Setelah pion di atas papan catur sudah penuh, tetiba ponsel yang diletakkan di samping Sonia bergetar. Kening Reza spontan berkerut. Baru saja dia hendak mengubah mode diam, Sonia pun sudah terbangun. Dia yang masih linglung itu mengulurkan tangan untuk mengambil ponselnya.Kepala Sonia bersandar di atas paha Reza. Dia membuka layar ponsel, lalu tampak ada pesan yang dikirim oleh Cindy.[ Sonia, semalam kamu sudah nonton acara belum? Kali ini, aku dan Angie dapat juara pertama. ]Di bawahnya, Cindy menambahkan emotikon tertawa lebar.Sonia pun tersenyum tipis.[ Selamat. ]Selama beberapa hari ini, Sonia terus menemani kakeknya. Dia bahkan lupa untuk menonton program acara Cindy. Hanya saja, sepertinya Cindy cukup puas dengan hasilnya.Cindy mengetik. [ Pak Venick hebat sekali. Sekarang semua orang sedang membahas masalah jahitan bunga peony-nya. Apa kamu sudah melihatnya? Pagi hari ini, berita ini pun sudah viral di media. ]Semuanya sesuai dengan dugaan Sonia. Teknik jahitan Venick
Sonia memandang si perempuan, lalu menyadari dia sepertinya pernah bertemu dengannya. Dia pun tersenyum sembari mengangguk.Perempuan ini sudah naik jabatan menjadi manajer toko. Dia membantu Sonia untuk meng-upgrade porsi es krim Sonia menjadi ukuran besar. Dia berkata dengan tersenyum, “Biar aku traktir saja. Aku harap kita bisa sering ketemuan di kemudian hari.”Sonia mengambil kotak es krim, lalu berterima kasih kepadanya.Saat hendak keluar toko, ada dua orang wanita sedang melirik Reza yang sedang duduk di samping jalan.“Ganteng sekali!”“Dia berwibawa banget, ya. Apa dia itu aktor?”“Seharusnya bukan? Kalau ada aktor setampan ini, dia pasti akan sangat populer. Mana mungkin kita nggak tahu?”“Gimana kalau kita minta nomor WhatsApp-nya?”“Dia kelihatan dingin banget. Nggak berani, ah!”“Ayo, coba dulu. Gimana kalau dia itu pasangan yang dikirim Tuhan buat kita?”“Kalau begitu, barengan yuk. Jangan takut-takut!”Sonia memperlambat langkah kakinya. Setelah mendengar perbincangan k
Dua tahun sudah berlalu. Semua yang ada di sini masih seperti dahulu kala. Bahkan, posisi bangku panjang ini juga tidak berubah.Ada banyak orang yang memberi makan burung merpati di lapangan. Ada juga yang sedang melepaskan layang-layang. Matahari hampir terbenam. Suara tawa di dalam lapangan terdengar semakin keras lagi.Reza duduk bersandar di bangku, lalu memalingkan kepala untuk melihat Sonia. Dia berkata dengan tersenyum, “Katakanlah, sudah berapa kali kamu membohongiku?”Ketika pertama kali ke sini, lantaran bekerja sama dengan Maxwell, mereka berdua pergi ke Kediaman Keluarga Bina untuk mencari gelang giok itu. Itu juga pertama kalinya mereka datang ke lapangan ini. Sonia memberitahunya bahwa rumahnya tidak jauh dari tempat ini.Kedua kalinya, di saat mereka melakukan panggilan video di saat hari raya, Sonia sedang duduk di bangku ini, tetapi dia masih tidak memberi tahu Reza bahwa dia pulang ke Kediaman Keluarga Bina.Sonia mengangkat-angkat alisnya dengan rasa bersalah. “Pada
“Memangnya bukan?” tanya Reza dengan bercanda.“Bukan! Aku nggak bakal mengakuinya!” Sonia pun langsung mengangkat-angkat alisnya.“Emm, aku akan beri tahu mereka. Aku duluan yang jatuh cinta sama kamu. Kamu terpaksa menerimaku!”Sonia tersenyum. “Kalau kamu bicara seperti itu, nanti anggota keluargamu pasti curiga kamu lagi belain aku!”Reza menggenggam erat tangan Sonia. “Ibuku sangat menyukaimu. Meskipun kamu sengaja mendekatiku, dia juga akan merasa sangat gembira.”“Gimana dengan ayahmu?” tanya Sonia dengan tidak tenang.”Reza membalas, “Semua itu hanyalah salah paham saja. Welly sengaja membuat onar di hadapan ayahku. Itulah sebabnya ayahku curiga dengan hubungan kita. Sekarang salah paham itu sudah diselesaikan. Ayahku juga tidak akan menentang hubungan kita.”“Gimana kalau ditentang?” tanya Sonia.“Tidak usah berpikir kebanyakan. Selama ada aku, kamu tidak usah berpikir yang tidak-tidak.” Nada bicara Reza sangat lembut. Tatapan Reza seketika berkilauan. Tetiba nada bicaranya ju
Dulu Lysa memperlakukan Sonia dengan sangat baik. Namun, Sonia malah membohonginya.George dan Tommy pun berdiri. Tommy berkata dengan tersenyum datar, “Biarkan Sonia duduk dulu. Kalau kamu bersikap seperti ini, dia pun akan merasa tidak leluasa.”“Mari duduk di sampingku!” Lysa membawa Sonia untuk duduk di sofa.Sonia mengangkat kepalanya, lalu menyadari Tandy sedang tersenyum padanya. Dia pun merasa semakin canggung lagi.Sonia duduk di samping Lysa. Lysa pun mengambilkan buah-buahan dan menuangkan minuman untuknya. Kemudian, dia kepikiran sesuatu, lalu berpesan kepada pelayan, “Sonia suka makan yang manis-manis. Kalian keluarkan kue keju yang baru selesai dibuat itu.”Reza duduk di hadapan. Dia pun berkata dengan tersenyum, “Ibu, kamu jangan bersikap seperti ini. Dia sudah gugup dari tadi. Kalau kamu bersikap seperti ini lagi, dia jadi tidak tahu harus berbuat apa.”Sonia melirik Reza sekilas. Kenapa Reza cerewet sekali!Lysa berkata dengan tersenyum, “Sonia sudah sering ke rumah. K
Semua orang sedang mengobrol dengan gembira. Suasana terasa sangat menyenangkan.Terkadang tatapan Sonia dan Reza saling bertemu. Ketika melihat senyuman lebar di wajah sang pria, ujung bibir Sonia spontan melengkung ke atas.Sonia sungguh tidak menyangka anggota Keluarga Herdian akan menerimanya dengan segampang ini. Mereka tidak keberatan dengan semua yang dirahasiakan Sonia sebelumnya. Bahkan, mereka juga tidak mempertanyakan maksud utama kedatangan Sonia ke Kediaman Keluarga Herdian. Alhasil, Sonia merasa tidak canggung sama sekali.Sikap pengertian orang tua Reza, George, dan Diana sungguh menghangatkan hati Sonia.Setelah berbincang-bincang beberapa saat, Reza mengangkat tangannya, lalu melihat jam tangannya. “Sonia sudah capek di perjalanan. Aku bawa dia istirahat di atas dulu. Nanti aku baru bawa dia temani Ayah dan Ibu lagi.”Lysa berkata dengan tersenyum lembut, “Pergi sana, aku terlalu gembira ketika ketemu dengan Sonia. Aku malah lupa kalau kalian baru pulang. Kamu bawa Son
Sonia tersenyum. Dia pun berdiri untuk membukakan pintu.Begitu pintu dibuka, tampak Tasya sedang berdiri manis di depan sana. Dia menatap Sonia dengan senyum menyindir. “Apa aku sudah ganggu kamu dengan Paman Reza?”Sonia tersenyum tipis. “Nggak, ayo masuk!”Reza sudah merapikan pakaiannya dan sedang berdiri di area ruang tamu. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku bicara sebentar dengan ayahmu. Kalian berdua ngobrol dulu.”“Oke!” Sonia mengangguk.Sebelum Reza keluar kamar, dia mengingatkan Tasya, “Makan malam sudah disiapkan. Selesai ngobrol, cepat turun untuk makan bersama.”“Iya, Paman. Kamu nggak usah khawatir. Apa mungkin aku akan makan Sonia-mu?” Tasya tersenyum. “Cepat pergi sana. Ada yang ingin aku bicarakan dengan Sonia!”Reza menoleh melirik Sonia sekilas, memberinya isyarat mata untuk tenang. Kemudian, dia baru membuka pintu berjalan pergi.Setelah pintu kamar ditutup, Tasya langsung memelototi Sonia. “Kalian sungguh mengejutkanku!”Sonia mengangkat-angkat pundaknya. “Terlalu
“Kita masih berteman seperti dulu. Hubungan kita nggak bakal berubah meski aku menikah dengan pamanmu,” balas Sonia dengan serius.Tasya kembali tertawa.Saat mereka berdua sedang berbincang-bincang dengan asyiknya, ada yang mengetuk pintu. Tasya spontan memalingkan kepalanya, lalu berkata dengan suara imutnya, “Pasti si Tandy.”Begitu pintu dibuka, Tandy pun memasuki kamar. “Aku bisa menebak kalian berdua pasti ada di sini!”Tasya bertanya, “Sejak kapan kamu tahunya?”Tandy duduk. “Pokoknya lebih awal daripada kamu!”“Keterlaluan sekali. Bahkan kamu juga merahasiakannya dariku!” Tasya kembali merasa kesal.“Untuk apa beri tahu kamu?” Tandy mendengus. “Nanti semua orang jadi tahu. Kamu malah akan merusak rencana Paman!”Kedua mata Tasya terbelalak lebar. “Kenapa aku jadi merusak rencana Paman? Aku juga nggak menentang hubungan mereka. Aku malah sangat gembira!”“Sudah syukur Paman bukan beri tahu kamu sebelum hari resepsi pernikahannya. Jadi, kamu mesti bersyukur!” Tandy bersikap bagai
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m