Yandi menutup pintu kamar. Raut wajahnya kelihatan sangat muram. “Tasya, kamu lagi ngapain? Herlie itu kekasihnya Leon. Kenapa kamu malah persulit dia?”Tasya menunduk dan tidak berbicara. Dia melarang Herlie ke restoran juga demi kebaikan Leon. Dia tidak berharap Leon dan Yandi bertengkar hanya demi seorang wanita. Wanita itu pasti memiliki perasaan terhadap Yandi. Firasat Tasya tidak akan salah!Namun, Tasya juga tahu Yandi tidak akan percaya dengan ucapannya sekarang. Dia pasti mengira Tasya sedang memprovokasi hubungan mereka!Yandi melembutkan nada bicaranya dan mencoba untuk membujuk, “Dia memang tidak seharusnya memetik bungamu. Tapi sekarang bunga itu sudah dipetik. Lagi pula, bunga masih bisa mekar lagi. Kelak aku akan menyiramnya dengan rajin!”Sebenarnya Tasya bukan sedang marah soal masalah bunga. Dia pun berkata dengan kesal, “Aku nggak suka sama Herlie. Aku nggak ingin dia ke restoran!”Yandi sungguh tidak mengerti. “Kenapa kamu tidak menyukainya?”Tasya tidak berbicara.
“Jadi, apa maumu? Kita lagi pacaran. Apa kita mesti ke hotel?” Jason tersenyum tipis.Kelly menunduk. “Kita bisa berhubungan seperti kekasih biasa.”Jason menatapnya, lalu berkata dengan nada bercanda, “Maksudmu, kita mulai hubungan kita dari gandengan tangan dulu? Dua atau tiga bulan kemudian, kita baru boleh ciuman. Setengah tahun kemudian, kita pun baru boleh berhubungan di ranjang?”Raut wajah Kelly berubah muram. “Aku tahu kamu nggak pernah berpacaran seperti itu. Kamu suka yang serba cepat. Kamu suka yang bisa berhubungan di ranjang kapan saja dan juga bisa mengakhiri hubungan kapan saja.”Jason menggenggam tangan Kelly. “Aku lagi bercanda. Kenapa kamu malah marah?”Kelly juga merasa reaksinya terlalu berlebihan. Dia pun berkata dengan tersenyum, “Maafin aku.”“Dulu aku memang suka yang serba cepat. Tapi sekarang aku tidak suka yang cepat-cepat. Boleh?” tanya Jason dengan tersenyum.Wajah Kelly seketika merona. Dia menggigit bibirnya dan tidak berbicara.“Reza dan Sonia sudah pul
Reza tersenyum sembari bersandar di sofa. Dia tidak berbicara sama sekali.Jason langsung merespons ternyata Reza sedang sengaja. Dia pun mendengus dingin. “Dia sudah mencampakkan anaknya sendiri. Meski dia kemari, aku juga tidak khawatir.”Jason juga tidak percaya Kelly akan sebodoh itu. Dia tidak mungkin bersedia kembali bersama pria yang telah mencampakkannya!Reza tersenyum. “Maksudku, saat ngomongin orang lain, coba kamu pikirkan dirimu dulu.”Jason melirik Reza. Tiba-tiba dia tersenyum. Dia malah berkata dengan serius, “Sepertinya aku benar-benar menyukai Kelly!”Dulu Jason akan berpacaran dengan wanita yang dia sukai, lalu berpisah setelah rasa suka itu memudar. Bahkan, Jason masih bisa berteman dengan mantannya. Namun, Jason tidak bisa bersikap seperti itu terhadap Kelly.Awalnya Jason tidak bisa terima lantaran dijebak oleh Kelly. Itulah sebabnya, dia mulai jijik untuk berhubungan dengan wanita mana pun. Dia pun ingin Kelly menebus kesalahannya.Jason mengira setelah mendapatk
Jason mengangkat dagu Kelly. “Apa kamu masih berharap aku akan melepaskanmu setelah tiga bulan?”Kelly menatapnya. Dia refleks mengangguk.Jason tersenyum sinis. “Kalau kamu ingin aku melepaskanmu, seharusnya kamu biarkan aku menginap di sini. Dengan begitu, aku akan cepat bosan sama kamu, hubungan kita pun akan segera berakhir. Gimana?”Wajah Kelly kelihatan agak pucat. Dia mengangguk dengan perlahan. “Oke!”Tatapan Jason seketika menjadi muram. Tak disangka Kelly malah menyetujuinya? Tangan Jason yang mencubit dagu Kelly semakin erat lagi. Dia menunduk, lalu mencium bibir Kelly dengan kuat.Kelly kesakitan, segera meronta. “Jason, kamu jangan menggila lagi! Sakit!”“Tahan!” Terdengar suara serak Jason.Jari tangan Kelly berhenti di pinggang Jason. Ini adalah titik kelemahan Jason. Dia takut geli. Sesuai dugaan, setelah pinggangnya disentuh Kelly, tenaga Jason pun tidak sekuat tadi lagi.Kelly segera membalikkan tubuhnya untuk menuruni ranjang. Namun, si pria langsung berdiri di depan
Setibanya di Kediaman Keluarga Herdian, Lysa yang mendengar suara sambutan pelayan pun langsung berjalan keluar rumah. “Kenapa baru datang? Aku sudah menunggu dari tadi pagi. Lain kali, kalian sarapan di rumah.”Reza tersenyum datar. “Apa Ibu tidak memperbolehkan kami untuk bangun siang di akhir pekan?”Lysa pun berkata, “Benar juga. Kalau begitu, siang dan malam hari kalian di rumah saja.”Kemudian, Lysa menggandeng tangan Sonia berjalan ke ruang tamu. “Kamu tidak usah ajar Tandy dulu. Ibu sudah masakin sup sarang burung walet buat kamu. Kamu minum dulu.”“Ibu!” Reza langsung menarik tangan Sonia. “Sonia ajar Tandy dulu. Ibu jangan terlalu antusias. Kelak kami akan sering pulang.”Lysa masih menarik tangan Sonia. “Aku sudah menunggu selama beberapa hari. Apa aku tidak boleh bicara sama Sonia?”Diana berjalan menghampiri dengan tersenyum. “Sonia sudah ditakdirkan untuk menjadi bagian Keluarga Herdian. Sejak pertama kali Ibu bertemu dengan Sonia, Ibu pun sangat menyukainya. Kalau wanita
Meskipun mereka bukan teman, setidaknya Tasya adalah karyawan Yandi. Saat Tasya tiba-tiba tidak ingin bekerja lagi, kenapa Yandi tidak membujuknya sama sekali? Bukannya Yandi sangat setia kawan? Kenapa Yandi malah bersikap sadis terhadapnya!Padahal mereka telah kenal lama, apa hubungan mereka tidak tergolong teman? Oh ya! Yandi memang ingin mengusir Tasya, hanya Tasya saja yang bersikeras ingin bekerja di restorannya!Hati Tasya terasa sangat penat. Saking penatnya, dia merasa kesulitan untuk bernapas. Tasya menggenggam erat ponselnya. Dia merasa sangat marah dan juga malu saat ini. Baguslah jika Tasya tidak bekerja lagi! Sebelumnya Tasya mengira Yandi sangatlah baik, ternyata ….Pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara ketuk pintu. Tasya mengira Diana yang sedang mengetuk pintu. Dia segera menyeka air matanya, lalu pergi membuka pintu dengan berlagak tidak terjadi apa-apa. Saat pintu dibuka, malah tampak Sonia sedang berdiri di depan sana.Sonia menatap mata Tasya sembari mengangkat
Sonia memasuki kamar Tandy. Dia pun mengakhiri permainannya, lalu melihat jam sekilas. Terdengar nada kesal dari suara Tandy. “Kamu sudah terlambat setengah jam. Kamu lewat berapa rintangan dulu baru bisa ke kamarku?”“Itulah sebabnya aku menyuruhmu jangan mengekspos hubungan kami. Sekarang kamu sudah mengerti penderitaanku, ‘kan?” Sonia menghela napas ringan.“Kamu sudah menjadi kesayangan keluarga kami. Kamu malah menderita?” Tandy mengendus.“Gimana kalau kamu coba dulu?” Sonia mengangkat-angkat alisnya.Tandy terkekeh. “Ayo, mulai kelas!” Saat Tandy membuka buku, tiba-tiba dia bertanya, “Lain kali kalau pihak sekolah suruh aku bawa wali murid, kamu tidak tergolong lagi menyamar jadi bibiku lagi, ‘kan?”Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Dulu juga nggak tergolong lagi menyamar.”Tandy pun tersenyum ketika mendengar jawaban blak-blakan Sonia. “Kenapa kamu tidak beri tahu aku dari awal? Kamu malah bikin aku gugup saja.”“Aku juga merasa gugup!”“Ngapain kamu merasa gugup?” t
”Kami datang untuk makan steamboat!” balas Sonia dengan tersenyum.“Selamat datang!” Usai berbicara, Bruno baru menyadari keberadaan Tasya. Di hadapan Reza, dia juga tidak berani bersikap terlalu ramah seperti biasanya. Dia hanya berkata dengan tersenyum, “Tadi aku baru tanya kenapa kamu tidak datang hari ini. Ternyata kamu datangnya sama Sonia.”Tasya menggigit bibir bawahnya dengan perlahan. Sebenarnya dia ingin bertanya pada Bruno, jangan-jangan Yandi tidak mengatakan masalah pelunasan gajinya? Namun, dia tidak menanyakannya.Bruno membawa mereka untuk duduk, lalu berkata dengan tersenyum, “Ayo, duduk dulu. Aku ke dapur untuk beri tahu Bos.”Sonia berkata, “Aku ikut.”Karyawan yang lain juga datang untuk menyapa Tasya. Reza tersenyum datar. “Ternyata kamu cukup terkenal di sini!”Tasya merasa agak gugup. “Paman, mereka nggak seperti yang kamu pikirkan. Mereka semua sangat setia kawan. Mereka memang pernah melakukan kesalahan, tapi mereka juga difitnah atau melakukannya dengan terpak
Raut wajah Tensiro berubah drastis. Dia melangkah mundur dengan ketakutan. “Jangan bunuh aku!”“Aku mohon sama kamu! Aku juga terpaksa. Anggota keluargaku ada di tangan Tritop. Aku juga kehabisan akal ….”Suara tembakan terdengar!Suara ketakutan Tensiro pun berhenti!Pada saat bersamaan, wanita di belakang segera berlari maju hendak mendorong Tensiro. Peluru itu memelesat menggores lengan si wanita, lalu menembus ke dalam dada Tensiro. Tensiro terbelalak lebar, lalu memegang dadanya, sontak melangkah mundur. Darah segar mengalir. Tidak lama kemudian, kelima jari tangan Tensiro berlumuran darah.Tensiro bersandar di rak buku dengan mata terbelalak lebar dan mengambil napas dengan mulutnya.Si wanita memegang pundaknya yang terluka, kemudian menoleh untuk menatap Sonia sembari mengangkat tangannya menunjuk ke sisi komputer.“Suki, coba kamu lihat, rekan satu timmu sudah hampir mati!”Ketika Sonia mendengar nama Suki, kepalanya kembali terasa sakit. Dia berusaha untuk menahan rasa sakit,
Sonia mengangguk, lalu menodong senjata ke wanita itu, menyuruhnya untuk duduk di atas ranjang.Wanita itu sangat patuh. Dia menatap Sonia dengan takut, kemudian menuruti kemauannya untuk duduk di sisi ranjang.Beberapa saat kemudian, Tensiro datang dengan buru-buru. Pintu kamar dibuka. Ketika Tensiro melihat wanitanya sedang duduk di atas ranjang, dia pun segera bertanya dengan perhatian, “Sayangku, ada apa sama kamu?”Belum sempat wanita itu bersuara, sosok manusia di belakang langsung menghantam leher Tensiro dengan kuat. Saking kuatnya, Tensiro jatuh pingsan di tempat.Wanita yang duduk di sisi ranjang itu merasa kaget hingga menutup mulut dengan kedua tangannya.Saat Sonia menatap Tensiro yang pingsan, terdengar suara Frida di telinganya. “Bawa dia ke ruang baca. Hanya dia saja yang boleh menyentuh mouse. Buka komputer itu. Bisa jadi aku akan menemukan petunjuk baru.”Sonia mengangguk dengan perlahan. Dia mengangkat Tensiro, lalu membawanya ke ruang baca. Tiba-tiba Sonia melirik w
Setelah pintu ditutup, kepala Sonia terasa sakit. Dia terpaksa berbaring di atas ranjang untuk menenangkan dirinya.Sonia memalingkan kepalanya melihat kalung di samping ranjang. Senyuman seketika merekah di atas wajahnya. Dia mengambil kalung itu, lalu mengenakannya di leher, dan menempelkannya di atas kulit tubuhnya.Dalam seketika, Reza mengirim pesan untuknya.[ Sayang, selamat pagi! ]Sonia mengirim foto matahari di Istana Fers kepada Reza.[ Reza: Aku akan pergi pada jam delapan. Kita mesti selalu berhubungan. Aku akan segera kembali. ][ Sonia: Kamu nggak usah mencemaskanku. Bisa jadi aku duluan mencarimu! ][ Reza: Jangan mencariku. Kalau kamu duluan menyelesaikan misimu, kamu tunggu aku di vila semalam. ][ Sonia: Oke! ][ Reza: Aku mencintaimu! ]Sonia menatap kata-kata yang muncul di atas layar ponselnya. Perasaan di hatinya bergejolak. Bahkan, air mata membasahi matanya. Belakangan ini Sonia agak emosional.Sonia menarik napas dalam-dalam, lalu membalas dengan serius.[ Aku
Akhirnya malam yang mengerikan telah berlalu!Sonia merasa sangat lelah. Sniper menyuruhnya untuk istirahat sebentar. Serigala juga melepaskan pakaiannya untuk membungkus tubuh Sonia sembari mengusap kepalanya. Senyuman terlihat di atas wajah yang berlumuran darah. Dia berkata dengan tersenyum, “Kita tidur sebentar lagi. Kita akan bangunkan kamu setelah langit terang!”Dengan segera, Sonia mulai tertidur. Entah sudah tidur berapa lama, dia mendengar ada yang memanggilnya. “Suki!”“Sudah saatnya bangun!”“Kita mesti pergi!”Sonia meronta di dalam mimpinya. “Jangan pergi!”Sonia melebarkan matanya melihat bayangan tubuh buram Serigala, Phantom, Kalong, dan yang lain. Mereka berdiri di depan Sonia untuk memanggilnya dan membangunkannya!“Bangun, ada misi baru lagi!”“Kita harus segera ke sana!”“Suki, kamu sanggup, nggak?”Sonia berusaha untuk tersadar dari alam mimpinya, tetapi pandangannya masih tetap terlihat buram. Dia kedengaran suara Serigala dan yang lain sedang berusaha untuk memb
Di dalam vila, Kase sedang menunggu Sonia dengan duduk di dalam ruang tamu. Ekspresinya kelihatan sangat muram. Ketika melihat kedatangan Sonia, dia langsung menatap Sonia dengan tatapan rumit.Sonia mengabaikan tatapan curiga Kase, lalu pergi ke sisi kulkas untuk mengambil air. Setelah itu, dia bersiap-siap ke lantai atas.“Berhenti!” panggil Kase, “Kamu tidak menjelaskan, malah langsung pergi begitu saja?”Sonia menoleh. Ekspresinya kelihatan tenang. “Apa?”Kase berdiri, lalu berjalan mendekatinya. Tatapannya kelihatan tajam ketika menatap Sonia. “Tadi sore kamu pergi bersama Raja Bondala? Sekarang apa hubungan kamu dengan dia?”“Seharusnya itu tergolong masalah pribadiku!” balas Sonia dengan suara datar.Kase mengerutkan keningnya. Bola mata cokelatnya semakin tajam saja. “Sonia, jangan coba-coba untuk mendekati Raja Bondala. Kamu kira apa yang bisa dia berikan kepadamu? Dibandingkan dengan dia, aku lebih aman untuk kamu. Karena aku menyukaimu. Aku tidak akan melukaimu lagi. Aku jug
Sonia menggenggam telapak tangan Reza, lalu meletakkannya di atas kening. “Nggak kenapa-napa. Sepertinya aku mengingat memori yang nggak bagus.”“Memori masa kecil?” Reza membungkukkan tubuhnya untuk memeluk Sonia. “Semuanya sudah berlalu. Aku akan memberikan semua yang kamu tidak miliki. Percaya sama aku!”Sonia mengangguk. “Aku tahu.”Di hati Sonia, Reza mengalahkan segalanya!Reza mengambil kue tar, lalu menyuapi Sonia. “Ayo, dicicip. Kalau kamu suka, setiap tahunnya aku akan buat kue tar sendiri buat kamu!”Sonia langsung membuka mulutnya untuk menggigit kue tar itu. Kedua matanya sudah kembali berkilauan. “Enak sekali!”Reza pun tersenyum lebar semabi menatap Sonia. Tatapannya penuh dengan rasa kasih sayang.Saat Sonia tidak berada di tempat, meski Reza memberikan semuanya kepada Sonia, dia tetap merasa belum cukup. Namun sekarang Sonia sudah berada di sisinya, meski hanya menyuapi Sonia sesuap kue saja, dia pun merasa sangat puas.…Saat perjalanan pulang, Reza membawa Sonia untu
“Aku punya pemikiran seperti itu, tapi ucapanku pasti nggak sebagus kamu.” Senyuman Sonia sangat bersih dan lembut.Senyuman di wajah Reza semakin lebar lagi. Dia berdiri, lalu menarik Sonia ke dalam pelukannya, lalu memeluk Sonia dengan erat. “Kenapa kamu imut sekali?”Sonia memeluknya, lalu mengangkat tangannya melihat cincin di tangannya. Berlian yang besar itu kelihatan berkilauan.Reza melepaskan Sonia, lalu mengambil cincin untuk memasangkannya di jari manis kiri Sonia. Cincin berbentuk mahkota kelihatan berkilauan di atas jari tangan kurus Sonia. Ukuran cincin cocok dengan jari tangan Sonia, seolah-olah memang tercipta untuknya.Reza menggenggam telapak tangan Sonia, lalu menciumnya. “Aku tahu sebelum besok, kamu mesti melepaskan cincin ini. Setelah besok, aku akan memasangkan cincin ini ke tanganmu lagi.” Reza mengangkat kepalanya untuk menatap Sonia. “Ratuku!”Di tengah keheningan taman, di bawah sinar bulan yang lembut, mawar-mawar bermekaran dengan indah. Sekeliling sunyi se
“Bagaimana cara buatnya?”Reza langsung menggendong Sonia ke atas meja. Dia menyerahkan buah yang sudah selesai dipotong kepada Sonia. “Kamu cukup lihat aku saja!”Sonia memang mangkuk salad buah. Dia sungguh menantikan hasil karya pria ini.Reza menggulung lengan kemejanya dan mulai menyiapkan adonan dasar kue. Dia memasukkan mentega dan gula pasir ke dalam mangkuk mixer, lalu mengaduknya dengan kecepatan tinggi.Setelah itu, Reza menambahkan putih telur dan baking powder, lalu terus mengaduk adonan hingga merata.Terakhir, Reza memasukkan tepung terigu dan bubuk kacang yang sangat halus, mencampurnya hingga menjadi adonan lembut, kemudian menuangkannya ke dalam cetakan sebelum memasukkannya ke dalam oven.Pria itu mengenakan kemeja hitam, memperlihatkan sebagian lengan bawahnya yang berotot dan jari-jari panjang dengan tulang-tulang yang tegas. Setiap gerakannya begitu teratur serta penuh teliti, membuatnya terlihat sangat menarik.Sonia yang berdiri di samping memperhatikannya. Dia
Reza membalas, “Setelah aku menghancurkan bom kobalt, aku akan segera ke Istana Fers. Rayden sangat memahamimu. Jadi, kamu mesti memperhatikan keselamatanmu. Aku merasa dibandingkan dengan Tritop, dia lebih ingin menghadapimu.”“Aku mengerti!” Morgan pun tersenyum. “Hari ini adalah hari ulang tahun Sonia. Sudah malam, aku beri sisa waktu untuk kalian. Aku pamit dulu!” Kemudian, Morgan melihat ke sisi Sonia. “Selamat ulang tahun!”“Jaga dirimu. Jangan lupa dengan apa katamu. Kamu akan pulang bersamaku untuk mengunjungi Kakek!” Kening Sonia kelihatan berkerut.“Emm!” Morgan mengangguk dengan kuat, kemudian menepuk pundak Sonia. Dia berpamitan dengan Reza, lalu berbalik untuk meninggalkan tempat.Setelah sosok pria tinggi itu menghilang, Sonia menoleh menatap ke luar jendela. Dia melihat Morgan memasuki mobil, lalu meninggalkan vila.Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Jangan khawatir. Kamu mesti melindungi dirimu dalam misi besok.”Pelukan Reza sangat erat. Dia memejamkan matanya,