Sonia menggenggam tangannya. “Bukan cemas, tapi Kakek sudah hampir buat aku jantungan. Aku sudah bilang sama Dokter Herman, hari ini aku akan bawa Kakek ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan tubuh.”Jemmy langsung mengerutkan keningnya. “Bukannya Kakek sudah sembuh? Untuk apa melakukan pemeriksaan lagi? Nantinya malah muncul penyakit lain.”Reza juga ikut membujuk, “Aku sudah berpesan, setelah sampai di rumah sakit nanti, Kakek akan langsung melakukan pemeriksaan. Kakek tidak usah menunggu lagi.”“Begitu mencium bau disinfektan rumah sakit, kepalaku langsung sakit. Bisa jadi nanti aku malah sakit lagi,” ucap Jemmy sembari memberi isyarat mata kepada Dokter Herman.Herman juga merasa tidak berdaya. Dia hanya tersenyum tipis, lalu berkata, “Kalau Pak Jemmy tidak ingin pergi, jangan dipaksa juga. Dulu setiap bulannya aku selalu datang untuk memeriksa denyut nadi Pak Jemmy. Mulai saat ini, aku akan mengganti jadwal menjadi sepuluh hari sekali. Kemudian, aku akan membukakan resep obat
“Apa?” Sonia mengangkat kepalanya.“Semalam ketika aku pulang ke rumah dan menyadari barang-barangmu tidak ada di rumah lagi, aku kira kamu akan meninggalkanku lagi.” Reza mengusap keningnya. Tatapannya berubah muram. “Jantungku sudah hampir copot.”Hati Sonia terasa lara. Dia menunduk sembari berkata, “Aku akui beberapa hari ini aku memang sudah berpikir kebanyakan. Apalagi ketika melihat Gina tidur di ranjangmu. Hatiku terasa nggak nyaman.”“Aku tahu, semua itu salahku!” Reza segera berkata, “Aku sudah menyuruh orang untuk mengganti ranjang itu.”Sonia tertegun sejenak, lalu tertawa.“Apa yang sedang kamu tertawakan?” Tatapan Reza kelihatan berkilauan. Dia menggigit ujung bibirnya, lalu tersenyum. “Setelah pulang ke Jembara, aku akan bawa kamu untuk melihatnya.”Sonia menggeleng. Senyuman di wajahnya semakin lebar lagi.Reza sungguh menyukai senyumannya yang seperti ini. Dia spontan menunduk untuk mengecup bibirnya dengan lembut.Sonia takut ada yang lewat. Dia segera mendorong Reza.
Kali ini tidur Sonia sangatlah lelap. Dia bahkan tidak memimpikan apa pun. Saat terbangun lagi, matahari sudah terbit. Sinar matahari memancar ke dalam kamar.Begitu Sonia membuka matanya, tampak seorang pria sedang menatapnya dengan tersenyum. Ujung bibir Sonia juga ikut melengkung ke atas.Hati Reza pun tergerak ketika melihat senyuman Sonia. Dia spontan mencium ujung mata Sonia, lalu mengulum bibir lembutnya. “Sayangku, katakan kamu cinta sama aku!”“Aku mencintaimu!” ucap Sonia tanpa ragu sama sekali.Tenggorokan Reza seketika terasa kering. Suaranya terdengar magnetis. “Ulangi lagi.”Sonia spontan tersenyum. Dia menghindar dari bibir hangat si pria. “Reza, kamu nggak ada kerjaan, ya?”“Tidak ada!” Reza menggigit dagu Sonia. “Sebelumnya kamu sering mengatakan kamu tidak mencintaiku lagi. Sekarang kamu mesti membalasnya seratus kali lipat!”Sonia yang diusik Reza itu terpaksa berkata, “Waktu kita masih panjang. Kenapa kamu malah buru-buru?”Gerakan tangan Reza berhenti. Dia menatap
Reza segera menyingkirkan pemikiran Sonia. “Tidak mungkin! Resepsi pernikahan tetap akan diadakan.”Sonia melirik Reza dengan malas-malasan. “Aku mengerti!”Sonia menggenggam tangan Jemmy. “Kakek nggak usah khawatir dengan masalah resepsi pernikahanku. Hal yang paling penting saat ini adalah masalah kesehatan Kakek. Asal Kakek sehat-sehat, aku akan menurutimu semua kata-katamu.”“Kakek sangat jelas dengan kesehatanku. Kakek masih bisa temani kamu 30 tahun lagi. Kamu jangan cemas, ya.” Senyuman di wajah Jemmy terlihat lembut.Sonia mengangguk. “Kakek tidak boleh ingkar janji!”Reza berkata, “Aku jadi saksi mata.”Jemmy pun tersenyum lebar.Ketika mendengar suara tawa Jemmy, akhirnya Sonia bisa merasa tenang.…Kondisi kesehatan Jemmy mulai memulih. Dia sudah bisa menuruni ranjang pada hari ketiga. Dia pun sedang bermain catur dengan Reza.Pada hari keempat, Jemmy ribut hendak pergi ke gunung belakang. Namun, Sonia mengadangnya di pintu belakang. Jemmy pun bertanya pada Reza dengan emosi
Setelah pion di atas papan catur sudah penuh, tetiba ponsel yang diletakkan di samping Sonia bergetar. Kening Reza spontan berkerut. Baru saja dia hendak mengubah mode diam, Sonia pun sudah terbangun. Dia yang masih linglung itu mengulurkan tangan untuk mengambil ponselnya.Kepala Sonia bersandar di atas paha Reza. Dia membuka layar ponsel, lalu tampak ada pesan yang dikirim oleh Cindy.[ Sonia, semalam kamu sudah nonton acara belum? Kali ini, aku dan Angie dapat juara pertama. ]Di bawahnya, Cindy menambahkan emotikon tertawa lebar.Sonia pun tersenyum tipis.[ Selamat. ]Selama beberapa hari ini, Sonia terus menemani kakeknya. Dia bahkan lupa untuk menonton program acara Cindy. Hanya saja, sepertinya Cindy cukup puas dengan hasilnya.Cindy mengetik. [ Pak Venick hebat sekali. Sekarang semua orang sedang membahas masalah jahitan bunga peony-nya. Apa kamu sudah melihatnya? Pagi hari ini, berita ini pun sudah viral di media. ]Semuanya sesuai dengan dugaan Sonia. Teknik jahitan Venick
Sonia memandang si perempuan, lalu menyadari dia sepertinya pernah bertemu dengannya. Dia pun tersenyum sembari mengangguk.Perempuan ini sudah naik jabatan menjadi manajer toko. Dia membantu Sonia untuk meng-upgrade porsi es krim Sonia menjadi ukuran besar. Dia berkata dengan tersenyum, “Biar aku traktir saja. Aku harap kita bisa sering ketemuan di kemudian hari.”Sonia mengambil kotak es krim, lalu berterima kasih kepadanya.Saat hendak keluar toko, ada dua orang wanita sedang melirik Reza yang sedang duduk di samping jalan.“Ganteng sekali!”“Dia berwibawa banget, ya. Apa dia itu aktor?”“Seharusnya bukan? Kalau ada aktor setampan ini, dia pasti akan sangat populer. Mana mungkin kita nggak tahu?”“Gimana kalau kita minta nomor WhatsApp-nya?”“Dia kelihatan dingin banget. Nggak berani, ah!”“Ayo, coba dulu. Gimana kalau dia itu pasangan yang dikirim Tuhan buat kita?”“Kalau begitu, barengan yuk. Jangan takut-takut!”Sonia memperlambat langkah kakinya. Setelah mendengar perbincangan k
Dua tahun sudah berlalu. Semua yang ada di sini masih seperti dahulu kala. Bahkan, posisi bangku panjang ini juga tidak berubah.Ada banyak orang yang memberi makan burung merpati di lapangan. Ada juga yang sedang melepaskan layang-layang. Matahari hampir terbenam. Suara tawa di dalam lapangan terdengar semakin keras lagi.Reza duduk bersandar di bangku, lalu memalingkan kepala untuk melihat Sonia. Dia berkata dengan tersenyum, “Katakanlah, sudah berapa kali kamu membohongiku?”Ketika pertama kali ke sini, lantaran bekerja sama dengan Maxwell, mereka berdua pergi ke Kediaman Keluarga Bina untuk mencari gelang giok itu. Itu juga pertama kalinya mereka datang ke lapangan ini. Sonia memberitahunya bahwa rumahnya tidak jauh dari tempat ini.Kedua kalinya, di saat mereka melakukan panggilan video di saat hari raya, Sonia sedang duduk di bangku ini, tetapi dia masih tidak memberi tahu Reza bahwa dia pulang ke Kediaman Keluarga Bina.Sonia mengangkat-angkat alisnya dengan rasa bersalah. “Pada
“Memangnya bukan?” tanya Reza dengan bercanda.“Bukan! Aku nggak bakal mengakuinya!” Sonia pun langsung mengangkat-angkat alisnya.“Emm, aku akan beri tahu mereka. Aku duluan yang jatuh cinta sama kamu. Kamu terpaksa menerimaku!”Sonia tersenyum. “Kalau kamu bicara seperti itu, nanti anggota keluargamu pasti curiga kamu lagi belain aku!”Reza menggenggam erat tangan Sonia. “Ibuku sangat menyukaimu. Meskipun kamu sengaja mendekatiku, dia juga akan merasa sangat gembira.”“Gimana dengan ayahmu?” tanya Sonia dengan tidak tenang.”Reza membalas, “Semua itu hanyalah salah paham saja. Welly sengaja membuat onar di hadapan ayahku. Itulah sebabnya ayahku curiga dengan hubungan kita. Sekarang salah paham itu sudah diselesaikan. Ayahku juga tidak akan menentang hubungan kita.”“Gimana kalau ditentang?” tanya Sonia.“Tidak usah berpikir kebanyakan. Selama ada aku, kamu tidak usah berpikir yang tidak-tidak.” Nada bicara Reza sangat lembut. Tatapan Reza seketika berkilauan. Tetiba nada bicaranya ju
Sonia menoleh ke arah Kase, lalu bertanya, "Bisakah kamu membantuku?""Kamu berbicara padaku sambil mengenakan baju seperti itu, tentu saja aku nggak akan menolak." Kase menyerahkan gelas minuman yang dipegangnya kepada Sonia, lalu menambahkan, "Minum ini dulu!"Sonia mengambilnya dan langsung menghabiskannya dalam satu tegukan. Mata Kase yang indah makin bersinar. Dia pun bertanya, "Katakan, apa yang harus aku lakukan untuk membantumu?""Tolong bantu aku menyelamatkan gadis itu. Bisakah kamu melakukannya?" tanya Sonia.Kase melirik ke arah panggung, lalu bertanya, "Itu gadis yang kamu selamatkan kemarin?" Dia mengernyit sebelum menambahkan, "Biar kuperingatkan, kamu sudah menyelamatkannya sekali."Bagi Kase, menyelamatkan seseorang untuk pertama kalinya masih bisa dimaklumi sebagai bentuk belas kasihan. Namun jika orang tersebut kembali terjebak dalam bahaya, itu berarti dia bodoh dan tak perlu diselamatkan lagi.Kase mengangkat alis, lalu menatap Sonia sambil melanjutkan, "Aku nggak
"Ivy, lihat! Itu gadis dari Cendania!" Gadis pirang di sebelah Sonia menggenggam tangannya dengan penuh semangat.Sonia dengan halus menghindari genggamannya, tetapi dia tertegun sejenak ketika melihat gadis di atas panggung. Itu ternyata gadis yang kemarin dia temui di luar toserba, Hallie. Dia telah ditangkap, lalu dijual ke tempat ini.Di Hondura, seorang gadis cantik bisa dijual hingga 5.000 dolar Amwrika. Sonia terlihat mengernyit. Sepertinya Hallie sama sekali tidak mendengarkan nasihatnya dan tetap keras kepala mencari pacarnya.Hallie terbangun di atas panggung. Melihat orang-orang di sekelilingnya yang memandangnya seperti serigala, dia sangat terkejut.Dengan ketakutan, Hallie berusaha bangkit untuk melarikan diri, tetapi setelah itu dia menyadari bahwa dirinya hanya mengenakan bikini. Dalam sekejap, dia memeluk tubuhnya erat-erat dan duduk kembali dengan cemas.Juru lelang mulai menyebutkan harga awal. Wajah Hallie kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba, dia
"Baiklah!" Sonia membawa kotak camilan ke dalam, diikuti oleh pria kulit putih itu. Selama waktu ini, Sonia mendengar suara percakapan pria dan wanita dari arah ruang tamu.Ekspresi Sonia tetap tenang. Setelah meletakkan makanan di atas meja, dia berbalik dan berjalan keluar. Pria itu mengikutinya dari belakang dan menutup pintu.Sonia kembali mendorong troli menuju lantai atas. Setelah mengantarkan 12 porsi camilan, dia tetap tidak menemukan orang yang sedang dia cari.Namun, Sonia tidak terburu-buru. Ini baru hari pertama. Saat dia hendak membawa troli kembali ke lantai satu, tiba-tiba seorang gadis lain yang juga mengenakan seragam pelayan berlari menghampirinya.Gadis itu menarik tangannya dengan penuh semangat, lalu berucap, "Jangan sibuk lagi. Malam ini ada lelang, sebentar lagi bakal dimulai!"Gadis itu menarik Sonia menuju lift. Mereka naik ke lantai 32 yang ternyata adalah sebuah bar. Istana Fers yang terlihat sunyi dan tak berpenghuni di siang hari, berubah menjadi tempat yan
Sonia tidak menghiraukannya dan hanya menunduk untuk melanjutkan makan steik. Kase memandang Sonia dengan ekspresi kesal dan tak berdaya. Dia menambahkan, "Eh, jangan menindasku seperti ini dong! Bicaralah sesuatu yang bisa aku mengerti!"Namun, Sonia tetap serius menyantap makanannya. Dia membiarkan pria itu terus mengoceh tanpa memberikan tanggapan.Setelah selesai makan, Sonia bertanya dengan tak acuh, "Apa orang-orang yang meneliti energi baru ini sangat hebat?""Tentu saja! Mereka adalah talenta kelas dunia!" balas Kase dengan penuh keyakinan.Sonia bertanya dengan penasaran, "Kalau begitu, bukannya negara-negara lain juga ingin mendapatkan mereka?"Kase tertawa sebelum menjawab, "Belum ada satu pun yang berhasil merebut mereka dari Istana Fers. Begitu hasil penelitian mereka sukses besar, Rayden akan kasih uang yang cukup untuk menghidupi mereka seumur hidup, lalu memberikan identitas baru agar mereka bisa menikmati sisa hidup dengan tenang."Sonia memandang ke luar jendela, lalu
Himawan menjabat tangan Sonia dengan senyuman ramah yang tulus, lalu berucap, "Selamat datang, Cantik. Semoga kamu bersenang-senang di sini!"Sonia membalas sambil mengangguk, "Makasih!"Kemudian, Himawan mengatur tempat tinggal untuk mereka berdua dan menyuruh pelayan untuk mengantar mereka.Tempat yang disiapkan untuk mereka adalah sebuah vila kecil. Lantai bawahnya terdiri dari ruang tamu dan ruang baca, sementara di lantai atas ada tiga kamar tidur. Dari tampilannya, tempat ini memang sengaja disediakan untuk para tamu yang berkunjung.Malam telah tiba. Begitu mereka masuk ke dalam, semua lampu di ruangan menyala secara otomatis.Seorang pelayan mendorong troli makan ke dalam, lalu menata berbagai makanan lezat di atas meja makan dan diakhiri dengan sebotol anggur merah Lafite yang mewah. Pelayan itu berujar dengan sikap hormat, "Semoga kalian menikmati makan malam ini."“Kehadiranku mungkin akan sedikit mengganggu seleramu, tapi malam ini kita harus makan bersama!" ucap Kase sambi
“Belum!” Kase tersenyum. “Aku haus mau minum kopi. Kamu mau?”Sonia memalingkan kepalanya. Dia melihat memang ada sebuah toko kopi kecil di pinggir jalan. Saat ini, Sonia menggeleng. “Nggak mau. Kamu pergi sendiri saja!”“Kalau begitu, aku pergi dulu, tidak lama, kok!” Kase menuruni mobil, lalu berjalan ke sisi toko kopi.Sonia melihat bayangan tubuh si pria. Dia melihat setelah Kase selesai membeli kopi, dia tidak segera kembali ke mobil, melainkan mengobrol dengan wanita dengan rambut dikuncir tinggi.Sonia menopang kepalanya sembari melihat ponselnya. Saat Sonia mengangkat kepalanya lagi, tiba-tiba tidak kelihatan sosok tubuh Kase lagi. Raut wajah Sonia berubah dingin dalam seketika. Dia segera menuruni mobil dan berlari ke sisi toko kopi.Saat tiba di depan pintu toko, langkah kaki Sonia berhenti. Dia melihat di bawah pohon tinggi, Kase sedang berpelukan dan berciuman dengan wanita yang baru dikenalnya tadi.Sonia terdiam membisu. Apa-apaan ini! Sonia pun kembali ke mobil.Setelah
Setelah makan, Sonia pergi menemui Kase.Saat Kase menatap Sonia hanya berpakaian kaus putih dengan celana jeans, keningnya spontan berkerut. “Sepertinya cara berpakaianmu tidak mirip seperti pasanganku?”Sonia menjawab, “Orang-orang juga nggak bakal heran dengan bagaimana penampilan pasangan yang kamu miliki!”Kase tertawa terbahak-bahak. “Kenapa aku selalu suka dengan setiap kata-katamu?” Dia membuka kotak kulit kambing di sampingnya. “Ini untukmu!”Sonia berjalan mendekat untuk melihatnya. Ada sebuah pistol di dalamnya dengan model terbaru MP22 yang bisa memuat 20 butir peluru. Fungsi tetap berjalan stabil di suhu cuaca tinggi maupun dingin. Pistol ini juga memiliki fungsi cahaya layar, membuat pengguna lebih gampang menggunakannya di malam hari.Sonia mengambil pistol. Tiba-tiba dia merasa aman sekarang. “Terima kasih!”“Jangan sungkan. Aku juga mempersiapkannya demi keselamatanku sendiri.” Kase menjulurkan tangannya ke sisi Sonia. “Aku harap kerja sama kita menyenangkan!”Sonia ti
Iya! Ada dirinya di atas papan almarhum.Suki!Tiba-tiba Sonia merasa dunia ini sangat ajaib. Jika dia tidak datang ke Hondura, selamanya dia tidak akan tahu ada orang yang membangun altar untuknya di sini. Perasaan ini benar-benar tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata!Sonia mengambil dupa tersebut. Saat melihat papan namanya sendiri, dia pun tertegun. Kase berjalan ke dalam, lalu mengambil dupa dari tangannya. Setelah dupa dinyalakan, Kase pun memasangnya.Setelah itu, Kase menyeka papan nama itu dengan lembut. Dia bahkan mencium papan nama itu.Kening Sonia berkerut. Dia sungguh tidak tahu harus berbuat apa. “Dia itu wanita idamanmu?”Tatapan Kase tertuju pada nama di atas papan. “Iya, namanya Suki. Namanya bagus, ‘kan?”Sonia tidak menjawab, melainkan bertanya, “Apa kamu nggak tahu biasanya hanya leluhur saja yang diletakkan di dalam aula persembahan seperti ini?”Kase meletakkan papan nama itu kembali ke posisi semula, lalu membalikkan kepalanya untuk berkata, “Dia itu wanit
Sonia mengangkat-angkat alisnya. “Musuhmu?”“Mana mungkin?” Kase tertawa. Dia mengedipkan matanya ke sisi Sonia. “Dia itu wanita idamanku!”Sonia berkata dengan datar, “Sepertinya kamu juga panggil Julie dan Laura yang semalam sebagai wanita idamanmu.”Kase tersenyum tipis. “Apa mereka bisa disamakan?” Usai berbicara, Kase melihat ke sisi Sonia. “Jujur saja, matamu sungguh mirip dengan wanita idamanku!”Semalam saat bertemu Sonia di luar bar, Kase sungguh merasa syok. Dia hampir saja mengira Sonia adalah wanita di dalam foto. Sayangnya, wanita idamannya sudah tidak berada di muka bumi ini lagi.Hanya saja, semua itu tidaklah penting. Hal yang paling penting adalah wanita idamannya akan selalu hidup di dalam hatinya.Sonia berkata dengan suara datar, “Oh, ya?”“Iya! Ngomong-ngomong aku masih tidak tahu namamu?” tanya Kase.“Sonia!”Kase mengangguk. “Nama yang sangat bagus!”Sonia bertanya, “Ada urusan apa kamu mencariku?”Kase tersenyum lembut. “Aku mau pergi ke Istana Fers untuk membah