dia lebih cantik daripada aku!”Leon segera membalas, “Aku bukan bermaksud seperti itu. Sonia telah banyak membantu kami. Kalau bukan berkat dia, kami juga tidak mungkin bisa bekerja, apalagi menetap di Jembara. Kami menganggap Sonia sebagai teman kami sendiri!”Herlie mendengus ringan. “Jadi, menurutmu, cantikan aku atau Sonia?”Leon terkekeh. “Cantikan kamu. Tentu saja kam
Herlie menatap ke sisi Yandi, lalu berkata dengan penuh perhatian, “Hari ini cuaca agak panas. Kalian ngobrol di dalam saja.”“Tidak apa-apa. Di dalam agak pengap!” Yandi tersenyum tipis.Herlie kembali tersenyum lembut. “Kalau begitu, kalian ngobrol dulu. Pakaian sudah kering. Aku pergi angkat jemuran dulu!”Kemudian, Herlie berjalan ke sisi jemuran untuk menyimpan pakaian Leon. Tiba-tiba dia memalingkan kepalanya berkata dengan tersenyum, “Bos Yandi, aku sekalian simpan pakaian kamu dan Kak Bruno, ya.”“Tidak usah. Biarkan saja!” balas Yandi.“Kenapa kamu selalu bersikap sungkan sama aku?” Herlie tersenyum hingga kedua matanya terlihat sipit. Senyumannya kelihatan sangat genit.Herlie pun pergi dengan memeluk setumpukan pakaian.Sonia menatap bayangan punggung wanita genit itu, lalu bertanya pada Yandi, “Apa Herlie benar-benar lagi pacaran sama Leon?”Yandi mengangguk. “Iya, mereka sudah jadian sekitar dua bulan.”Sonia menggigit bibir bawahnya. “Apa kamu nggak merasa Herlie terlalu
”Oke, kamu boleh bekerja sampai kapan saja. Aku tidak akan melarangmu!” Yandi menghela napas.“Kamu jangan selalu menghela napas, seperti orang tua saja!” Tasya meliriknya sekilas. Raut wajahnya tidak semurung tadi lagi.Saat ini, Reza sudah kembali. Ketika melihat Yandi, dia pun menyapa, “Lama tidak bertemu!”“Pak Reza, silakan duduk!” Yandi tersenyum. “Aku kira kita tidak akan bertemu lagi.”Tasya menarik ujung pakaian Yandi, mengisyaratkannya untuk jangan menentang pamannya.Reza masih saja bersikap tenang. Tidak terlihat ekspresi apa pun di wajahnya. “Saat aku dan Sonia menikah nanti, aku pasti akan mengundang Bos Yandi untuk menghadiri resepsi pernikahan kami. Mana mungkin kita tidak akan bertemu lagi?”Yandi tersenyum, lalu menuangkan dua gelas alkohol. Dia menyerahkan satu gelas kepada Reza, lalu berkata, “Setelah minum satu gelas alkohol ini, kita tidak usah mengungkit masa lalu lagi. Aku harap Pak Reza bisa menghargai Sonia.”“Tentu saja!” Reza mengangkat gelas, lalu bersulang
Sonia mencium pakaian Yandi. Aromanya sangatlah kuat, tidak mungkin ternodai dari tubuh Herlie. Seharusnya Herlie sengaja menyemprotkan parfumnya ke pakaian Yandi.Ternyata firasat Tasya tidak salah. Herlie memang ingin menggoda Yandi. Dia menggunakan alasan membantu Leon untuk mendekati Yandi. Namun, dia sangat berhati-hati dalam setiap gerak-geriknya. Itulah sebabnya tidak ada yang bisa menemukan kesalahannya.Misalnya, aroma parfum di pakaian ini. Seandainya Sonia menyalahkannya, dia pasti akan mengatakan pakaian Yandi tak sengaja terkena parfum di tubuhnya. Bisa jadi, dia akan mengeluarkan pakaian Leon atau Bruno untuk diciumnya. Semuanya pasti ada aroma parfum Herlie juga. Herlie memang murahan!Sonia menjemur pakaian-pakaian itu di depan balkon. Setelah menuruni tangga, Sonia melirik ke sisi dapur sekilas, tampak Herlie sedang menempel di sisi Leon sembari bersenda gurau. Mereka berdua kelihatan sangat mesra, tidak ada bedanya dengan pasangan pada umumnya.Sona juga tidak mengata
Reza menopang kepalanya dengan tangan, lalu menyipitkan matanya. “Kalau bukan ingin memprovokasi hubungan Yandi dengan Leon, itu berarti dia lagi beri isyarat kepada Yandi.”“Sepertinya kemungkinan yang kedua!” Tatapan Sonia tampak dingin. “Orang yang diincarnya itu adalah Yandi.”Reza berkata dengan nada bercanda, “Dia cukup ambisi juga.”Sonia membalas, “Herlie melakukannya dengan sangat rahasia. Mungkin Yandi juga nggak menyangka dia adalah orang seperti itu. Beberapa hari ini, aku akan sering ke restoran. Aku ingin menangkap bukti dia lagi menggoda Yandi.”“Memangnya kenapa kalau kamu mendapatkan bukti?” Reza menatap ke sisi Sonia dengan tersenyum. “Kamu ingin perlihatkan kepada Yandi? Atau perlihatkan kepada Leon? Setelah masalah ini terbongkar, hubungan Yandi dan Leon pun akan berakhir!”Kening Sonia tampak berkerut. “Yandi nggak melakukan apa pun. Leon memang nggak sekolah, tapi dia juga bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Apa kamu mengira dia akan membenci Yand
Reza tersenyum tipis. “Turun!”Pelukan Sonia semakin erat lagi. “Nggak mau!”“Kalau kamu tidak turun, kamu akan menjadi milikku!” Reza menimpali.Sonia memeluk pundak Reza. Dia pun tersenyum lembut kepada Reza. “Apa pun ceritanya, aku nggak mau turun!”Reza menggendong Sonia ke dalam vila. “Kalau begitu, aku akan merestuimu!”Sonia dapat merasakan maksud tersirat dalam ucapan Reza. Dia merasa syok, spontan meronta. “Reza, aku menyesal! Aku mau turun!”Si pria memeluk pinggang Sonia dengan erat. Ujung bibirnya melengkung ke atas.“Sudah terlambat!”Untung saja Rati sedang memetik sayuran di halaman belakang. Jika tidak, Sonia yang digendong menaiki tangga itu pasti akan merasa sangat canggung.Setelah masuk ke kamar, Reza menutup pintu kamar, lalu melangkah ke dalam. Mereka berdua sama-sama jatuh ke atas ranjang.Gorden otomatis ditutup. Pencahayaan di dalam ruangan seketika menggelap. Reza membungkukkan tubuhnya menindih tubuh Sonia. Dia memeluk wajah wanitanya, lalu menciumnya dengan
Sonia menoleh ke arah Kase, lalu bertanya, "Bisakah kamu membantuku?""Kamu berbicara padaku sambil mengenakan baju seperti itu, tentu saja aku nggak akan menolak." Kase menyerahkan gelas minuman yang dipegangnya kepada Sonia, lalu menambahkan, "Minum ini dulu!"Sonia mengambilnya dan langsung menghabiskannya dalam satu tegukan. Mata Kase yang indah makin bersinar. Dia pun bertanya, "Katakan, apa yang harus aku lakukan untuk membantumu?""Tolong bantu aku menyelamatkan gadis itu. Bisakah kamu melakukannya?" tanya Sonia.Kase melirik ke arah panggung, lalu bertanya, "Itu gadis yang kamu selamatkan kemarin?" Dia mengernyit sebelum menambahkan, "Biar kuperingatkan, kamu sudah menyelamatkannya sekali."Bagi Kase, menyelamatkan seseorang untuk pertama kalinya masih bisa dimaklumi sebagai bentuk belas kasihan. Namun jika orang tersebut kembali terjebak dalam bahaya, itu berarti dia bodoh dan tak perlu diselamatkan lagi.Kase mengangkat alis, lalu menatap Sonia sambil melanjutkan, "Aku nggak
"Ivy, lihat! Itu gadis dari Cendania!" Gadis pirang di sebelah Sonia menggenggam tangannya dengan penuh semangat.Sonia dengan halus menghindari genggamannya, tetapi dia tertegun sejenak ketika melihat gadis di atas panggung. Itu ternyata gadis yang kemarin dia temui di luar toserba, Hallie. Dia telah ditangkap, lalu dijual ke tempat ini.Di Hondura, seorang gadis cantik bisa dijual hingga 5.000 dolar Amwrika. Sonia terlihat mengernyit. Sepertinya Hallie sama sekali tidak mendengarkan nasihatnya dan tetap keras kepala mencari pacarnya.Hallie terbangun di atas panggung. Melihat orang-orang di sekelilingnya yang memandangnya seperti serigala, dia sangat terkejut.Dengan ketakutan, Hallie berusaha bangkit untuk melarikan diri, tetapi setelah itu dia menyadari bahwa dirinya hanya mengenakan bikini. Dalam sekejap, dia memeluk tubuhnya erat-erat dan duduk kembali dengan cemas.Juru lelang mulai menyebutkan harga awal. Wajah Hallie kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba, dia
"Baiklah!" Sonia membawa kotak camilan ke dalam, diikuti oleh pria kulit putih itu. Selama waktu ini, Sonia mendengar suara percakapan pria dan wanita dari arah ruang tamu.Ekspresi Sonia tetap tenang. Setelah meletakkan makanan di atas meja, dia berbalik dan berjalan keluar. Pria itu mengikutinya dari belakang dan menutup pintu.Sonia kembali mendorong troli menuju lantai atas. Setelah mengantarkan 12 porsi camilan, dia tetap tidak menemukan orang yang sedang dia cari.Namun, Sonia tidak terburu-buru. Ini baru hari pertama. Saat dia hendak membawa troli kembali ke lantai satu, tiba-tiba seorang gadis lain yang juga mengenakan seragam pelayan berlari menghampirinya.Gadis itu menarik tangannya dengan penuh semangat, lalu berucap, "Jangan sibuk lagi. Malam ini ada lelang, sebentar lagi bakal dimulai!"Gadis itu menarik Sonia menuju lift. Mereka naik ke lantai 32 yang ternyata adalah sebuah bar. Istana Fers yang terlihat sunyi dan tak berpenghuni di siang hari, berubah menjadi tempat yan
Sonia tidak menghiraukannya dan hanya menunduk untuk melanjutkan makan steik. Kase memandang Sonia dengan ekspresi kesal dan tak berdaya. Dia menambahkan, "Eh, jangan menindasku seperti ini dong! Bicaralah sesuatu yang bisa aku mengerti!"Namun, Sonia tetap serius menyantap makanannya. Dia membiarkan pria itu terus mengoceh tanpa memberikan tanggapan.Setelah selesai makan, Sonia bertanya dengan tak acuh, "Apa orang-orang yang meneliti energi baru ini sangat hebat?""Tentu saja! Mereka adalah talenta kelas dunia!" balas Kase dengan penuh keyakinan.Sonia bertanya dengan penasaran, "Kalau begitu, bukannya negara-negara lain juga ingin mendapatkan mereka?"Kase tertawa sebelum menjawab, "Belum ada satu pun yang berhasil merebut mereka dari Istana Fers. Begitu hasil penelitian mereka sukses besar, Rayden akan kasih uang yang cukup untuk menghidupi mereka seumur hidup, lalu memberikan identitas baru agar mereka bisa menikmati sisa hidup dengan tenang."Sonia memandang ke luar jendela, lalu
Himawan menjabat tangan Sonia dengan senyuman ramah yang tulus, lalu berucap, "Selamat datang, Cantik. Semoga kamu bersenang-senang di sini!"Sonia membalas sambil mengangguk, "Makasih!"Kemudian, Himawan mengatur tempat tinggal untuk mereka berdua dan menyuruh pelayan untuk mengantar mereka.Tempat yang disiapkan untuk mereka adalah sebuah vila kecil. Lantai bawahnya terdiri dari ruang tamu dan ruang baca, sementara di lantai atas ada tiga kamar tidur. Dari tampilannya, tempat ini memang sengaja disediakan untuk para tamu yang berkunjung.Malam telah tiba. Begitu mereka masuk ke dalam, semua lampu di ruangan menyala secara otomatis.Seorang pelayan mendorong troli makan ke dalam, lalu menata berbagai makanan lezat di atas meja makan dan diakhiri dengan sebotol anggur merah Lafite yang mewah. Pelayan itu berujar dengan sikap hormat, "Semoga kalian menikmati makan malam ini."“Kehadiranku mungkin akan sedikit mengganggu seleramu, tapi malam ini kita harus makan bersama!" ucap Kase sambi
“Belum!” Kase tersenyum. “Aku haus mau minum kopi. Kamu mau?”Sonia memalingkan kepalanya. Dia melihat memang ada sebuah toko kopi kecil di pinggir jalan. Saat ini, Sonia menggeleng. “Nggak mau. Kamu pergi sendiri saja!”“Kalau begitu, aku pergi dulu, tidak lama, kok!” Kase menuruni mobil, lalu berjalan ke sisi toko kopi.Sonia melihat bayangan tubuh si pria. Dia melihat setelah Kase selesai membeli kopi, dia tidak segera kembali ke mobil, melainkan mengobrol dengan wanita dengan rambut dikuncir tinggi.Sonia menopang kepalanya sembari melihat ponselnya. Saat Sonia mengangkat kepalanya lagi, tiba-tiba tidak kelihatan sosok tubuh Kase lagi. Raut wajah Sonia berubah dingin dalam seketika. Dia segera menuruni mobil dan berlari ke sisi toko kopi.Saat tiba di depan pintu toko, langkah kaki Sonia berhenti. Dia melihat di bawah pohon tinggi, Kase sedang berpelukan dan berciuman dengan wanita yang baru dikenalnya tadi.Sonia terdiam membisu. Apa-apaan ini! Sonia pun kembali ke mobil.Setelah
Setelah makan, Sonia pergi menemui Kase.Saat Kase menatap Sonia hanya berpakaian kaus putih dengan celana jeans, keningnya spontan berkerut. “Sepertinya cara berpakaianmu tidak mirip seperti pasanganku?”Sonia menjawab, “Orang-orang juga nggak bakal heran dengan bagaimana penampilan pasangan yang kamu miliki!”Kase tertawa terbahak-bahak. “Kenapa aku selalu suka dengan setiap kata-katamu?” Dia membuka kotak kulit kambing di sampingnya. “Ini untukmu!”Sonia berjalan mendekat untuk melihatnya. Ada sebuah pistol di dalamnya dengan model terbaru MP22 yang bisa memuat 20 butir peluru. Fungsi tetap berjalan stabil di suhu cuaca tinggi maupun dingin. Pistol ini juga memiliki fungsi cahaya layar, membuat pengguna lebih gampang menggunakannya di malam hari.Sonia mengambil pistol. Tiba-tiba dia merasa aman sekarang. “Terima kasih!”“Jangan sungkan. Aku juga mempersiapkannya demi keselamatanku sendiri.” Kase menjulurkan tangannya ke sisi Sonia. “Aku harap kerja sama kita menyenangkan!”Sonia ti
Iya! Ada dirinya di atas papan almarhum.Suki!Tiba-tiba Sonia merasa dunia ini sangat ajaib. Jika dia tidak datang ke Hondura, selamanya dia tidak akan tahu ada orang yang membangun altar untuknya di sini. Perasaan ini benar-benar tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata!Sonia mengambil dupa tersebut. Saat melihat papan namanya sendiri, dia pun tertegun. Kase berjalan ke dalam, lalu mengambil dupa dari tangannya. Setelah dupa dinyalakan, Kase pun memasangnya.Setelah itu, Kase menyeka papan nama itu dengan lembut. Dia bahkan mencium papan nama itu.Kening Sonia berkerut. Dia sungguh tidak tahu harus berbuat apa. “Dia itu wanita idamanmu?”Tatapan Kase tertuju pada nama di atas papan. “Iya, namanya Suki. Namanya bagus, ‘kan?”Sonia tidak menjawab, melainkan bertanya, “Apa kamu nggak tahu biasanya hanya leluhur saja yang diletakkan di dalam aula persembahan seperti ini?”Kase meletakkan papan nama itu kembali ke posisi semula, lalu membalikkan kepalanya untuk berkata, “Dia itu wanit
Sonia mengangkat-angkat alisnya. “Musuhmu?”“Mana mungkin?” Kase tertawa. Dia mengedipkan matanya ke sisi Sonia. “Dia itu wanita idamanku!”Sonia berkata dengan datar, “Sepertinya kamu juga panggil Julie dan Laura yang semalam sebagai wanita idamanmu.”Kase tersenyum tipis. “Apa mereka bisa disamakan?” Usai berbicara, Kase melihat ke sisi Sonia. “Jujur saja, matamu sungguh mirip dengan wanita idamanku!”Semalam saat bertemu Sonia di luar bar, Kase sungguh merasa syok. Dia hampir saja mengira Sonia adalah wanita di dalam foto. Sayangnya, wanita idamannya sudah tidak berada di muka bumi ini lagi.Hanya saja, semua itu tidaklah penting. Hal yang paling penting adalah wanita idamannya akan selalu hidup di dalam hatinya.Sonia berkata dengan suara datar, “Oh, ya?”“Iya! Ngomong-ngomong aku masih tidak tahu namamu?” tanya Kase.“Sonia!”Kase mengangguk. “Nama yang sangat bagus!”Sonia bertanya, “Ada urusan apa kamu mencariku?”Kase tersenyum lembut. “Aku mau pergi ke Istana Fers untuk membah