Kali ini tidur Sonia sangatlah lelap. Dia bahkan tidak memimpikan apa pun. Saat terbangun lagi, matahari sudah terbit. Sinar matahari memancar ke dalam kamar.Begitu Sonia membuka matanya, tampak seorang pria sedang menatapnya dengan tersenyum. Ujung bibir Sonia juga ikut melengkung ke atas.Hati Reza pun tergerak ketika melihat senyuman Sonia. Dia spontan mencium ujung mata Sonia, lalu mengulum bibir lembutnya. “Sayangku, katakan kamu cinta sama aku!”“Aku mencintaimu!” ucap Sonia tanpa ragu sama sekali.Tenggorokan Reza seketika terasa kering. Suaranya terdengar magnetis. “Ulangi lagi.”Sonia spontan tersenyum. Dia menghindar dari bibir hangat si pria. “Reza, kamu nggak ada kerjaan, ya?”“Tidak ada!” Reza menggigit dagu Sonia. “Sebelumnya kamu sering mengatakan kamu tidak mencintaiku lagi. Sekarang kamu mesti membalasnya seratus kali lipat!”Sonia yang diusik Reza itu terpaksa berkata, “Waktu kita masih panjang. Kenapa kamu malah buru-buru?”Gerakan tangan Reza berhenti. Dia menatap
Reza segera menyingkirkan pemikiran Sonia. “Tidak mungkin! Resepsi pernikahan tetap akan diadakan.”Sonia melirik Reza dengan malas-malasan. “Aku mengerti!”Sonia menggenggam tangan Jemmy. “Kakek nggak usah khawatir dengan masalah resepsi pernikahanku. Hal yang paling penting saat ini adalah masalah kesehatan Kakek. Asal Kakek sehat-sehat, aku akan menurutimu semua kata-katamu.”“Kakek sangat jelas dengan kesehatanku. Kakek masih bisa temani kamu 30 tahun lagi. Kamu jangan cemas, ya.” Senyuman di wajah Jemmy terlihat lembut.Sonia mengangguk. “Kakek tidak boleh ingkar janji!”Reza berkata, “Aku jadi saksi mata.”Jemmy pun tersenyum lebar.Ketika mendengar suara tawa Jemmy, akhirnya Sonia bisa merasa tenang.…Kondisi kesehatan Jemmy mulai memulih. Dia sudah bisa menuruni ranjang pada hari ketiga. Dia pun sedang bermain catur dengan Reza.Pada hari keempat, Jemmy ribut hendak pergi ke gunung belakang. Namun, Sonia mengadangnya di pintu belakang. Jemmy pun bertanya pada Reza dengan emosi
Setelah pion di atas papan catur sudah penuh, tetiba ponsel yang diletakkan di samping Sonia bergetar. Kening Reza spontan berkerut. Baru saja dia hendak mengubah mode diam, Sonia pun sudah terbangun. Dia yang masih linglung itu mengulurkan tangan untuk mengambil ponselnya.Kepala Sonia bersandar di atas paha Reza. Dia membuka layar ponsel, lalu tampak ada pesan yang dikirim oleh Cindy.[ Sonia, semalam kamu sudah nonton acara belum? Kali ini, aku dan Angie dapat juara pertama. ]Di bawahnya, Cindy menambahkan emotikon tertawa lebar.Sonia pun tersenyum tipis.[ Selamat. ]Selama beberapa hari ini, Sonia terus menemani kakeknya. Dia bahkan lupa untuk menonton program acara Cindy. Hanya saja, sepertinya Cindy cukup puas dengan hasilnya.Cindy mengetik. [ Pak Venick hebat sekali. Sekarang semua orang sedang membahas masalah jahitan bunga peony-nya. Apa kamu sudah melihatnya? Pagi hari ini, berita ini pun sudah viral di media. ]Semuanya sesuai dengan dugaan Sonia. Teknik jahitan Venick
Sonia memandang si perempuan, lalu menyadari dia sepertinya pernah bertemu dengannya. Dia pun tersenyum sembari mengangguk.Perempuan ini sudah naik jabatan menjadi manajer toko. Dia membantu Sonia untuk meng-upgrade porsi es krim Sonia menjadi ukuran besar. Dia berkata dengan tersenyum, “Biar aku traktir saja. Aku harap kita bisa sering ketemuan di kemudian hari.”Sonia mengambil kotak es krim, lalu berterima kasih kepadanya.Saat hendak keluar toko, ada dua orang wanita sedang melirik Reza yang sedang duduk di samping jalan.“Ganteng sekali!”“Dia berwibawa banget, ya. Apa dia itu aktor?”“Seharusnya bukan? Kalau ada aktor setampan ini, dia pasti akan sangat populer. Mana mungkin kita nggak tahu?”“Gimana kalau kita minta nomor WhatsApp-nya?”“Dia kelihatan dingin banget. Nggak berani, ah!”“Ayo, coba dulu. Gimana kalau dia itu pasangan yang dikirim Tuhan buat kita?”“Kalau begitu, barengan yuk. Jangan takut-takut!”Sonia memperlambat langkah kakinya. Setelah mendengar perbincangan k
Dua tahun sudah berlalu. Semua yang ada di sini masih seperti dahulu kala. Bahkan, posisi bangku panjang ini juga tidak berubah.Ada banyak orang yang memberi makan burung merpati di lapangan. Ada juga yang sedang melepaskan layang-layang. Matahari hampir terbenam. Suara tawa di dalam lapangan terdengar semakin keras lagi.Reza duduk bersandar di bangku, lalu memalingkan kepala untuk melihat Sonia. Dia berkata dengan tersenyum, “Katakanlah, sudah berapa kali kamu membohongiku?”Ketika pertama kali ke sini, lantaran bekerja sama dengan Maxwell, mereka berdua pergi ke Kediaman Keluarga Bina untuk mencari gelang giok itu. Itu juga pertama kalinya mereka datang ke lapangan ini. Sonia memberitahunya bahwa rumahnya tidak jauh dari tempat ini.Kedua kalinya, di saat mereka melakukan panggilan video di saat hari raya, Sonia sedang duduk di bangku ini, tetapi dia masih tidak memberi tahu Reza bahwa dia pulang ke Kediaman Keluarga Bina.Sonia mengangkat-angkat alisnya dengan rasa bersalah. “Pada
“Memangnya bukan?” tanya Reza dengan bercanda.“Bukan! Aku nggak bakal mengakuinya!” Sonia pun langsung mengangkat-angkat alisnya.“Emm, aku akan beri tahu mereka. Aku duluan yang jatuh cinta sama kamu. Kamu terpaksa menerimaku!”Sonia tersenyum. “Kalau kamu bicara seperti itu, nanti anggota keluargamu pasti curiga kamu lagi belain aku!”Reza menggenggam erat tangan Sonia. “Ibuku sangat menyukaimu. Meskipun kamu sengaja mendekatiku, dia juga akan merasa sangat gembira.”“Gimana dengan ayahmu?” tanya Sonia dengan tidak tenang.”Reza membalas, “Semua itu hanyalah salah paham saja. Welly sengaja membuat onar di hadapan ayahku. Itulah sebabnya ayahku curiga dengan hubungan kita. Sekarang salah paham itu sudah diselesaikan. Ayahku juga tidak akan menentang hubungan kita.”“Gimana kalau ditentang?” tanya Sonia.“Tidak usah berpikir kebanyakan. Selama ada aku, kamu tidak usah berpikir yang tidak-tidak.” Nada bicara Reza sangat lembut. Tatapan Reza seketika berkilauan. Tetiba nada bicaranya ju
Dulu Lysa memperlakukan Sonia dengan sangat baik. Namun, Sonia malah membohonginya.George dan Tommy pun berdiri. Tommy berkata dengan tersenyum datar, “Biarkan Sonia duduk dulu. Kalau kamu bersikap seperti ini, dia pun akan merasa tidak leluasa.”“Mari duduk di sampingku!” Lysa membawa Sonia untuk duduk di sofa.Sonia mengangkat kepalanya, lalu menyadari Tandy sedang tersenyum padanya. Dia pun merasa semakin canggung lagi.Sonia duduk di samping Lysa. Lysa pun mengambilkan buah-buahan dan menuangkan minuman untuknya. Kemudian, dia kepikiran sesuatu, lalu berpesan kepada pelayan, “Sonia suka makan yang manis-manis. Kalian keluarkan kue keju yang baru selesai dibuat itu.”Reza duduk di hadapan. Dia pun berkata dengan tersenyum, “Ibu, kamu jangan bersikap seperti ini. Dia sudah gugup dari tadi. Kalau kamu bersikap seperti ini lagi, dia jadi tidak tahu harus berbuat apa.”Sonia melirik Reza sekilas. Kenapa Reza cerewet sekali!Lysa berkata dengan tersenyum, “Sonia sudah sering ke rumah. K
Semua orang sedang mengobrol dengan gembira. Suasana terasa sangat menyenangkan.Terkadang tatapan Sonia dan Reza saling bertemu. Ketika melihat senyuman lebar di wajah sang pria, ujung bibir Sonia spontan melengkung ke atas.Sonia sungguh tidak menyangka anggota Keluarga Herdian akan menerimanya dengan segampang ini. Mereka tidak keberatan dengan semua yang dirahasiakan Sonia sebelumnya. Bahkan, mereka juga tidak mempertanyakan maksud utama kedatangan Sonia ke Kediaman Keluarga Herdian. Alhasil, Sonia merasa tidak canggung sama sekali.Sikap pengertian orang tua Reza, George, dan Diana sungguh menghangatkan hati Sonia.Setelah berbincang-bincang beberapa saat, Reza mengangkat tangannya, lalu melihat jam tangannya. “Sonia sudah capek di perjalanan. Aku bawa dia istirahat di atas dulu. Nanti aku baru bawa dia temani Ayah dan Ibu lagi.”Lysa berkata dengan tersenyum lembut, “Pergi sana, aku terlalu gembira ketika ketemu dengan Sonia. Aku malah lupa kalau kalian baru pulang. Kamu bawa Son
Di dalam vila, Kase sedang menunggu Sonia dengan duduk di dalam ruang tamu. Ekspresinya kelihatan sangat muram. Ketika melihat kedatangan Sonia, dia langsung menatap Sonia dengan tatapan rumit.Sonia mengabaikan tatapan curiga Kase, lalu pergi ke sisi kulkas untuk mengambil air. Setelah itu, dia bersiap-siap ke lantai atas.“Berhenti!” panggil Kase, “Kamu tidak menjelaskan, malah langsung pergi begitu saja?”Sonia menoleh. Ekspresinya kelihatan tenang. “Apa?”Kase berdiri, lalu berjalan mendekatinya. Tatapannya kelihatan tajam ketika menatap Sonia. “Tadi sore kamu pergi bersama Raja Bondala? Sekarang apa hubungan kamu dengan dia?”“Seharusnya itu tergolong masalah pribadiku!” balas Sonia dengan suara datar.Kase mengerutkan keningnya. Bola mata cokelatnya semakin tajam saja. “Sonia, jangan coba-coba untuk mendekati Raja Bondala. Kamu kira apa yang bisa dia berikan kepadamu? Dibandingkan dengan dia, aku lebih aman untuk kamu. Karena aku menyukaimu. Aku tidak akan melukaimu lagi. Aku jug
Sonia menggenggam telapak tangan Reza, lalu meletakkannya di atas kening. “Nggak kenapa-napa. Sepertinya aku mengingat memori yang nggak bagus.”“Memori masa kecil?” Reza membungkukkan tubuhnya untuk memeluk Sonia. “Semuanya sudah berlalu. Aku akan memberikan semua yang kamu tidak miliki. Percaya sama aku!”Sonia mengangguk. “Aku tahu.”Di hati Sonia, Reza mengalahkan segalanya!Reza mengambil kue tar, lalu menyuapi Sonia. “Ayo, dicicip. Kalau kamu suka, setiap tahunnya aku akan buat kue tar sendiri buat kamu!”Sonia langsung membuka mulutnya untuk menggigit kue tar itu. Kedua matanya sudah kembali berkilauan. “Enak sekali!”Reza pun tersenyum lebar semabi menatap Sonia. Tatapannya penuh dengan rasa kasih sayang.Saat Sonia tidak berada di tempat, meski Reza memberikan semuanya kepada Sonia, dia tetap merasa belum cukup. Namun sekarang Sonia sudah berada di sisinya, meski hanya menyuapi Sonia sesuap kue saja, dia pun merasa sangat puas.…Saat perjalanan pulang, Reza membawa Sonia untu
“Aku punya pemikiran seperti itu, tapi ucapanku pasti nggak sebagus kamu.” Senyuman Sonia sangat bersih dan lembut.Senyuman di wajah Reza semakin lebar lagi. Dia berdiri, lalu menarik Sonia ke dalam pelukannya, lalu memeluk Sonia dengan erat. “Kenapa kamu imut sekali?”Sonia memeluknya, lalu mengangkat tangannya melihat cincin di tangannya. Berlian yang besar itu kelihatan berkilauan.Reza melepaskan Sonia, lalu mengambil cincin untuk memasangkannya di jari manis kiri Sonia. Cincin berbentuk mahkota kelihatan berkilauan di atas jari tangan kurus Sonia. Ukuran cincin cocok dengan jari tangan Sonia, seolah-olah memang tercipta untuknya.Reza menggenggam telapak tangan Sonia, lalu menciumnya. “Aku tahu sebelum besok, kamu mesti melepaskan cincin ini. Setelah besok, aku akan memasangkan cincin ini ke tanganmu lagi.” Reza mengangkat kepalanya untuk menatap Sonia. “Ratuku!”Di tengah keheningan taman, di bawah sinar bulan yang lembut, mawar-mawar bermekaran dengan indah. Sekeliling sunyi se
“Bagaimana cara buatnya?”Reza langsung menggendong Sonia ke atas meja. Dia menyerahkan buah yang sudah selesai dipotong kepada Sonia. “Kamu cukup lihat aku saja!”Sonia memang mangkuk salad buah. Dia sungguh menantikan hasil karya pria ini.Reza menggulung lengan kemejanya dan mulai menyiapkan adonan dasar kue. Dia memasukkan mentega dan gula pasir ke dalam mangkuk mixer, lalu mengaduknya dengan kecepatan tinggi.Setelah itu, Reza menambahkan putih telur dan baking powder, lalu terus mengaduk adonan hingga merata.Terakhir, Reza memasukkan tepung terigu dan bubuk kacang yang sangat halus, mencampurnya hingga menjadi adonan lembut, kemudian menuangkannya ke dalam cetakan sebelum memasukkannya ke dalam oven.Pria itu mengenakan kemeja hitam, memperlihatkan sebagian lengan bawahnya yang berotot dan jari-jari panjang dengan tulang-tulang yang tegas. Setiap gerakannya begitu teratur serta penuh teliti, membuatnya terlihat sangat menarik.Sonia yang berdiri di samping memperhatikannya. Dia
Reza membalas, “Setelah aku menghancurkan bom kobalt, aku akan segera ke Istana Fers. Rayden sangat memahamimu. Jadi, kamu mesti memperhatikan keselamatanmu. Aku merasa dibandingkan dengan Tritop, dia lebih ingin menghadapimu.”“Aku mengerti!” Morgan pun tersenyum. “Hari ini adalah hari ulang tahun Sonia. Sudah malam, aku beri sisa waktu untuk kalian. Aku pamit dulu!” Kemudian, Morgan melihat ke sisi Sonia. “Selamat ulang tahun!”“Jaga dirimu. Jangan lupa dengan apa katamu. Kamu akan pulang bersamaku untuk mengunjungi Kakek!” Kening Sonia kelihatan berkerut.“Emm!” Morgan mengangguk dengan kuat, kemudian menepuk pundak Sonia. Dia berpamitan dengan Reza, lalu berbalik untuk meninggalkan tempat.Setelah sosok pria tinggi itu menghilang, Sonia menoleh menatap ke luar jendela. Dia melihat Morgan memasuki mobil, lalu meninggalkan vila.Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Jangan khawatir. Kamu mesti melindungi dirimu dalam misi besok.”Pelukan Reza sangat erat. Dia memejamkan matanya,
“Di mana?” tanya Morgan.Sonia mengambil selembar kertas di atas meja, lalu menggambar sketsa kasar peta Benua Delta. Setelah itu, dia mencocokkan posisi rasi bintang Biduk dengan peta, lalu berkata dengan suara rendah, “Seharusnya di sini lokasinya!”Namun, posisi dua bintang, titik Phecda dan Megrez sedikit bergeser. Dia tidak tahu apa artinya.Reza dan Morgan saling bertukar pandang. Mata mereka disipitkan. Suara juga terdengar dingin. “Besar sekali ambisi Tritop!”Ketujuh bom kobalt itu ditempatkan di perbatasan Hondura, Federasi Mali, dan Barkia. Sebagian besar area tersebut adalah kawasan tidak berpenghuni, tetapi ternyata Tritop diam-diam membangun pangkalan militer di sana.Empat bom ditempatkan di barat laut, kemudian pola berbelok, dengan tiga bom lainnya diletakkan di perbatasan dengan Federasi Mali.Morgan menatap posisi keempat bom kobalt di barat laut, lalu memeriksa kondisi geografis wilayah tersebut. Tetiba suaranya menjadi dingin dan berat. “Target Tritop bukan aku.”“
Morgan mengangguk. “Aku datang ke Istana Fers untuk menghancurkan virus penyakit itu. Selain itu, yang paling penting adalah untuk menyelidiki Rayden!”Mereka berdua duduk di sofa. Reza bertanya, “Apa Rayden kenal sama kalian? Apa dulu dia itu anggotamu?”Morgan mengangguk. “Aku juga curiga. Sebelumnya aku sudah menghabisi beberapa bawahannya. Semuanya ada hubungannya sama dia. Dia sangat mengenal orang-orang di sekelilingku, juga mengetahui beberapa rahasia di dalam organisasi. Jadi, keberadaannya cukup mengancam!”Reza tersenyum dingin. “Sudah pasti. Apa ada yang kamu curigai?”Morgan menggeleng. “Tidak ada. Anggotaku tidak akan mengkhianatiku, hanya ada beberapa orang yang sudah meninggalkan organisasi saja. Aku juga sudah menyelidiki mereka, tidak ada satu pun yang sesuai dengan kriteria Rayden. Jadi, aku baru kepikiran untuk menyelidikinya sendiri. Entah siapa dia sebenarnya?”Kening Reza berkerut. “Aku semakin khawatir kalau dia menargetkan Sonia!”Morgan berkata, “Sementara ini
Reza tersenyum tipis. “Karena kamu adalah yang pertama kubawa ke sini. Tentu saja mereka beranggapan kamu itu istriku!”Langkah kaki Reza berhenti. Dia memalingkan kepalanya melihat ke sisi Sonia. “Tidak peduli aku itu Tuan Reza atau Raja Bondala, kamu adalah satu-satunya!”Sonia menatapnya. “Apa dulu kamu nggak pernah suka wanita?”Reza terdiam membisu. Dia langsung menggendong Sonia, menelusuri ruang tamu yang megah dan penuh dengan seni, lalu berkata dengan tersenyum, “Apa kamu lapar? Kalau kamu tidak lapar, sekarang aku bisa buktikan kepadamu betapa aku menyukai wanita … wanitaku!”Sonia yang berada di dalam pelukan Reza membalikkan tubuhnya dengan lincah. Kedua kakinya melingkari pinggang Reza. Dia berkata dengan merangkul pundak Reza. “Kamu nggak usah buktikan. Cahaya matahari sebagus ini. Kita duduk di pekarangan saja.”Reza menatap pekarangan di luar jendela, lalu mengangguk. “Oke, hari ini kamu bebas melakukan apa pun. Aku akan mendengar semua keinginanmu!”Reza tidak menurunk
Sonia menurunkan kelopak matanya sembari tersenyum. Dia lanjut memotong kue untuk yang lain. Berhubung terlalu banyak orang, Kase dan Theresia juga turun tangan untuk membantunya.Reza mencari tempat yang lebih hening untuk duduk. Dia menatap Sonia yang sedang dikerumuni banyak orang, lalu menunduk melihat cokelat bentuk hati di atas kue itu. Kedua tangan yang diletakkan di atas meja saling bertautan. Dia memalingkan kepala untuk melihat ke sisi jendela. Sepertinya suasana hatinya tidak seburuk yang dibayangkannya.Orang-orang yang mengambil kue tar mulai meramaikan suasana. Lampu di dalam baru menjadi redup. Suasana semakin meriah. Sonia bersembunyi dari orang-orang yang hendak melempar kue tar ke sisinya, lalu duduk di tempat yang agak terpencil.Kase kepikiran untuk mencari Sonia, tetapi langkahnya malah dihalangi oleh seorang wanita berambut emas. Dia ditarik ke lantai dansa. Kemudian, dia pun dikerumuni oleh banyak wanita lagi.Kase telah menghabiskan banyak uang untuk merayakan u