Reza menopang kepalanya dengan tangan, lalu menyipitkan matanya. “Kalau bukan ingin memprovokasi hubungan Yandi dengan Leon, itu berarti dia lagi beri isyarat kepada Yandi.”“Sepertinya kemungkinan yang kedua!” Tatapan Sonia tampak dingin. “Orang yang diincarnya itu adalah Yandi.”Reza berkata dengan nada bercanda, “Dia cukup ambisi juga.”Sonia membalas, “Herlie melakukannya dengan sangat rahasia. Mungkin Yandi juga nggak menyangka dia adalah orang seperti itu. Beberapa hari ini, aku akan sering ke restoran. Aku ingin menangkap bukti dia lagi menggoda Yandi.”“Memangnya kenapa kalau kamu mendapatkan bukti?” Reza menatap ke sisi Sonia dengan tersenyum. “Kamu ingin perlihatkan kepada Yandi? Atau perlihatkan kepada Leon? Setelah masalah ini terbongkar, hubungan Yandi dan Leon pun akan berakhir!”Kening Sonia tampak berkerut. “Yandi nggak melakukan apa pun. Leon memang nggak sekolah, tapi dia juga bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Apa kamu mengira dia akan membenci Yand
Reza tersenyum tipis. “Turun!”Pelukan Sonia semakin erat lagi. “Nggak mau!”“Kalau kamu tidak turun, kamu akan menjadi milikku!” Reza menimpali.Sonia memeluk pundak Reza. Dia pun tersenyum lembut kepada Reza. “Apa pun ceritanya, aku nggak mau turun!”Reza menggendong Sonia ke dalam vila. “Kalau begitu, aku akan merestuimu!”Sonia dapat merasakan maksud tersirat dalam ucapan Reza. Dia merasa syok, spontan meronta. “Reza, aku menyesal! Aku mau turun!”Si pria memeluk pinggang Sonia dengan erat. Ujung bibirnya melengkung ke atas.“Sudah terlambat!”Untung saja Rati sedang memetik sayuran di halaman belakang. Jika tidak, Sonia yang digendong menaiki tangga itu pasti akan merasa sangat canggung.Setelah masuk ke kamar, Reza menutup pintu kamar, lalu melangkah ke dalam. Mereka berdua sama-sama jatuh ke atas ranjang.Gorden otomatis ditutup. Pencahayaan di dalam ruangan seketika menggelap. Reza membungkukkan tubuhnya menindih tubuh Sonia. Dia memeluk wajah wanitanya, lalu menciumnya dengan
Reza duduk di samping ranjang sembari menatap Sonia yang sedang tidur dengan pulas. Bulu matanya sangat lentik. Napasnya sangatlah teratur. Dia kelihatan sangat lembut dan patuh saat sedang tidur.Setelah melihat beberapa saat, Sonia yang sangat waswas itu malah tidak bangun. Entah karena capek atau karena tahu Reza sedang berada di sisinya, itulah sebabnya Sonia bisa tidur senyenyak ini.Reza mencium pipi Sonia dengan lembut. Dia tidak tega untuk membangunkan Sonia. Jadi, dia pun kembali ke ruang baca.Langit sudah mulai menggelap. Sonia masih tidur. Namun, Reza terpaksa membangunkannya. “Sayangku, bangun!”“Sayangku!”Kening Sonia tampak berkerut. Dia melebarkan matanya dengan perlahan, lalu bergumam, “Pergi lari pagi? Sudah pagi apa?”Reza melihat Sonia yang linglung itu. Hatinya seketika menjadi luluh. Dia pun mencium Sonia.Akhirnya Sonia sudah sadar sepenuhnya. Dia bersandar di dalam pelukan Reza. “Aku sudah tidur seharian? Kenapa kamu nggak bangunin aku?”“Kamu juga tidak ada ke
Oleh sebab itu, sekeluarga itu menyamar menjadi zombie di malam hari. Mereka berbaur di dalam kumpulan zombie untuk mencari makanan.Mereka pun melewati hidup mereka seperti itu selama beberapa hari. Namun, terjadi sebuah insiden di tengahnya. Anak laki-laki di keluarga itu dan pacarnya dipergoki zombie saat mereka sedang berkencan. Lantaran merasa panik, si pria mendorong pacarnya dan melarikan diri sendirian.Pada suatu malam, saat anak laki-laki itu keluar lagi. Dia bertemu dengan pacarnya yang sudah berubah menjadi zombie di tengah jalan. Dia tidak bisa menahan diri dan mengikuti pacarnya, tampak pacarnya sedang memakan mayat. Si pria ketakutan dan berteriak, lalu jatuh lemas di lantai.Pacarnya menoleh, seolah-olah masih mengenalinya. Setelah memakan setengah wajah mayat itu, dia tersenyum menyeringai, menampilkan gigi taringnya yang tajam, lalu berkata dengan suara serak, “Akhirnya kamu datang mencariku!”Reza langsung menutup layar. Sonia yang sedang menonton dengan seru sponta
Tasya berkata dengan datar, “Nggak usah, aku nggak suka minum teh susu.”Bruno dan yang lain menyerahkan jatah minuman mereka kepada Tasya.“Minuman seperti ini manis sekali. Aku tidak terbiasa untuk minum beginian!”“Aku tidak bisa tidur kalau minum minuman seperti ini! Nah, ambil saja, Tasya!”“Aku juga tidak suka!”Dalam seketika, ada empat gelas teh susu di hadapan Tasya.Herlie yang berada di samping menatap dengan sinis. Terlintas rasa cemburu dalam tatapannya. Dapat diketahui, orang-orang di dalam restoran memang bersikap sangat sungkan terhadap Tasya, tapi mereka telah menganggap Tasya sebagai salah satu bagian dari mereka.Tidak masalah! Semua itu karena Herlie datang agak terlambat saja. Cepat atau lambat dia akan mengeluarkan Tasya dari restoran ini.Yandi langsung memaksa Tasya untuk memegang gelas teh susunya. “Aku tidak minum teh susu. Buat kamu saja.”Tasya benar-benar tidak suka minum teh susu. Hanya saja, dia malah menerima pemberian Yandi.Herlie segera menyerahkan mi
Senyuman di wajah Leon semakin lebar lagi.Masakan ayam goreng cabe merah Herlie disajikan di atas meja. Dia langsung meletakkannya di hadapan Yandi, lalu berkata dengan suara lembut, “Dengar dari Kak Leon, Bos suka makan yang pedas-pedas. Ini aku masak khusus buat Bos. Coba dicicipi gimana rasanya?”Yandi tersenyum. “Dari aromanya cukup wangi. Terima kasih!”Herlie masih tersenyum. “Untuk apa bersikap sungkan? Kak Leon menganggapmu sebagai abangnya. Aku juga ingin menganggapmu sebagai abang kandungku sendiri. Tapi … kalau kamu nggak keberatan, ya.”Tasya sungguh jijik melihat sikap wanita murahan ini. Leon berkata, “Iya, iya, kita semua satu keluarga.”Yandi hanya tersenyum dan tidak berkata apa-apa.Herlie menuangkan alkohol ke gelas mereka semua. Dia mengangkat gelasnya, lalu berkata, “Setelah aku jadian sama Kak Leon, Bos dan yang lainnya sangat menjagaku, juga memperlakukanku bagai adik kandung kalian saja. Aku bersulang pada kalian semua.”Tanpa basa-basi lagi, Herlie langsung m
Selesai makan, Bruno dan yang lain berebut untuk membereskan meja. Mereka menyuruh Tasya untuk istirahat di samping.Herlie dapat melihat betapa sayangnya mereka terhadap Tasya. Dia tidak menunjukkan ketidakpuasannya, melainkan ikut membereskan meja.Saat Leon sedang membersihkan dapur, Herlie datang, lalu menyandarkan kepalanya di tubuh Leon. “Kak Leon, aku pusing.”Leon bertanya dengan gugup, “Kenapa tiba-tiba pusing? Apa kamu minum kebanyakan?”“Emm, ini pertama kalinya aku minum. Kamu bukannya bantu aku. Coba kamu lihat Bos tadi, dia begitu menjaga Tasya,” omel Herlie.“Aku kira kamu ingin minum.” Leon tersenyum. “Bos selalu bersikap seperti itu terhadap Tasya. Dia menganggap Tasya sebagai adiknya sendiri.”Leon melirik sekilas wanita yang bersandar di tubuhnya, lalu bertanya, “Herlie, menurutmu, Bos orangnya gimana?”Herlie segera mengangkat kepalanya. Keningnya tampak berkerut. “Apa maksudmu? Apa kamu kira aku suka sama Bos Yandi?”Leon segera menggeleng. “Bukan, aku bukan bermak
Kalau ingin bermesra-mesraan, mereka bisa bermesraan di dalam kamar. Kenapa mesti bermesraan di depan pintu?Yandi tersenyum. “Sekarang kamu tidak curiga lagi, ‘kan?”Tasya mengangkat-angkat alisnya. “Ternyata kamu tahu apa yang lagi aku pikirkan.”“Kamu itu terlalu curigaan!” Yandi tersenyum.Namun, Tasya masih merasa ada yang aneh.“Kamu jangan sembarangan berpikir lagi. Hari ini restoran juga tidak ramai. Setelah hujan berhenti, kamu segera pulang sana,” pesan Yandi, lalu berjalan keluar.“Kamu mau ke mana?” tanya Tasya dengan segera.“Pergi beli rokok!”“Lagi hujan. Ingat bawa payung!”“Iya!” Yandi tidak menoleh sama sekali.Tujuan Herlie sudah tercapai. Dia segera mendorong Leon, lalu berkata dengan tersipu malu, “Tadi sepertinya Bos Yandi dan Tasya ke atas. Jangan-jangan mereka memergoki kita?”Saat ini, hanya ada Herlie di dalam mata Leon. Dia pun membalas dengan tersenyum, “Tidak apa-apa. Orang sendiri, kok.”“Apanya orang sendiri?” Herlie mendengus. “Aku rasa Tasya ada bias sa
Raut wajah Celine menjadi pucat. Ucapan Reza bagai menamparnya di depan umum, membuatnya merasa sangat canggung.Reza bersandar di tempat duduknya dengan malas. Auranya terasa sangat dingin. “Bekerjalah dengan baik. Jangan menghabiskan waktu dalam hal yang tidak berguna. Ada banyak orang yang ingin menjadi asisten pribadiku. Kalau kamu hanya memikirkan cara untuk menjilatku saja, cepat atau lambat kamu pasti akan dieliminasi. Apa kamu mengerti?”Celine mengepal erat tangannya. Saking malunya, betapa inginnya dia menghilang dari muka bumi ini. Dia tidak berani menatap Reza lagi, langsung menunduk dan mengiakan. “Aku mengerti!”“Keluar!” Nada bicara Reza sangat datar. Dia tidak memberi Celine sedikit pun kesempatan untuk bersuara lagi.Celine segera membalikkan tubuhnya, berjalan keluar ruangan.Setelah keluar ruangan, raut wajah Celine masih kelihatan sangat canggung. Tiba-tiba terlintas kata “mengundurkan diri” dari benaknya. Dia tidak ingin muncul di hadapan Reza lagi.Bukannya Sonia
Setelah tiba di Imperial Garden, Reza melepaskan jasnya, lalu melonggarkan dasinya. Dia duduk di sofa sembari memandang rumah yang kosong ini. Hatinya seketika terasa sakit dan tidak tenang ketika kepikiran Sonia.Beberapa saat kemudian, Reza baru berhasil menenangkan dirinya. Dia memalingkan kepalanya memandang ke kamar sebelah. Dia sungguh berharap setelah pintu itu dibuka, ada Sonia di dalam sana.Jelas-jelas Reza tahu semua itu tidak memungkinkan. Namun, dia masih saja berjalan ke kamar sebelah. Begitu pintu dibuka, Reza menyalakan lampu. Gambaran familier terbayang di depan mata.Dulu, Sonia akan tinggal di sini. Biasanya Sonia suka duduk di depan balkon sembari membaca buku di malam hari. Kemudian, Reza akan mengesampingkan buku Sonia, lalu memberinya ciuman mendalam.Reza berjalan ke sisi balkon, lalu duduk di sofa. Dia melihat selembar memo yang ditempelkan di atas sana.Saat Sonia pergi, sudah berkali-kali Reza memasuki kamar ini. Hanya saja, dia tidak pernah menyadari keberad
“Oh, ya?” Celine berkata dengan nada bercanda, “Bukannya aku seharusnya dideskripsikan dengan kata sangat berkompeten? Atau asisten andal yang pintar dalam membantu pekerjaan Tuan Reza!”Reza mengangkat-angkat alisnya. Dia merasa ada yang berbeda dengan Celine hari ini.“Tentu saja! Tentu saja!” balas Iqbal dengan segera, “Kemampuan kerja asisten pribadi Tuan Reza pasti berbeda dengan asisten pada umumnya!”Para hadirin lainnya juga segera menimpali.“Sudah bertahun-tahun Nona Celine bekerja di sisi Tuan Reza. Kamu pasti sangat bisa diandalkan!”“Nona Celine bukan hanya berkompeten, tapi juga cantik sekali. Kami semua sungguh iri dengan Tuan Reza!”“Sepertinya hanya Tuan Reza saja yang sanggup mempekerjakan wanita cantik dan berbakat seperti Nona Celine!”…Ujung bibir Celine melengkung ke atas. Dia masih menunjukkan senyuman lembut di wajahnya.Reza tidak suka menghadiri acara jamuan malam, begitu pula dengan Celine. Namun malam ini, tiba-tiba dia merasa enak juga untuk menghadiri aca
Kase terus melangkah ke tempat duduk yang ditempati Sonia tadi. Dia duduk di hadapan kursi Sonia. Dia melihat Sonia hanya sempat menyesap setengah gelas minumannya, juga sepotong kue coklat yang belum sempat dimakannya. Saat Sonia menerima panggilannya tadi, Sonia pasti langsung bergegas ke istana untuk melindunginya.Kase menarik napas dalam-dalam. Hatinya terasa berat bagai ditimpa beban ratusan kilogram saja. Saking beratnya, dia pun merasa kesulitan untuk bernapas.Kase berkata kepada dirinya sendiri. Sonia hanyalah seorang wanita saja. Tidak seharusnya Kase terlalu memedulikannya. Hanya saja, sejak Sonia dibawa pergi tadi, hatinya mulai merasa tidak tenang.Tadi Rayden mengatakan dirinya ingin menggunakan Sonia sebagai objek penelitian, tidak akan membahayakan nyawanya. Namun, sebenarnya Kase paham, setelah memasuki gedung itu, Sonia tidak mungkin akan keluar lagi!Kase melihat kue coklat di atas piring. Seketika dia kepikiran dengan tatapan kecewa dan benci dari kedua mata Sonia.
Setelah melihat Kase berjalan ke dalam, Sonia baru pergi ke kafe. Dia memesan secangkir kopi dan juga sepotong kue tar coklat. Baru saja mencicipi kopinya, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Kase.Sonia mengangkatnya. “Halo?”“Ruila!” Suara Kase terdengar buru-buru. “Perbincangan tidak berakhir menyenangkan ….”Tiba-tiba panggilan terputus. Sonia langsung berdiri, kemudian bergegas keluar kafe, berlari ke istana.Sekuriti yang berjaga di depan pintu gerbang hendak menghalangi langkah Sonia. Namun, kerah pakaiannya diremas oleh Sonia. Kemudian, kepalanya dihantam keras di pintu kayu.Sebelumnya Sonia sudah pernah ke dalam. Dia cukup familier dengan letak ruangan di dalam istana. Tanpa menunda waktu, Sonia langsung berlari ke lantai tujuh. Dia langsung mendobrak pintu ruangan, kemudian tampak Kase sedang diikat di bangku. Dia menatap Sonia dengan kedua mata terbelalak lebar.“Bamm!” Pintu ruangan ditutup. Lima orang pria bertubuh kekar di belakang menyerbu ke sisi Sonia.Sonia melomp
Raut wajah Kase langsung berubah. “Kamu tahu?”“Tentu saja!”Kase memang pernah mencari faktor kematian Suki. Hanya saja, masalah kematian Suki juga tergolong rahasia di internal. Ditambah lagi Kase bukan berasal dari lingkaran tentara militer, dia pun semakin kesulitan dalam mengaksesnya.Setelah kematian Suki, semua informasi tentangnya telah dihapus. Seolah-olah Suki tidak pernah datang ke dunia ini saja. Meski telah mengerahkan banyak tenaga, Kase tetap tidak berhasil menemukan petunjuk apa pun.Masalah ini sudah berlalu lama dan terus menjadi simpul di hati Kase. Sepertinya Rayden bukan hanya memahami kejadian waktu itu, dia juga menyelidikinya.Kase menyipitkan matanya menatap Rayden. Tiba-tiba dia merasa orang ini sangat mengerikan!…Saat Kase kembali ke vila, Sonia masih belum tidur.Sonia baru saja selesai bertelepon dengan Reza. Saat dia hendak turun ke lantai bawah untuk minum, dia melihat Kase berjalan ke dalam rumah dengan sedikit kaget. Kenapa pulangnya cepat sekali?Kas
Ketika Kase memasuki kafe, Sonia sedang bosan membolak-balik majalah. Melihatnya masuk, Sonia bertanya sambil mendongak, "Kamu sudah bertemu Rayden?""Sudah," jawab Kase sambil duduk dan meletakkan lengannya dengan santai di sandaran kursi. Dia berujar dengan nada mengejek, "Sama seperti yang diceritakan orang, dia memakai topeng dan berlagak misterius. Entah apa yang dia sembunyikan.""Gimana hasil pembicaraan kerja samanya?" tanya Sonia."Lumayan. Masih perlu membahas beberapa detail." Kase menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu, lalu bertanya, "Sebenarnya, siapa yang kamu cari di sini?"Sonia melihatnya dengan tatapan yang sulit ditebak. Setelah beberapa saat, dia menjawab pelan, "Kakakku."Kase bertanya sambil tersenyum, "Kakakmu? Dia ada di Hondura?""Ya, seseorang pernah melihatnya di sini," balas Sonia.Kase bertanya lagi, "Apa kamu punya fotonya? Coba tunjukkan. Mungkin aku bisa membantumu mencarinya."Sonia merespons, "Makasih, tapi nggak perlu. Biar aku yang
Kase tertegun sejenak. Namun, Sonia sudah berbalik dan naik ke lantai atas. Sambil minum isi gelasnya, pria itu merasa sedikit kesal. Dalam pikirannya, adakah orang di dunia ini yang lebih hebat darinya?Kase meremehkan pernyataan Sonia. Dia meyakini bahwa gadis itu sebenarnya hanya bucin. Hanya orang yang terlalu memuja cinta yang tidak bisa membedakan antara kenyataan dan fakta.Bahkan, Kase sempat tergoda untuk meminta Sonia memanggil pacarnya agar mereka bisa membuktikan siapa yang lebih unggul.....Keesokan harinya, pagi-pagi sekali seseorang dari pihak Winston datang menemui Kase dengan pesan bahwa Rayden telah kembali dan ingin bertemu dengannya untuk berdiskusi.Kali ini, Kase tidak lagi menolak. Dia mengajak Sonia untuk ikut bersamanya. Setibanya di sana, Sonia tetap menunggu di kafe yang sama seperti sebelumnya, sementara Kase mengikuti Winston melewati pintu putih besar hingga menghilang di dalamnya.Sonia sebenarnya penasaran ingin melihat seperti apa sosok Rayden yang mis
Jelas sekali, Kase sudah tidak ingin melanjutkan pembicaraan dengan Winston. Setiap malam, Sonia mengantar camilan tetapi dia belum berhasil menemukan orang yang dia cari. Apakah mungkin orang itu begitu disiplin hingga bahkan tidak makan camilan?Sonia juga sudah mencoba pergi ke lantai bawah tanah ke-11, tetapi tetap tidak mendapatkan hasil apa pun. Namun, tidak menemukan apa pun juga merupakan kabar baik. Setidaknya itu berarti kakaknya tidak termasuk dalam kelompok orang yang dijadikan subjek eksperimen.Sonia memutuskan untuk beristirahat selama dua hari. Bagaimanapun, pelayan yang setiap hari dia samarkan identitasnya itu, sering bangun dengan keluhan leher yang sakit dan bahkan sudah memutuskan untuk pergi ke dokter.Malam itu, Sonia dan Kase duduk berdampingan di bar. Mereka mengobrol santai sambil menikmati suasana.Hallie datang mengenakan seragam pelayan yang dirancang khusus untuk bar itu. Dia menyerahkan dua gelas minuman pada Sonia dan Kase, lalu berujar sambil tersenyum