Hati Sonia terasa sangat sakit. “Nggak! Bukan seperti itu!”“Kalau begitu, pergi selamatkan mereka. Mereka lagi menunggumu. Kalau kamu tidak ke sana, mereka akan mati!”Sonia mengangguk dengan panik. “Aku akan segera ke sana. Aku akan pergi menyelamatkan mereka!”“Ayo, segera! Kalau tidak, semuanya akan terlambat!” ujar Rayden.Raut wajah Sonia kelihatan gelisah. Dia memegang pistolnya, lalu membalikkan tubuhnya, segera berlari ke pabrik telantar di depan sana. Sonia berlari dengan sangat cepat. Kali ini, tidak terlihat rasa takut di wajahnya lagi, melainkan hanya keteguhan hati untuk mati bersama rekan satu timnya.Di belakang Sonia, tatapan Rayden kelihatan datar dan dingin ketika melihat Sonia berlari ke lantai atas.Helikopter mulai mendekat. Johan berdiri di atas pesawat, lalu berkata dengan syok, “Aku melihat Bos! Dia lagi di atas atap gedung!”Usai berbicara, kedua mata Johan terbelalak lebar. Dia kembali berkata dengan syok, “Apa yang lagi dia lakukan?”Frida mengangkat pandang
Johan dan Sonia jatuh dari ketinggian ribuan meter ke dalam hutan.Untung saja, tubuh mereka berdua masih dililit tali! Lantaran kecepatan jatuh dan beban berat, tali tersangkut di puncak pohon, membuat tali menebas lapisan ranting hingga akhirnya mereka tersangkut di batang pohon yang kokoh.Mereka tergantung di atas pohon setinggi puluhan meter dari tanah, seperti berayun di atas ayunan. Beberapa saat kemudian, kesadaran mereka perlahan pulih.Sonia menggeleng untuk menghilangkan pusing, lalu meraih tali dan mengayunkan tubuhnya dengan kuat dan merangkul batang pohon. Johan pun memanfaatkan kekuatan itu dan berhasil duduk dengan stabil di atas batang.Mereka berdua saling berpandangan. Mereka baru menyadari betapa tipisnya batas antara hidup dan mati barusan. Tanpa berkata apa pun, mereka segera melepaskan tali dan meluncur turun dari pohon.“Bamm! Bamm!” Mereka berdua jatuh ke lantai.Johan tidak memedulikan rasa sakit di tubuhnya, segera berlari ke sisi Sonia. “Bos!”“Bos, bagaiman
Setelah berjalan sekitar ratusan meter, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari belakang. Sonia dan Johan spontan bertukar pandang. Mereka berdua segera bersembunyi ke arah yang berlawanan dari orang-orang yang datang untuk mengejar mereka. Pengawal Istana Fers beranggotakan 10 orang dengan senjata di tangan mereka. Mereka sedang mencari sembari berjalan maju.Sonia turun dari atas pohon tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Dia duduk di atas pundak seseorang, lalu membekap mulut orang itu dan memelintir kepalanya. Kemudian, Sonia turun ke atas lantai, lalu mengambil senjata di tangan. Dia pun meletakkannya di dalam rerumputan.Di dalam lingkungan yang gelap dan mencekam, orang-orang yang berjalan di depan sama sekali tidak menyadari bahwa rekan mereka yang berada di belakang sudah mati.Belasan orang terus melangkah maju beberapa langkah lagi. Namun tiba-tiba, di atas sebatang pohon sekitar 10 meter di depan mereka, Johan berdiri dan langsung mengangkat senjatanya. “Tamatlah riway
Orang di belakang Johan takut dirinya dalam bahaya. Dia juga tidak mengikuti langkah Johan. Pada saat ini, dia masih sedang berjalan mondar-mandir di depan pintu. Dia juga tidak menyadari apa yang dilakukan Johan.Setelah Johan memukul pilot menjadi pingsan, orang itu baru menyusul dan mengangkat pistol hendak menembak pilot itu hingga mati.Johan segera membalikkan tubuhnya untuk menghalangi aksi pria itu. Dia berkata dengan suara serak, “Jangan! Bisa jadi dia ada gunanya!”Orang itu kelihatan agak gugup. Johan mengoles wajahnya dengan getah daun dan juga lumpur, jadi dia tidak menyadari Johan bukanlah rekan satu timnya. Saat mendengar ucapan Johan, orang itu segera mengangguk dan berkata, “Keluarkan dia.”Johan mengangkat pilot di atas pundaknya, lalu memeriksa isi pesawat. Setelah memastikan tidak ada yang aneh, mereka berdua baru meninggalkan tempat.Ketika kepala tim melihat Johan mengangkat pilot keluar pesawat, dia berkata dengan mengangguk, “Bawa dia. Ayo, kita segera pergi!”
Si Janggut kembali bertanya pada Frida, “Mau hubungi dia atau tidak?”Frida menunjukkan ekspresi kesal dan juga tegas. “Bunuh aku saja!”“Beri dia pelajaran!” Si Janggut merasa emosi dengan sikap Frida. Dia melangkah mundur selangkah, lalu memerintah.Kemudian, majulah tiga orang pria mulai mengerumuni Frida.“Dorr!”Mereka terlebih dulu melepaskan ikatan tali di kaki Frida. Saat hendak melepaskan pakaian Frida, punggung pria itu tertembak dan langsung jatuh di tempat.Disusul, Johan melakukan tembakan secara gila-gilaan.“Sialan!”Mereka semua membalikkan tubuh dengan kaget dan segera mengeluarkan pistol untuk melakukan perlawanan.Johan menangkap seorang pengawal di depan untuk melakukan perlindungan. Sonia pun melompat ke atas, hendak menendang orang yang hendak menangkap Frida. Kemudian, dia juga melayangkan pisau tajam di tangannya. Pisau itu menggores leher si pria. Darah bercipratan. Si pria pun ditendang Sonia.Sonia melepaskan tali di tangan Frida. Dia melindungi Frida sembari
Sonia membalas dengan memeluk pundak si pria. Dia berusaha mengatur napas terengah-engahnya, baru berkata, “Jangan khawatir. Aku baik-baik saja!”Suara Reza terdengar serak. “Apa semuanya tidak berjalan lancar?”Reza dan Holand pergi melakukan penyerangan ke markas Tritop. Saat menghancurkan dua bom kobalt, tiba-tiba dia menerima kabar dari Morgan. Reza disuruh untuk segera menyelamatkan Sonia. Sebab, orang yang bertempur dengannya bukanlah Rayden, melainkan adalah Winston yang menyamar menjadi Rayden.Reza segera kembali dari perbatasan ke Istana Fers. Saat di perjalanan, dia menyadari ada yang aneh dengan ritme detak jantung Sonia. Tidak lama kemudian, dia juga menerima pesan dari Frida yang mengatakan telah terjadi sesuatu dengan Sonia.Waktu itu, Reza benar-benar sangat panik!“Ada sedikit masalah!” Sonia keluar dari pelukan Reza. “Johan sudah terluka. Kamu bawa dia tinggalkan tempat ini dulu!”Johan sudah berdiri dengan dipapah Frida. Dia menahan luka yang mengalir di pundak semba
Dalam lubuk hati terdalam, Sonia kepikiran dengan masalah mereka berdua dikurung di ruang penelitian bawah tanah selama dua hari dua malam. Waktu itu, Sonia telah terluka. Seiring dengan berjalannya waktu, kesadarannya pun mulai menghilang.Pada malam terakhir, Reza memeluk Sonia di dalam pelukannya. Waktu itu, Sonia sudah tidak bisa menelan lagi, Reza melumerkan cokelat di dalam mulutnya, lalu menyuapinya. Sepertinya Reza pernah mengatakan, ‘Ayo, bertahan! Aku akan selalu bersamamu!’Setelah beberapa tahun, ketika kembali mendengar ucapan itu, perasaan Sonia memang sudah tidak sama, tetapi masih bisa memberinya kekuatan yang tidak terbatas!Justru dengan adanya tenaga ini, dia pun berhasil memecahkan kegelapan dan juga hambatan di hatinya. Berkali-kali Sonia bangun, dia pun menghadapi kenyataan dengan penuh berani.Sonia tidak pernah mengeluh akan hidupnya. Sebaliknya, dia merasa Tuhan memperlakukannya dengan sangat baik. Dia memang pernah menghadapi banyak cobaan. Namun, setelah meng
Tentu saja Sonia juga menyadarinya. Dia melihat beberapa ekor anjing pemburu yang mendekati bawah pohon. Detak jantungnya berdebar kencang. Sekujur tubuhnya terasa tegang. Tangan Sonia yang sedang memegang pistol pun berkeringat. Rasa lengket keringat membuat Sonia spontan gemetar.“Jangan takut! Aku akan selalu bersamamu! Sayang, aku mencintaimu!”Terdengar ucapan Reza di telinga Sonia. Wajah Sonia telah memucat. Dia spontan melihat ke sisi Reza. Di balik bayangan pepohonan yang samar dan cahaya remang, Sonia tidak bisa melihat tatapan Reza dengan jelas. Namun, dia bisa merasakan bahwa Reza sedang menatapnya.Sonia menarik napas dalam-dalam, menggenggam erat senjatanya. Dengan tatapan tajam, dia menatap musuh yang terus mendekat.“Gong!” Suara anjing pemburu terdengar tajam di dalam hutan. Anjing-anjing sedang menggonggong kuat ke sisi pohon.“Dorr! Dorr!” Pada saat yang sama, terdengar juga suara tembakan. Reza membunuh dua ekor anjing. Suara tembakannya adalah perintah. Alhasil, baw
Sekujur tubuh Aminah gemetar. Dia hampir saja pingsan karena emosi.“Sekarang semua itu ide siapa sudah tidak penting lagi. Hal yang penting adalah Sonia sama sekali tidak ingin bertemu dengan kalian. Hendri dan Reviana sudah menulis pengumuman dengan sangat jelas. Sonia adalah anak yang diadopsi mereka. Sekarang, bahkan masalah adopsi itu palsu. Bisa ada hubungan apa lagi Sonia dengan Keluarga Dikara kalian?” ucap Reza dengan nada datar. Kemudian, Reza menoleh untuk berpesan kepada Fadin, “Usir mereka semua. Kelak jangan izinkan Keluarga Dikara injak kaki mereka di Kediaman Keluarga Herdian!”“Baik!” jawab Fadin. Dia memanggil pelayan dan pengawal di luar untuk membawa pergi anggota Keluarga Dikara.“Sonia, anggap Kakek mohon sama kamu!” Tobias didorong keluar oleh orang-orang, tetapi dia masih belum menyerah. Dengan suara tersendat dan penuh kepedihan, Tobias mencoba menarik simpati. “Warisan Keluarga Dikara adalah hasil jerih payah beberapa generasi. Aku tidak bisa membiarkannya ha
Setelah membuka pintu dan keluar kamar, Reza masih sedang menunggu Sonia. Dia membawa Sonia ke lantai bawah untuk sarapan.Lysa melihat mereka berdua menuruni tangga. Dia pun duluan berdiri untuk menghampiri mereka. Tatapannya kelihatan lembut ketika melihat Sonia. “Apa tidurmu nyenyak semalam?”“Emm!” Sonia mengangguk. “Hanya saja, aku bangun kesiangan!”“Nggak siang. Masih kepagian untuk makan siang!” Tasya berjalan kemari, lalu berkata dengan nada bercanda.Sonia tersenyum sembari mengangkat-angkat pundaknya.“Kalau masih kepagian untuk makan siang, kita sarapan dulu saja!” Lysa membawa Sonia ke ruang makan. Pelayan pun menyuguhkan sarapan yang hangat.“Aku nggak makan banyak di pagi hari. Aku temani Sonia makan sedikit.” Tasya juga menghampiri.Tandy juga ikut meramaikan. “Pangsit hari ini enak sekali. Aku juga mau tambah lagi!”Alhasil, mereka yang tadinya sudah selesai sarapan makan lagi demi menemani Sonia.Selesai makan, Lysa baru berkata, “Sonia, anggota Keluarga Dikara kemari
Reza membantu Sonia untuk memeriksa satu per satu. Panggilan terbanyak adalah panggilan dari kediaman lama Keluarga Dikara. Ada juga pesan masuk, semuanya adalah permintaan tolong. Mereka memohon Sonia untuk melepaskan mereka.Reza menghapus semuanya.Ada sebuah nomor asing. Reza merasa agak familier dengan nomor itu. Dia melihat sekali lagi, baru menyadari ternyata adalah nomor Celine.Celine mengirim pesan.[ Sonia, Keluarga Dikara memang nggak ada budi sama kamu, tapi juga nggak pernah menganggap Keluarga Dikara. Kalau nggak, kenapa kamu merahasiakan masalah pernikahanmu dengan Tuan Reza! Sekarang kamu sudah memiliki segalanya. Untuk apa kamu mendesak Keluarga Dikara ke jalan buntu? ][ Lepaskan mereka. Kakek sudah tua, nggak sanggup menerima siksaan ini lagi. Aku dengar-dengar, ibumu juga jatuh sakit dan sedang diopname di rumah sakit. Kamu juga bermarga Dikara. Kita semua sekeluarga. Apa mesti menghancurkan keluarga sendiri? ]Kening Reza berkerut. Kenapa dia melupakan Celine?Set
Hendri terpaksa meminjam ponsel orang lain untuk menghubungi Stella. Setelah panggilan berdering beberapa kali, akhirnya Stella mengangkatnya.Begitu panggilan terhubung, Hendri segera berkata, “Stella, apa kamu sudah baca pesan yang aku kirim? Ibumu benar-benar lagi operasi. Penyakitnya sangat parah. Kami butuh uang. Dana perusahaan sudah dikosongkan sama kalian. Uang di rumah juga sudah kamu ambil semuanya. Apa kamu benar-benar tega tidak peduli dengan hidup matinya ibumu? Bagaimanapun, kami sudah membesarkanmu selama 20-an tahun!”Stella terdiam beberapa saat, kemudian berkata dengan datar, “Ibu masih ada uang investasi. Apa mungkin kalian nggak punya uang? Jangan bohongi aku!”Saking emosinya, wajah Hendri pun menjadi pucat. “Apa kamu melihat berita? Apa kamu tidak tahu kondisi Keluarga Dikara? Uang investasi ibumu tidak bisa dicairkan dalam waktu singkat. Meskipun bisa dicairkan, rekening kami juga akan segera diblokir oleh pihak bank. Ibumu butuh uang untuk menyelamatkan nyawanya
Ada juga yang mengatakan, Keluarga Dikara ingin bergabung dengan Keluarga Tamara. Alhasil, mereka pun dikelabui oleh Keluarga Tamara!Asli palsunya masalah masih tidak diketahui. Hanya saja, hal yang bisa dipastikan adalah riwayat Keluarga Dikara sudah berakhir!Penagih utang berbondong-bondong datang mengepung kediaman kuno, kediaman Bagas, dan kediaman Hendri.Anehnya, perusahaan keluarga Harun masih berjalan seperti biasa, juga tidak ada yang mengganggu Harun dan keluarganya. Mereka pun menjadi satu-satunya Keluarga Dikara yang dalam keadaan amat. Para warganet yang doyan gosip menyadari ada yang aneh.Semalam King baru saja kembali dari luar negeri. Dia membuktikan dirinya tidak bersalah dan menuduh Keluarga Tamara bersekongkol dengan Keluarga Dikara untuk mencelakainya. Dalam waktu satu malam, riwayat Keluarga Tamara dan Keluarga Dikara sudah berakhir.Ada yang mengungkapkan bahwa saat King difitnah habis-habisan, hanya keluarganya Harun saja yang membela Sonia dan berani menegak
Stella yang ditampar merasa semakin benci ketika mendengar Reviana menyebutnya sebagai anak haram. Dia juga tidak berpura-pura lagi. “Kamu sudah lama ingin menyebutku sebagai anak haram, ‘kan? Terserah kamu saja mau pukul atau marah! Kamu bilang aku itu durhaka, apa kalian benar-benar menganggapku sebagai putri kandung kalian?”“Kalau kalian benar-benar menganggapku sebagai putri kandung, waktu itu kamu pasti akan sepenuhnya mendukungku untuk menjalankan studioku, bukan malah menyuruhku memelas orang-orang, bahkan dibohongi sama pria berengsek yang bernama Edward itu!”Reviana merasa kaget dengan ucapannya. Dia terbengong sejenak, lalu melangkah mundur dengan terhuyung-huyung.Hendri segera memapah Reviana, lalu berkata dengan murka, “Stella, kamu benar-benar keterlaluan sekali! Apa kami tidak menganggapmu sebagai putri kandung kami? Apa kamu lupa bagaimana kami menjaga dan membesarkanmu selama beberapa tahun ini? Demi kamu, ibumu bahkan sudah mengusir Sonia!”“Kalian membesarkanku dem
Felix mengira Hendri ingin mencairkan aset dan mengira Welly memang sengaja dimasukkan ke perusahaan olehnya, jadi Felix pun tidak berani ikut campur dalam urusan itu.Akibatnya, Welly menjadi semakin semena-mena saja. Dia diam-diam menerima suap dari klien dan menyalahgunakan dana pembayaran barang, membuat produk menjadi kacau balas. Hendri malah tidak mengetahui masalah ini sama sekali.Hari ini, saat menemukan masalah dalam laporan keuangan, Hendri memanggil Felix dan staf keuangan. Saat itu, Hendri baru mengetahui bahwa Welly telah meraup keuntungan sebesar itu.Tentu saja, semua itu tidak terlepas dari bantuan Stella. Jika dugaannya tidak salah, Stella bahkan membantu Welly diam-diam mencap stempel resmi perusahaan.Saat perjalanan pulang, Hendri sudah emosi tinggi!Stella sungguh merasa syok dan tidak berhenti melangkah mundur. “Aku nggak tahu. Aku nggak tahu apa-apa.”“Welly apaan?” tanya Reviana dengan kaget.Hendri menceritakan secara ringkas kondisi perusahaan, lalu bertanya
Stella benar-benar tidak habis pikir. Jelas-jelas Sonia telah diinjak mati-matian. Kenapa dia masih bisa bangkit kembali?Cucu perempuan dari Keluarga Bina, Bos dari GK Jewelry, istri dari Presdir Herdian Group … bagaimana Sonia bisa melakukannya!Selama ini, Sonia tidak pernah kembali dan merespons. Apakah dia sedang menunggu untuk menghancurkan mereka di saat paling bahagia mereka?Pasti seperti itu. Sonia memang licik.Panggilan Keluarga Tamara tidak terhubung, sepertinya mereka tidak bisa diandalkan lagi. Keluarga Dikara telah celaka. Reza dan Keluarga Bina tidak akan melepaskan Keluarga Dikara!Ketika melihat Reviana yang semakin emosi, Stella membalikkan tubuhnya berjalan ke lantai atas dengan tatapan datar. Dia kembali ke kamarnya sendiri, lalu menelepon, “Kamu lagi di mana?”Welly membalas, “Kak, apa sudah terjadi sesuatu dengan Keluarga Dikara?”“Iya!”“Kalau begitu, kamu cepat pergi, jangan tunda waktu lagi!” Welly merendahkan suaranya. “Lagi pula, aku sudah mendapatkan uang.
Sejak lahir, Sonia sudah berjalan berlawanan arah dengan Keluarga Dikara. Sekarang dia sudah memiliki begitu banyak, tidak mungkin baginya untuk kembali dan mencari kembali kekurangan dari Keluarga Dikara.Selama belasan tahun hidup di luar, setiap harinya dia hanya memikirkan bagaimana caranya untuk bertahan hidup, sedangkan setiap harinya Stella berpikir bagaimana menikmati hidupnya di Keluarga Dikara. Stella yang seperti itu lebih cocok dengan Reviana. Sonia pun merupakan satu-satunya yang tidak cocok di antara mereka!Jadi, saat bertemu waktu itu, mereka pun sudah ditakdirkan untuk memiliki akhir seperti ini.“Boleh serakah!” Reza menatap wajah indah Sonia. “Aku akan memberimu semua yang kamu inginkan!”“Jangan bohongi aku! Kamu bahkan nggak kasih aku makan es krim!” Sonia tersenyum lebar.“Kamu boleh coba minta yang lain!” Terdengar nada hasutan dari suara Reza.Sonia memutar bola matanya. “Bagaimana dengan kasih seorang ibu?”Reza langsung menunjukkan ekspresi canggung. Tatapanny