Reza duduk di samping ranjang sembari menatap Sonia yang sedang tidur dengan pulas. Bulu matanya sangat lentik. Napasnya sangatlah teratur. Dia kelihatan sangat lembut dan patuh saat sedang tidur.Setelah melihat beberapa saat, Sonia yang sangat waswas itu malah tidak bangun. Entah karena capek atau karena tahu Reza sedang berada di sisinya, itulah sebabnya Sonia bisa tidur senyenyak ini.Reza mencium pipi Sonia dengan lembut. Dia tidak tega untuk membangunkan Sonia. Jadi, dia pun kembali ke ruang baca.Langit sudah mulai menggelap. Sonia masih tidur. Namun, Reza terpaksa membangunkannya. “Sayangku, bangun!”“Sayangku!”Kening Sonia tampak berkerut. Dia melebarkan matanya dengan perlahan, lalu bergumam, “Pergi lari pagi? Sudah pagi apa?”Reza melihat Sonia yang linglung itu. Hatinya seketika menjadi luluh. Dia pun mencium Sonia.Akhirnya Sonia sudah sadar sepenuhnya. Dia bersandar di dalam pelukan Reza. “Aku sudah tidur seharian? Kenapa kamu nggak bangunin aku?”“Kamu juga tidak ada ke
Oleh sebab itu, sekeluarga itu menyamar menjadi zombie di malam hari. Mereka berbaur di dalam kumpulan zombie untuk mencari makanan.Mereka pun melewati hidup mereka seperti itu selama beberapa hari. Namun, terjadi sebuah insiden di tengahnya. Anak laki-laki di keluarga itu dan pacarnya dipergoki zombie saat mereka sedang berkencan. Lantaran merasa panik, si pria mendorong pacarnya dan melarikan diri sendirian.Pada suatu malam, saat anak laki-laki itu keluar lagi. Dia bertemu dengan pacarnya yang sudah berubah menjadi zombie di tengah jalan. Dia tidak bisa menahan diri dan mengikuti pacarnya, tampak pacarnya sedang memakan mayat. Si pria ketakutan dan berteriak, lalu jatuh lemas di lantai.Pacarnya menoleh, seolah-olah masih mengenalinya. Setelah memakan setengah wajah mayat itu, dia tersenyum menyeringai, menampilkan gigi taringnya yang tajam, lalu berkata dengan suara serak, “Akhirnya kamu datang mencariku!”Reza langsung menutup layar. Sonia yang sedang menonton dengan seru sponta
Tasya berkata dengan datar, “Nggak usah, aku nggak suka minum teh susu.”Bruno dan yang lain menyerahkan jatah minuman mereka kepada Tasya.“Minuman seperti ini manis sekali. Aku tidak terbiasa untuk minum beginian!”“Aku tidak bisa tidur kalau minum minuman seperti ini! Nah, ambil saja, Tasya!”“Aku juga tidak suka!”Dalam seketika, ada empat gelas teh susu di hadapan Tasya.Herlie yang berada di samping menatap dengan sinis. Terlintas rasa cemburu dalam tatapannya. Dapat diketahui, orang-orang di dalam restoran memang bersikap sangat sungkan terhadap Tasya, tapi mereka telah menganggap Tasya sebagai salah satu bagian dari mereka.Tidak masalah! Semua itu karena Herlie datang agak terlambat saja. Cepat atau lambat dia akan mengeluarkan Tasya dari restoran ini.Yandi langsung memaksa Tasya untuk memegang gelas teh susunya. “Aku tidak minum teh susu. Buat kamu saja.”Tasya benar-benar tidak suka minum teh susu. Hanya saja, dia malah menerima pemberian Yandi.Herlie segera menyerahkan mi
Senyuman di wajah Leon semakin lebar lagi.Masakan ayam goreng cabe merah Herlie disajikan di atas meja. Dia langsung meletakkannya di hadapan Yandi, lalu berkata dengan suara lembut, “Dengar dari Kak Leon, Bos suka makan yang pedas-pedas. Ini aku masak khusus buat Bos. Coba dicicipi gimana rasanya?”Yandi tersenyum. “Dari aromanya cukup wangi. Terima kasih!”Herlie masih tersenyum. “Untuk apa bersikap sungkan? Kak Leon menganggapmu sebagai abangnya. Aku juga ingin menganggapmu sebagai abang kandungku sendiri. Tapi … kalau kamu nggak keberatan, ya.”Tasya sungguh jijik melihat sikap wanita murahan ini. Leon berkata, “Iya, iya, kita semua satu keluarga.”Yandi hanya tersenyum dan tidak berkata apa-apa.Herlie menuangkan alkohol ke gelas mereka semua. Dia mengangkat gelasnya, lalu berkata, “Setelah aku jadian sama Kak Leon, Bos dan yang lainnya sangat menjagaku, juga memperlakukanku bagai adik kandung kalian saja. Aku bersulang pada kalian semua.”Tanpa basa-basi lagi, Herlie langsung m
Selesai makan, Bruno dan yang lain berebut untuk membereskan meja. Mereka menyuruh Tasya untuk istirahat di samping.Herlie dapat melihat betapa sayangnya mereka terhadap Tasya. Dia tidak menunjukkan ketidakpuasannya, melainkan ikut membereskan meja.Saat Leon sedang membersihkan dapur, Herlie datang, lalu menyandarkan kepalanya di tubuh Leon. “Kak Leon, aku pusing.”Leon bertanya dengan gugup, “Kenapa tiba-tiba pusing? Apa kamu minum kebanyakan?”“Emm, ini pertama kalinya aku minum. Kamu bukannya bantu aku. Coba kamu lihat Bos tadi, dia begitu menjaga Tasya,” omel Herlie.“Aku kira kamu ingin minum.” Leon tersenyum. “Bos selalu bersikap seperti itu terhadap Tasya. Dia menganggap Tasya sebagai adiknya sendiri.”Leon melirik sekilas wanita yang bersandar di tubuhnya, lalu bertanya, “Herlie, menurutmu, Bos orangnya gimana?”Herlie segera mengangkat kepalanya. Keningnya tampak berkerut. “Apa maksudmu? Apa kamu kira aku suka sama Bos Yandi?”Leon segera menggeleng. “Bukan, aku bukan bermak
Kalau ingin bermesra-mesraan, mereka bisa bermesraan di dalam kamar. Kenapa mesti bermesraan di depan pintu?Yandi tersenyum. “Sekarang kamu tidak curiga lagi, ‘kan?”Tasya mengangkat-angkat alisnya. “Ternyata kamu tahu apa yang lagi aku pikirkan.”“Kamu itu terlalu curigaan!” Yandi tersenyum.Namun, Tasya masih merasa ada yang aneh.“Kamu jangan sembarangan berpikir lagi. Hari ini restoran juga tidak ramai. Setelah hujan berhenti, kamu segera pulang sana,” pesan Yandi, lalu berjalan keluar.“Kamu mau ke mana?” tanya Tasya dengan segera.“Pergi beli rokok!”“Lagi hujan. Ingat bawa payung!”“Iya!” Yandi tidak menoleh sama sekali.Tujuan Herlie sudah tercapai. Dia segera mendorong Leon, lalu berkata dengan tersipu malu, “Tadi sepertinya Bos Yandi dan Tasya ke atas. Jangan-jangan mereka memergoki kita?”Saat ini, hanya ada Herlie di dalam mata Leon. Dia pun membalas dengan tersenyum, “Tidak apa-apa. Orang sendiri, kok.”“Apanya orang sendiri?” Herlie mendengus. “Aku rasa Tasya ada bias sa
Herlie menjerit dengan keras!Kebetulan Leon sedang menuruni tangga. Ketika mendengar suara jerit keras Herlie dari toilet, dia langsung berlari ke depan pintu. “Herlie, apa kamu di dalam?”Herlie segera berlari keluar toilet, langsung memeluk Leon dengan tubuh menggigil.Sekujur tubuh Herlie sedang basah kuyup. Air juga tampak sedang menetes dari ujung rambutnya. Raut wajahnya tampak pucat saat ini, sepertinya dia merasa sangat syok.Selain kaget, Leon juga merasa sakit hati. “Ada apa? Apa yang sudah terjadi?”Tasya malah kelihatan sangat tenang. Dia membuang ember di tangannya, lalu berkata dengan tatapan galak, “Aku yang menyiramnya!”Leon menatap Tasya dengan kaget. “Tasya, kamu ….”Saat ini, Bruno dan yang lain berlari ke sisi mereka. Ketika melihat Herlie dalam keadaan basah kuyup dan tak berhenti menangis, Bruno pun bertanya dengan kening berkerut, “Apa yang terjadi?”Leon mengelap wajah Herlie dengan handuk. “Bukannya kamu turun untuk jelasin sama Tasya? Kenapa kalian berdua ma
Herlie menepis tangan Leon, lalu memalingkan kepalanya untuk berkata pada Yandi, “Bos Yandi, aku baru tahu ternyata anggota restoranmu punya bias sama aku. Hari ini aku sudah putus sama Kak Leon. Aku nggak bakal ke sini lagi.”Leon kembali menggenggam tangan Herlie dengan erat. “Herlie, aku menyukaimu. Kalau Kak Bruno dan Tasya ada salah paham sama kamu, kita bisa jelaskan sama mereka!”Yandi menyadari pakaian Herlie sedang basah kuyup. Dia pun bertanya, “Kerjaan siapa?”Tiba-tiba terdengar suara dingin Tasya. “Aku!”“Apa lagi yang kamu lakukan?” Kening Yandi berkerut.Tasya melihat ke sisi Leon. “Kak Leon, kita juga sudah kenal selama beberapa tahun. Aku ingin tanya, apa aku pernah membohongi kalian? Herlie bilang sendiri sama aku, dia nggak suka sama kamu. Dia datang ke sini juga demi merusak hubungan kalian saja. Saat aku mendengarnya, aku pun emosi langsung menyiramnya!”Raut wajah Leon tampak muram. “Tasya, aku percaya kamu itu anak baik-baik. Kalau tidak, kami juga tidak mungkin
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m