Dulu Lysa memperlakukan Sonia dengan sangat baik. Namun, Sonia malah membohonginya.George dan Tommy pun berdiri. Tommy berkata dengan tersenyum datar, “Biarkan Sonia duduk dulu. Kalau kamu bersikap seperti ini, dia pun akan merasa tidak leluasa.”“Mari duduk di sampingku!” Lysa membawa Sonia untuk duduk di sofa.Sonia mengangkat kepalanya, lalu menyadari Tandy sedang tersenyum padanya. Dia pun merasa semakin canggung lagi.Sonia duduk di samping Lysa. Lysa pun mengambilkan buah-buahan dan menuangkan minuman untuknya. Kemudian, dia kepikiran sesuatu, lalu berpesan kepada pelayan, “Sonia suka makan yang manis-manis. Kalian keluarkan kue keju yang baru selesai dibuat itu.”Reza duduk di hadapan. Dia pun berkata dengan tersenyum, “Ibu, kamu jangan bersikap seperti ini. Dia sudah gugup dari tadi. Kalau kamu bersikap seperti ini lagi, dia jadi tidak tahu harus berbuat apa.”Sonia melirik Reza sekilas. Kenapa Reza cerewet sekali!Lysa berkata dengan tersenyum, “Sonia sudah sering ke rumah. K
Semua orang sedang mengobrol dengan gembira. Suasana terasa sangat menyenangkan.Terkadang tatapan Sonia dan Reza saling bertemu. Ketika melihat senyuman lebar di wajah sang pria, ujung bibir Sonia spontan melengkung ke atas.Sonia sungguh tidak menyangka anggota Keluarga Herdian akan menerimanya dengan segampang ini. Mereka tidak keberatan dengan semua yang dirahasiakan Sonia sebelumnya. Bahkan, mereka juga tidak mempertanyakan maksud utama kedatangan Sonia ke Kediaman Keluarga Herdian. Alhasil, Sonia merasa tidak canggung sama sekali.Sikap pengertian orang tua Reza, George, dan Diana sungguh menghangatkan hati Sonia.Setelah berbincang-bincang beberapa saat, Reza mengangkat tangannya, lalu melihat jam tangannya. “Sonia sudah capek di perjalanan. Aku bawa dia istirahat di atas dulu. Nanti aku baru bawa dia temani Ayah dan Ibu lagi.”Lysa berkata dengan tersenyum lembut, “Pergi sana, aku terlalu gembira ketika ketemu dengan Sonia. Aku malah lupa kalau kalian baru pulang. Kamu bawa Son
Sonia tersenyum. Dia pun berdiri untuk membukakan pintu.Begitu pintu dibuka, tampak Tasya sedang berdiri manis di depan sana. Dia menatap Sonia dengan senyum menyindir. “Apa aku sudah ganggu kamu dengan Paman Reza?”Sonia tersenyum tipis. “Nggak, ayo masuk!”Reza sudah merapikan pakaiannya dan sedang berdiri di area ruang tamu. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku bicara sebentar dengan ayahmu. Kalian berdua ngobrol dulu.”“Oke!” Sonia mengangguk.Sebelum Reza keluar kamar, dia mengingatkan Tasya, “Makan malam sudah disiapkan. Selesai ngobrol, cepat turun untuk makan bersama.”“Iya, Paman. Kamu nggak usah khawatir. Apa mungkin aku akan makan Sonia-mu?” Tasya tersenyum. “Cepat pergi sana. Ada yang ingin aku bicarakan dengan Sonia!”Reza menoleh melirik Sonia sekilas, memberinya isyarat mata untuk tenang. Kemudian, dia baru membuka pintu berjalan pergi.Setelah pintu kamar ditutup, Tasya langsung memelototi Sonia. “Kalian sungguh mengejutkanku!”Sonia mengangkat-angkat pundaknya. “Terlalu
“Kita masih berteman seperti dulu. Hubungan kita nggak bakal berubah meski aku menikah dengan pamanmu,” balas Sonia dengan serius.Tasya kembali tertawa.Saat mereka berdua sedang berbincang-bincang dengan asyiknya, ada yang mengetuk pintu. Tasya spontan memalingkan kepalanya, lalu berkata dengan suara imutnya, “Pasti si Tandy.”Begitu pintu dibuka, Tandy pun memasuki kamar. “Aku bisa menebak kalian berdua pasti ada di sini!”Tasya bertanya, “Sejak kapan kamu tahunya?”Tandy duduk. “Pokoknya lebih awal daripada kamu!”“Keterlaluan sekali. Bahkan kamu juga merahasiakannya dariku!” Tasya kembali merasa kesal.“Untuk apa beri tahu kamu?” Tandy mendengus. “Nanti semua orang jadi tahu. Kamu malah akan merusak rencana Paman!”Kedua mata Tasya terbelalak lebar. “Kenapa aku jadi merusak rencana Paman? Aku juga nggak menentang hubungan mereka. Aku malah sangat gembira!”“Sudah syukur Paman bukan beri tahu kamu sebelum hari resepsi pernikahannya. Jadi, kamu mesti bersyukur!” Tandy bersikap bagai
Reza mengangkat kepalanya. “Kata siapa kami akan tinggal di rumah?”Lysa berkata dengan syok, “Kalian berdua sudah menikah. Kalau tidak tinggal di rumah, memangnya kalian mau tinggal di mana? Waktu itu, aku tidak tahu masalah ini. Tapi sekarang aku sudah mengetahuinya. Aku tidak akan membuat Sonia hidup menderita.”“Aku baik-baik saja!” Sonia segera menggeleng. “Tempat tinggalku sekarang lebih dekat dengan lokasi syuting. Jadi, akan lebih efisien kalau aku tinggal di sana.”“Jauh juga bukan masalah. Lagi pula, kita punya sopir. Dia bisa antar jemput kamu ke lokasi syuting,” ucap Tommy dengan lembut.Sonia hanya bisa melihat ke sisi Reza untuk meminta bantuan.Reza pun berkata, “Aku dan Sonia tidak berencana untuk tinggal di rumah. Setelah mengadakan resepsi pernikahan, kalau dia bersedia, kami akan tinggal di Vila Green Garden.”Kening Lysa tampak berkerut. “Kalian tidak tinggal di rumah? Bukannya akan lebih ramai kalau tinggal bersama?”Tasya juga berkata, “Iya, kenapa nggak tinggal d
“Mereka sudah pacaran hampir satu bulan. Pacarnya itu bekerja di sebuah perusahaan di dekat Gotham. Setelah makan dua kali di restoran, dia pun tahu kalau dia satu kampung halaman dengan Leon. Kemudian, wanita itu sering makan di restoran, dan mereka pun jadian, deh.”Tasya berkata dengan tersenyum, “Bos Yandi juga sudah bilang, nanti saat Leon menikah, dia akan aturkan masalah rumah, mas kawin, dan resepsi pernikahan.”Sonia berkata, “Yandi selalu memperlakukan kawan-kawannya dengan baik!”Kedua mata Tasya berkilauan. “Iya, dia orangnya setia kawan sekali. Itulah alasannya Leon dan yang lain mengabdi banget sama dia.”Sonia juga merasa gembira setelah mendengar kabar Leon. “Akhir pekan nanti, aku akan pergi mengunjungi mereka.”“Oke, mereka semua juga kangen banget sama kamu!”Saat mereka berdua sedang berbincang-bincang, Lysa pun mengetuk pintu, lalu berjalan memasuki kamar dengan mengambil sebuah kotak kayu. Dia menyerahkan kotak tersenyum kepada Sonia. “Coba dipakai, apa ukurannya
Setelah kembali ke kamar, Reza mencondongkan tubuhnya untuk mengecup wajah Sonia. “Kamu mandi dulu?”Sonia mengangkat-angkat alisnya. “Aku tidur di sini?”“Kamu ingin tidur di mana?” tanya Reza dengan tersenyum“Ini pertama kalinya aku ke rumah kalian. Kita malah tidur bersama. Sepertinya nggak bagus?” Sonia mengedipkan mata berkilauannya.“Sayangku, semua orang juga tahu kita sudah menikah!” Reza tersenyum, lalu menggandeng tangan Sonia ke kamar mandi.Sonia meronta sejenak. “Aku masih belum permisi sama ibu dan kakak iparmu.”“Mereka sudah tahu.”“Kok bisa?”“Iya, tadi mereka antar baju tidur ke kamar.”Sonia terdiam membisu. Dia mengangkat pergelangan tangannya memperlihatkannya kepada Reza. “Pemberian Bibi.”“Kak Diana juga punya.” Reza tersenyum tipis. “Kamu sudah mengenakan gelang menantu keluargaku, tapi kamu masih saja memanggil ‘Bibi’.”Sonia menunduk. “Panggilan ‘Ibu’ terlalu asing bagiku. Beri aku sedikit waktu, ya.”Tatapan Reza seketika menjadi muram. Dia sungguh kasihan k
Sonia memutar bola matanya dan tersenyum. “Lumayan!”Detak jantung Reza semakin kencang saja. Dia seolah-olah sedang tersenyum saja. Kemudian, tubuh Sonia pun dibalikkan. Reza menindihnya, lalu mencium bibir si wanita.Sonia sangat jelas apa yang akan terjadi jika dicium Reza lagi. Dia segera mendorong Reza. “Kita pergi lari pagi, yuk!”Kening Reza tampak berkerut. “Aku baru tidur empat jam saja!”Daun telinga Sonia terasa panas. “Kalau begitu, kamu tidur saja!”“Sebenarnya aku ingin tidur. Tapi aku malah ditatap seseorang. Aku pun jadi bangun, deh!”Sonia membalikkan tubuhnya berusaha untuk menghindar. “Aku ingin pergi lari. Kalau kamu nggak mau pergi, aku akan cari Tasya.”Reza mengulurkan tangannya untuk menarik Sonia kembali ke pelukannya. Dia mencium Sonia sejenak, baru membangkitkan tubuhnya untuk berlari bersama Sonia.Sekeliling vila dikelilingi dengan pepohonan rindang. Udara di pagi hari sangatlah segar. Apalagi dengan adanya suara kicauan burung, Sonia pun merasa semakin ber
Sonia menoleh ke arah Kase, lalu bertanya, "Bisakah kamu membantuku?""Kamu berbicara padaku sambil mengenakan baju seperti itu, tentu saja aku nggak akan menolak." Kase menyerahkan gelas minuman yang dipegangnya kepada Sonia, lalu menambahkan, "Minum ini dulu!"Sonia mengambilnya dan langsung menghabiskannya dalam satu tegukan. Mata Kase yang indah makin bersinar. Dia pun bertanya, "Katakan, apa yang harus aku lakukan untuk membantumu?""Tolong bantu aku menyelamatkan gadis itu. Bisakah kamu melakukannya?" tanya Sonia.Kase melirik ke arah panggung, lalu bertanya, "Itu gadis yang kamu selamatkan kemarin?" Dia mengernyit sebelum menambahkan, "Biar kuperingatkan, kamu sudah menyelamatkannya sekali."Bagi Kase, menyelamatkan seseorang untuk pertama kalinya masih bisa dimaklumi sebagai bentuk belas kasihan. Namun jika orang tersebut kembali terjebak dalam bahaya, itu berarti dia bodoh dan tak perlu diselamatkan lagi.Kase mengangkat alis, lalu menatap Sonia sambil melanjutkan, "Aku nggak
"Ivy, lihat! Itu gadis dari Cendania!" Gadis pirang di sebelah Sonia menggenggam tangannya dengan penuh semangat.Sonia dengan halus menghindari genggamannya, tetapi dia tertegun sejenak ketika melihat gadis di atas panggung. Itu ternyata gadis yang kemarin dia temui di luar toserba, Hallie. Dia telah ditangkap, lalu dijual ke tempat ini.Di Hondura, seorang gadis cantik bisa dijual hingga 5.000 dolar Amwrika. Sonia terlihat mengernyit. Sepertinya Hallie sama sekali tidak mendengarkan nasihatnya dan tetap keras kepala mencari pacarnya.Hallie terbangun di atas panggung. Melihat orang-orang di sekelilingnya yang memandangnya seperti serigala, dia sangat terkejut.Dengan ketakutan, Hallie berusaha bangkit untuk melarikan diri, tetapi setelah itu dia menyadari bahwa dirinya hanya mengenakan bikini. Dalam sekejap, dia memeluk tubuhnya erat-erat dan duduk kembali dengan cemas.Juru lelang mulai menyebutkan harga awal. Wajah Hallie kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba, dia
"Baiklah!" Sonia membawa kotak camilan ke dalam, diikuti oleh pria kulit putih itu. Selama waktu ini, Sonia mendengar suara percakapan pria dan wanita dari arah ruang tamu.Ekspresi Sonia tetap tenang. Setelah meletakkan makanan di atas meja, dia berbalik dan berjalan keluar. Pria itu mengikutinya dari belakang dan menutup pintu.Sonia kembali mendorong troli menuju lantai atas. Setelah mengantarkan 12 porsi camilan, dia tetap tidak menemukan orang yang sedang dia cari.Namun, Sonia tidak terburu-buru. Ini baru hari pertama. Saat dia hendak membawa troli kembali ke lantai satu, tiba-tiba seorang gadis lain yang juga mengenakan seragam pelayan berlari menghampirinya.Gadis itu menarik tangannya dengan penuh semangat, lalu berucap, "Jangan sibuk lagi. Malam ini ada lelang, sebentar lagi bakal dimulai!"Gadis itu menarik Sonia menuju lift. Mereka naik ke lantai 32 yang ternyata adalah sebuah bar. Istana Fers yang terlihat sunyi dan tak berpenghuni di siang hari, berubah menjadi tempat yan
Sonia tidak menghiraukannya dan hanya menunduk untuk melanjutkan makan steik. Kase memandang Sonia dengan ekspresi kesal dan tak berdaya. Dia menambahkan, "Eh, jangan menindasku seperti ini dong! Bicaralah sesuatu yang bisa aku mengerti!"Namun, Sonia tetap serius menyantap makanannya. Dia membiarkan pria itu terus mengoceh tanpa memberikan tanggapan.Setelah selesai makan, Sonia bertanya dengan tak acuh, "Apa orang-orang yang meneliti energi baru ini sangat hebat?""Tentu saja! Mereka adalah talenta kelas dunia!" balas Kase dengan penuh keyakinan.Sonia bertanya dengan penasaran, "Kalau begitu, bukannya negara-negara lain juga ingin mendapatkan mereka?"Kase tertawa sebelum menjawab, "Belum ada satu pun yang berhasil merebut mereka dari Istana Fers. Begitu hasil penelitian mereka sukses besar, Rayden akan kasih uang yang cukup untuk menghidupi mereka seumur hidup, lalu memberikan identitas baru agar mereka bisa menikmati sisa hidup dengan tenang."Sonia memandang ke luar jendela, lalu
Himawan menjabat tangan Sonia dengan senyuman ramah yang tulus, lalu berucap, "Selamat datang, Cantik. Semoga kamu bersenang-senang di sini!"Sonia membalas sambil mengangguk, "Makasih!"Kemudian, Himawan mengatur tempat tinggal untuk mereka berdua dan menyuruh pelayan untuk mengantar mereka.Tempat yang disiapkan untuk mereka adalah sebuah vila kecil. Lantai bawahnya terdiri dari ruang tamu dan ruang baca, sementara di lantai atas ada tiga kamar tidur. Dari tampilannya, tempat ini memang sengaja disediakan untuk para tamu yang berkunjung.Malam telah tiba. Begitu mereka masuk ke dalam, semua lampu di ruangan menyala secara otomatis.Seorang pelayan mendorong troli makan ke dalam, lalu menata berbagai makanan lezat di atas meja makan dan diakhiri dengan sebotol anggur merah Lafite yang mewah. Pelayan itu berujar dengan sikap hormat, "Semoga kalian menikmati makan malam ini."“Kehadiranku mungkin akan sedikit mengganggu seleramu, tapi malam ini kita harus makan bersama!" ucap Kase sambi
“Belum!” Kase tersenyum. “Aku haus mau minum kopi. Kamu mau?”Sonia memalingkan kepalanya. Dia melihat memang ada sebuah toko kopi kecil di pinggir jalan. Saat ini, Sonia menggeleng. “Nggak mau. Kamu pergi sendiri saja!”“Kalau begitu, aku pergi dulu, tidak lama, kok!” Kase menuruni mobil, lalu berjalan ke sisi toko kopi.Sonia melihat bayangan tubuh si pria. Dia melihat setelah Kase selesai membeli kopi, dia tidak segera kembali ke mobil, melainkan mengobrol dengan wanita dengan rambut dikuncir tinggi.Sonia menopang kepalanya sembari melihat ponselnya. Saat Sonia mengangkat kepalanya lagi, tiba-tiba tidak kelihatan sosok tubuh Kase lagi. Raut wajah Sonia berubah dingin dalam seketika. Dia segera menuruni mobil dan berlari ke sisi toko kopi.Saat tiba di depan pintu toko, langkah kaki Sonia berhenti. Dia melihat di bawah pohon tinggi, Kase sedang berpelukan dan berciuman dengan wanita yang baru dikenalnya tadi.Sonia terdiam membisu. Apa-apaan ini! Sonia pun kembali ke mobil.Setelah
Setelah makan, Sonia pergi menemui Kase.Saat Kase menatap Sonia hanya berpakaian kaus putih dengan celana jeans, keningnya spontan berkerut. “Sepertinya cara berpakaianmu tidak mirip seperti pasanganku?”Sonia menjawab, “Orang-orang juga nggak bakal heran dengan bagaimana penampilan pasangan yang kamu miliki!”Kase tertawa terbahak-bahak. “Kenapa aku selalu suka dengan setiap kata-katamu?” Dia membuka kotak kulit kambing di sampingnya. “Ini untukmu!”Sonia berjalan mendekat untuk melihatnya. Ada sebuah pistol di dalamnya dengan model terbaru MP22 yang bisa memuat 20 butir peluru. Fungsi tetap berjalan stabil di suhu cuaca tinggi maupun dingin. Pistol ini juga memiliki fungsi cahaya layar, membuat pengguna lebih gampang menggunakannya di malam hari.Sonia mengambil pistol. Tiba-tiba dia merasa aman sekarang. “Terima kasih!”“Jangan sungkan. Aku juga mempersiapkannya demi keselamatanku sendiri.” Kase menjulurkan tangannya ke sisi Sonia. “Aku harap kerja sama kita menyenangkan!”Sonia ti
Iya! Ada dirinya di atas papan almarhum.Suki!Tiba-tiba Sonia merasa dunia ini sangat ajaib. Jika dia tidak datang ke Hondura, selamanya dia tidak akan tahu ada orang yang membangun altar untuknya di sini. Perasaan ini benar-benar tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata!Sonia mengambil dupa tersebut. Saat melihat papan namanya sendiri, dia pun tertegun. Kase berjalan ke dalam, lalu mengambil dupa dari tangannya. Setelah dupa dinyalakan, Kase pun memasangnya.Setelah itu, Kase menyeka papan nama itu dengan lembut. Dia bahkan mencium papan nama itu.Kening Sonia berkerut. Dia sungguh tidak tahu harus berbuat apa. “Dia itu wanita idamanmu?”Tatapan Kase tertuju pada nama di atas papan. “Iya, namanya Suki. Namanya bagus, ‘kan?”Sonia tidak menjawab, melainkan bertanya, “Apa kamu nggak tahu biasanya hanya leluhur saja yang diletakkan di dalam aula persembahan seperti ini?”Kase meletakkan papan nama itu kembali ke posisi semula, lalu membalikkan kepalanya untuk berkata, “Dia itu wanit
Sonia mengangkat-angkat alisnya. “Musuhmu?”“Mana mungkin?” Kase tertawa. Dia mengedipkan matanya ke sisi Sonia. “Dia itu wanita idamanku!”Sonia berkata dengan datar, “Sepertinya kamu juga panggil Julie dan Laura yang semalam sebagai wanita idamanmu.”Kase tersenyum tipis. “Apa mereka bisa disamakan?” Usai berbicara, Kase melihat ke sisi Sonia. “Jujur saja, matamu sungguh mirip dengan wanita idamanku!”Semalam saat bertemu Sonia di luar bar, Kase sungguh merasa syok. Dia hampir saja mengira Sonia adalah wanita di dalam foto. Sayangnya, wanita idamannya sudah tidak berada di muka bumi ini lagi.Hanya saja, semua itu tidaklah penting. Hal yang paling penting adalah wanita idamannya akan selalu hidup di dalam hatinya.Sonia berkata dengan suara datar, “Oh, ya?”“Iya! Ngomong-ngomong aku masih tidak tahu namamu?” tanya Kase.“Sonia!”Kase mengangguk. “Nama yang sangat bagus!”Sonia bertanya, “Ada urusan apa kamu mencariku?”Kase tersenyum lembut. “Aku mau pergi ke Istana Fers untuk membah