Setelah pintu ditutup, kepala Sonia terasa sakit. Dia terpaksa berbaring di atas ranjang untuk menenangkan dirinya.Sonia memalingkan kepalanya melihat kalung di samping ranjang. Senyuman seketika merekah di atas wajahnya. Dia mengambil kalung itu, lalu mengenakannya di leher, dan menempelkannya di atas kulit tubuhnya.Dalam seketika, Reza mengirim pesan untuknya.[ Sayang, selamat pagi! ]Sonia mengirim foto matahari di Istana Fers kepada Reza.[ Reza: Aku akan pergi pada jam delapan. Kita mesti selalu berhubungan. Aku akan segera kembali. ][ Sonia: Kamu nggak usah mencemaskanku. Bisa jadi aku duluan mencarimu! ][ Reza: Jangan mencariku. Kalau kamu duluan menyelesaikan misimu, kamu tunggu aku di vila semalam. ][ Sonia: Oke! ][ Reza: Aku mencintaimu! ]Sonia menatap kata-kata yang muncul di atas layar ponselnya. Perasaan di hatinya bergejolak. Bahkan, air mata membasahi matanya. Belakangan ini Sonia agak emosional.Sonia menarik napas dalam-dalam, lalu membalas dengan serius.[ Aku
Sonia mengangguk, lalu menodong senjata ke wanita itu, menyuruhnya untuk duduk di atas ranjang.Wanita itu sangat patuh. Dia menatap Sonia dengan takut, kemudian menuruti kemauannya untuk duduk di sisi ranjang.Beberapa saat kemudian, Tensiro datang dengan buru-buru. Pintu kamar dibuka. Ketika Tensiro melihat wanitanya sedang duduk di atas ranjang, dia pun segera bertanya dengan perhatian, âSayangku, ada apa sama kamu?âBelum sempat wanita itu bersuara, sosok manusia di belakang langsung menghantam leher Tensiro dengan kuat. Saking kuatnya, Tensiro jatuh pingsan di tempat.Wanita yang duduk di sisi ranjang itu merasa kaget hingga menutup mulut dengan kedua tangannya.Saat Sonia menatap Tensiro yang pingsan, terdengar suara Frida di telinganya. âBawa dia ke ruang baca. Hanya dia saja yang boleh menyentuh mouse. Buka komputer itu. Bisa jadi aku akan menemukan petunjuk baru.âSonia mengangguk dengan perlahan. Dia mengangkat Tensiro, lalu membawanya ke ruang baca. Tiba-tiba Sonia melirik w
Raut wajah Tensiro berubah drastis. Dia melangkah mundur dengan ketakutan. âJangan bunuh aku!ââAku mohon sama kamu! Aku juga terpaksa. Anggota keluargaku ada di tangan Tritop. Aku juga kehabisan akal âŠ.âSuara tembakan terdengar!Suara ketakutan Tensiro pun berhenti!Pada saat bersamaan, wanita di belakang segera berlari maju hendak mendorong Tensiro. Peluru itu memelesat menggores lengan si wanita, lalu menembus ke dalam dada Tensiro. Tensiro terbelalak lebar, lalu memegang dadanya, sontak melangkah mundur. Darah segar mengalir. Tidak lama kemudian, kelima jari tangan Tensiro berlumuran darah.Tensiro bersandar di rak buku dengan mata terbelalak lebar dan mengambil napas dengan mulutnya.Si wanita memegang pundaknya yang terluka, kemudian menoleh untuk menatap Sonia sembari mengangkat tangannya menunjuk ke sisi komputer.âSuki, coba kamu lihat, rekan satu timmu sudah hampir mati!âKetika Sonia mendengar nama Suki, kepalanya kembali terasa sakit. Dia berusaha untuk menahan rasa sakit,
Tepat pukul tujuh Rabu malam, Sonia Dikara muncul di luar Celestial Hotel.Ponselnya bordering. Sonia membuka WhatsApp. Hendri Dikara yang mengirim pesan, âSon, makasih sudah mau bantu Papa. Di sini agak macet. Kamu masuk dulu.âLangkah kaki Sonia melambat, memikirkan bagaimana dia harus menyapa Reza Herdian nanti.Mereka sudah menikah selama tiga tahun, tapi belum pernah bertemu satu sama lain. Tak perlu memikirkannya, dia juga sudah tahu kalau Reza tidak setuju, bahkan menolak pernikahan ini.Dia tidak bisa menyalahkan Reza. Perusahaan keluarga Dikara sedang krisis saat itu. Mereka bermuka tebal dan mendatangi keluarga Herdian untuk menepati janji pernikahan antara kedua keluarga mereka dulu. Putra sulung keluarga Herdian sudah menikah, sehingga putra kedua mereka, Reza, yang kejatuhan âbencanaâ itu. Wajar saja Reza tidak menyetujui pernikahan itu.Tentu saja, keluarga Herdian juga tidak akan membiarkan siapa pun memperalat mereka. Mereka memberikan mahar sebesar 600 miliar untuk mem
Ada dua lembar uang seratus ribu di tangannya.Wanita itu membayarnya setelah tidur dengannya. Wanita itu pikir dia ini apa?Raut mukanya dingin. Dia berjalan menuju balkon dan melihat jendela di kamar itu memang terbuka.Bangunan di sini tinggi. Lantai tiga setara dengan lantai empat di tempat lain. Bagaimana wanita itu bisa melompat turun?Apa dia begitu menakutkan? Sampai-sampai wanita itu mempertaruhkan nyawanya supaya bisa melarikan diri darinya?Angin bertiup masuk dari jendela, sejuk dan dingin, tetapi tidak bisa memadamkan api amarah di hati Reza. Wanita itu tidak hanya menghinanya dengan dua lembar seratus ribu, tapi juga melompat keluar jendela setelah bersetubuh dengannya. Jangan sampai dia menangkap wanita itu!âŠ.Sonia yang sedang naik taksi tiba-tiba bersin. Supir taksi itu melihat ke kaca spion, âDik, apa kamu baik-baik saja?âSupir itu berpikir. Wanita ini cantik, tapi seluruh tubuhnya basah kuyup. Pasti ada sesuatu yang terjadi padanya.Sonia tersenyum lembut, âNggak a
Sonia membeku sesaat.Pria itu berkata dengan nada dingin, âUntuk apa kamu mengikutiku? Kamu mahasiswa di Jembara University?âSepanjang jalan ke gedung ini, dia sudah menyadari kalau wanita ini mengikutinya. Setiap kali dia berhenti, wanita ini juga berpura-pura melakukan sesuatu dan ikut berhenti, bahkan kemudian mengikuti sampai ke lift ini.Wajah Sonia memerah, tapi dengan cepat kembali pulih menjadi putih. Dia berkata dengan tenang, âApa ini jalan menuju rumahmu? Jalan ini bisa dilalui oleh semua orang. Mengapa kamu bilang aku mengikutimu?âMata pria itu memancarkan tatapan dingin. Dia mundur selangkah dan memberi isyarat agar Sonia masuk ke dalam lift.Sonia tersenyum sinis, âLupakan saja, daripada kamu salah paham.âSetelah mengatakan itu, dia berbalik badan dan pergi naik tangga.Pintu lift menutup perlahan di belakang Sonia, sampai akhirnya menghalangi pandangan Reza yang menyipitkan matanya sambil memandangi wanita itu.Sonia takut bertemu dengan Reza lagi, jadi dia langsung
Reza menyuruh Robi menyelidiki wanita yang melompat keluar jendela hari itu, jadi Robi pun segera mengecek rekaman CCTV di Celestial HotelNamun anehnya, rekaman dari pukul tujuh sampai pukul sembilan tidak ada. Petugas keamanan di Celestial Hotel bahkan tidak dapat menjelaskan mengapa bisa begitu. Mereka hanya menduga bahwa internet mungkin sempat terputus pada waktu itu.Namun, Robi berhasil menemukan seseorang dari rekaman CCTV itu. Siska Dayanti.Siska Dayanti adalah seorang aktris yang tidak terlalu terkenal. Dia memiliki image yang polos dan lembut. Dia tidak pernah naik daun. Dari rekaman CCTV itu, bisa dilihat bahwa dia memasuki Celestial Hotel pada pukul 6:50 kemarin malam dan berjalan ke arah Paviliun Lotus. Setelah itu, rekaman CCTV-nya kosong untuk beberapa waktu, sehingga mereka tidak bisa melihat wanita itu pergi ke kamar yang mana.Pada pukul 9.05, manajer Siska muncul di lantai bawah Paviliun Lotus sambil memapahnya. Satu kaki Siska terkulai lemas dan ekspresinya kesaki
Wanita yang berbicara itu bergegas menghampiri mereka. Bunga di tangannya langsung dipakai untuk memukul Sonia, mendorong Sonia dengan keras. Kemudian, wanita itu menarik Stella ke dalam pelukannya.Reviana memeriksa tubuh Stella dengan cemas, âAda yang terluka, nggak? Apa ada yang berdarah? Di mana yang sakit?âKelopak-kelopak bunga yang basah karena embun berserakan di lantai. Duri dari bunga segar itu menusuk leher Sonia. Sonia merasa sedikit pedih, tertegun menatap wanita yang sedang mencemaskan putrinya itu.Hendri Dikara cepat-cepat menghampiri dan berkata pada Sonia, âKamu nggak terluka, âkan?âReviana tiba-tiba menoleh ke belakang, menatap Sonia dengan mata galak, âKamu mau apa? Kamu mau membunuh Stella?âHati Sonia pedih melihat tatapan jijik dan benci yang terpancar dari mata wanita itu.Stella melirik Sonia sekilas, lalu buru-buru meraih pergelangan tangan Reviana dan berkata, âMa, Mama salah paham. Aku yang minta Kak Sonia untuk menggunting rambutku. Kak Sonia nggak melukai
Raut wajah Tensiro berubah drastis. Dia melangkah mundur dengan ketakutan. âJangan bunuh aku!ââAku mohon sama kamu! Aku juga terpaksa. Anggota keluargaku ada di tangan Tritop. Aku juga kehabisan akal âŠ.âSuara tembakan terdengar!Suara ketakutan Tensiro pun berhenti!Pada saat bersamaan, wanita di belakang segera berlari maju hendak mendorong Tensiro. Peluru itu memelesat menggores lengan si wanita, lalu menembus ke dalam dada Tensiro. Tensiro terbelalak lebar, lalu memegang dadanya, sontak melangkah mundur. Darah segar mengalir. Tidak lama kemudian, kelima jari tangan Tensiro berlumuran darah.Tensiro bersandar di rak buku dengan mata terbelalak lebar dan mengambil napas dengan mulutnya.Si wanita memegang pundaknya yang terluka, kemudian menoleh untuk menatap Sonia sembari mengangkat tangannya menunjuk ke sisi komputer.âSuki, coba kamu lihat, rekan satu timmu sudah hampir mati!âKetika Sonia mendengar nama Suki, kepalanya kembali terasa sakit. Dia berusaha untuk menahan rasa sakit,
Sonia mengangguk, lalu menodong senjata ke wanita itu, menyuruhnya untuk duduk di atas ranjang.Wanita itu sangat patuh. Dia menatap Sonia dengan takut, kemudian menuruti kemauannya untuk duduk di sisi ranjang.Beberapa saat kemudian, Tensiro datang dengan buru-buru. Pintu kamar dibuka. Ketika Tensiro melihat wanitanya sedang duduk di atas ranjang, dia pun segera bertanya dengan perhatian, âSayangku, ada apa sama kamu?âBelum sempat wanita itu bersuara, sosok manusia di belakang langsung menghantam leher Tensiro dengan kuat. Saking kuatnya, Tensiro jatuh pingsan di tempat.Wanita yang duduk di sisi ranjang itu merasa kaget hingga menutup mulut dengan kedua tangannya.Saat Sonia menatap Tensiro yang pingsan, terdengar suara Frida di telinganya. âBawa dia ke ruang baca. Hanya dia saja yang boleh menyentuh mouse. Buka komputer itu. Bisa jadi aku akan menemukan petunjuk baru.âSonia mengangguk dengan perlahan. Dia mengangkat Tensiro, lalu membawanya ke ruang baca. Tiba-tiba Sonia melirik w
Setelah pintu ditutup, kepala Sonia terasa sakit. Dia terpaksa berbaring di atas ranjang untuk menenangkan dirinya.Sonia memalingkan kepalanya melihat kalung di samping ranjang. Senyuman seketika merekah di atas wajahnya. Dia mengambil kalung itu, lalu mengenakannya di leher, dan menempelkannya di atas kulit tubuhnya.Dalam seketika, Reza mengirim pesan untuknya.[ Sayang, selamat pagi! ]Sonia mengirim foto matahari di Istana Fers kepada Reza.[ Reza: Aku akan pergi pada jam delapan. Kita mesti selalu berhubungan. Aku akan segera kembali. ][ Sonia: Kamu nggak usah mencemaskanku. Bisa jadi aku duluan mencarimu! ][ Reza: Jangan mencariku. Kalau kamu duluan menyelesaikan misimu, kamu tunggu aku di vila semalam. ][ Sonia: Oke! ][ Reza: Aku mencintaimu! ]Sonia menatap kata-kata yang muncul di atas layar ponselnya. Perasaan di hatinya bergejolak. Bahkan, air mata membasahi matanya. Belakangan ini Sonia agak emosional.Sonia menarik napas dalam-dalam, lalu membalas dengan serius.[ Aku
Akhirnya malam yang mengerikan telah berlalu!Sonia merasa sangat lelah. Sniper menyuruhnya untuk istirahat sebentar. Serigala juga melepaskan pakaiannya untuk membungkus tubuh Sonia sembari mengusap kepalanya. Senyuman terlihat di atas wajah yang berlumuran darah. Dia berkata dengan tersenyum, âKita tidur sebentar lagi. Kita akan bangunkan kamu setelah langit terang!âDengan segera, Sonia mulai tertidur. Entah sudah tidur berapa lama, dia mendengar ada yang memanggilnya. âSuki!ââSudah saatnya bangun!ââKita mesti pergi!âSonia meronta di dalam mimpinya. âJangan pergi!âSonia melebarkan matanya melihat bayangan tubuh buram Serigala, Phantom, Kalong, dan yang lain. Mereka berdiri di depan Sonia untuk memanggilnya dan membangunkannya!âBangun, ada misi baru lagi!ââKita harus segera ke sana!ââSuki, kamu sanggup, nggak?âSonia berusaha untuk tersadar dari alam mimpinya, tetapi pandangannya masih tetap terlihat buram. Dia kedengaran suara Serigala dan yang lain sedang berusaha untuk memb
Di dalam vila, Kase sedang menunggu Sonia dengan duduk di dalam ruang tamu. Ekspresinya kelihatan sangat muram. Ketika melihat kedatangan Sonia, dia langsung menatap Sonia dengan tatapan rumit.Sonia mengabaikan tatapan curiga Kase, lalu pergi ke sisi kulkas untuk mengambil air. Setelah itu, dia bersiap-siap ke lantai atas.âBerhenti!â panggil Kase, âKamu tidak menjelaskan, malah langsung pergi begitu saja?âSonia menoleh. Ekspresinya kelihatan tenang. âApa?âKase berdiri, lalu berjalan mendekatinya. Tatapannya kelihatan tajam ketika menatap Sonia. âTadi sore kamu pergi bersama Raja Bondala? Sekarang apa hubungan kamu dengan dia?ââSeharusnya itu tergolong masalah pribadiku!â balas Sonia dengan suara datar.Kase mengerutkan keningnya. Bola mata cokelatnya semakin tajam saja. âSonia, jangan coba-coba untuk mendekati Raja Bondala. Kamu kira apa yang bisa dia berikan kepadamu? Dibandingkan dengan dia, aku lebih aman untuk kamu. Karena aku menyukaimu. Aku tidak akan melukaimu lagi. Aku jug
Sonia menggenggam telapak tangan Reza, lalu meletakkannya di atas kening. âNggak kenapa-napa. Sepertinya aku mengingat memori yang nggak bagus.ââMemori masa kecil?â Reza membungkukkan tubuhnya untuk memeluk Sonia. âSemuanya sudah berlalu. Aku akan memberikan semua yang kamu tidak miliki. Percaya sama aku!âSonia mengangguk. âAku tahu.âDi hati Sonia, Reza mengalahkan segalanya!Reza mengambil kue tar, lalu menyuapi Sonia. âAyo, dicicip. Kalau kamu suka, setiap tahunnya aku akan buat kue tar sendiri buat kamu!âSonia langsung membuka mulutnya untuk menggigit kue tar itu. Kedua matanya sudah kembali berkilauan. âEnak sekali!âReza pun tersenyum lebar semabi menatap Sonia. Tatapannya penuh dengan rasa kasih sayang.Saat Sonia tidak berada di tempat, meski Reza memberikan semuanya kepada Sonia, dia tetap merasa belum cukup. Namun sekarang Sonia sudah berada di sisinya, meski hanya menyuapi Sonia sesuap kue saja, dia pun merasa sangat puas.âŠSaat perjalanan pulang, Reza membawa Sonia untu
âAku punya pemikiran seperti itu, tapi ucapanku pasti nggak sebagus kamu.â Senyuman Sonia sangat bersih dan lembut.Senyuman di wajah Reza semakin lebar lagi. Dia berdiri, lalu menarik Sonia ke dalam pelukannya, lalu memeluk Sonia dengan erat. âKenapa kamu imut sekali?âSonia memeluknya, lalu mengangkat tangannya melihat cincin di tangannya. Berlian yang besar itu kelihatan berkilauan.Reza melepaskan Sonia, lalu mengambil cincin untuk memasangkannya di jari manis kiri Sonia. Cincin berbentuk mahkota kelihatan berkilauan di atas jari tangan kurus Sonia. Ukuran cincin cocok dengan jari tangan Sonia, seolah-olah memang tercipta untuknya.Reza menggenggam telapak tangan Sonia, lalu menciumnya. âAku tahu sebelum besok, kamu mesti melepaskan cincin ini. Setelah besok, aku akan memasangkan cincin ini ke tanganmu lagi.â Reza mengangkat kepalanya untuk menatap Sonia. âRatuku!âDi tengah keheningan taman, di bawah sinar bulan yang lembut, mawar-mawar bermekaran dengan indah. Sekeliling sunyi se
âBagaimana cara buatnya?âReza langsung menggendong Sonia ke atas meja. Dia menyerahkan buah yang sudah selesai dipotong kepada Sonia. âKamu cukup lihat aku saja!âSonia memang mangkuk salad buah. Dia sungguh menantikan hasil karya pria ini.Reza menggulung lengan kemejanya dan mulai menyiapkan adonan dasar kue. Dia memasukkan mentega dan gula pasir ke dalam mangkuk mixer, lalu mengaduknya dengan kecepatan tinggi.Setelah itu, Reza menambahkan putih telur dan baking powder, lalu terus mengaduk adonan hingga merata.Terakhir, Reza memasukkan tepung terigu dan bubuk kacang yang sangat halus, mencampurnya hingga menjadi adonan lembut, kemudian menuangkannya ke dalam cetakan sebelum memasukkannya ke dalam oven.Pria itu mengenakan kemeja hitam, memperlihatkan sebagian lengan bawahnya yang berotot dan jari-jari panjang dengan tulang-tulang yang tegas. Setiap gerakannya begitu teratur serta penuh teliti, membuatnya terlihat sangat menarik.Sonia yang berdiri di samping memperhatikannya. Dia
Reza membalas, âSetelah aku menghancurkan bom kobalt, aku akan segera ke Istana Fers. Rayden sangat memahamimu. Jadi, kamu mesti memperhatikan keselamatanmu. Aku merasa dibandingkan dengan Tritop, dia lebih ingin menghadapimu.ââAku mengerti!â Morgan pun tersenyum. âHari ini adalah hari ulang tahun Sonia. Sudah malam, aku beri sisa waktu untuk kalian. Aku pamit dulu!â Kemudian, Morgan melihat ke sisi Sonia. âSelamat ulang tahun!ââJaga dirimu. Jangan lupa dengan apa katamu. Kamu akan pulang bersamaku untuk mengunjungi Kakek!â Kening Sonia kelihatan berkerut.âEmm!â Morgan mengangguk dengan kuat, kemudian menepuk pundak Sonia. Dia berpamitan dengan Reza, lalu berbalik untuk meninggalkan tempat.Setelah sosok pria tinggi itu menghilang, Sonia menoleh menatap ke luar jendela. Dia melihat Morgan memasuki mobil, lalu meninggalkan vila.Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. âJangan khawatir. Kamu mesti melindungi dirimu dalam misi besok.âPelukan Reza sangat erat. Dia memejamkan matanya,